Di indonesia sendiri kita tahu bahwa ternyata sedikit diantara kita yang bicara dengan suara tinggi,kecuali mungkin saudara-saudara kita yang tinggal di sumatera bagian utara + daerah timur.Aku sendiri sampai berumur 19 tahun belum pernah keluar dari daerah sumatera barat,walhasil telinga ku sendiri telah membiasakan diri untuk tidak mendengar kata2 yang bersuara tinggi dan berat serta keras layaknya para rocker,Meskipun memang domisili ku yang berdekatan dengan perbatasan sumatera utara masih juga sekali-sekali ku dengar suara-suara keras ini dari masyarakat yang sering kedaerah ku.Namun tidak begitu mengganggu.
***
Namun suasana ini berubah 80 derjat ketika ku sampai di mesir.Memang ketika masih di pesawat,telinga ku masih dalam posisi standar dalam artian diriku masih belum mendengar suara-suara dengan oktav tinggi.Apalagi pramugari yang melayani pun tak kalah lembut suaranya dari suara saudara-saudari ku dari sunda.Kejadian yang lumayan mengerikan itu,terjadi pas ketika aku turun pesawat.karena merasa diriku sudah keduluan turun,aku pun menunggu temandi dekat gerbang masuk ke airport cairo.Namun sayang,belum sempat tulang pinggulku menyatu dengan lantai yang penuh debu (maklum yah) diriku sudah dibentak dengan suara tinggi oleh orang tua yang kukira berprofesi sebagai bawab alias penjaga gerbang.Itulah bentakan pertama yang kudengar di mesir.
Bentakan itu sendiri tak kupahami artinya,namun yang kupahami kira-kira dapat kuterjemahkan sebagai berikut “ woy orang kayak indonesia yang setelan bajunya kayak pejabat,loe pikir disini rumah makan padang..? atau halte bis buat istirahat sembarang..? sana masuk ke dalam..bikin malu manusia mesir saja loe...”...dengan langkah tegap maju jalan sambil terbirit-birit,diriku langsung cabut dari sana.
Bentakan tersebut kemudian kembali menyadarkan ku bahwa aku tidak di indonesia lagi.Bangsa indonesia yang kuketahui adalah bangsa yang toleran,yang bahkan sangat sulit untuk mengeluarkan kata-kata yang keras kepada orang lain kecuali dalam masa-masa tertentu (seperti ketika kamu menginjak kakinya sambil menjitak kepalanya).Bangsa indonesia –bagiku- masih bangsa yang terbaik,meskipun kita ternyata masih belum maju di bidang-bidang lain tentunya.
Lanjut cerita,diriku kemudian beranggapan positif saja.Istilah bahasa kampung ku “husnudzon” yah.Ku pikir mungkin memang tabiat orang mesir gemar sekali berkata keras atau memang suara mereka memang keras.Di kemudian hari,baru kusadari bahwa memang pita suara mereka memang diciptakan oleh Allah seperti itu-khusus buat suara keras dan tinggi- namun dibalik itu ternyata mereka diberi hati yang lembut yang bahkan sangat mudah menerima kebenaran tanpa banyak apologi (seperti yang sering dilakukan oleh petinggi bangsa kita).Mereka fair dalam hal itu meskipun keras dalam menentang yang tidak benar.(walaupun memang banyak juga sih yang keblinger)
***
Hari kedua di mesir kujalani dengan baju berlapis.Maklum setelah semalaman tidur nyaris tanpa selimut (kecuali sedikit keberuntungan karena kebiasaan ku memakai sarung).Pagi di mesir masih membuatku agak sedikit gamang.Ku tahu minimal 4 tahun akan kulewati disini.Untung di pagi harinya menu masakan kembali enak –hehehe syukron buat para umdah ku tercinta dan para senior-.
Oh ya.Sedikit informasi.Di mesir ini ada perkumpulan masyarakat minang kabau.Namanya KMM singkatan dari Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau.Organisasi ini dikemudian hari ku ketahui sebagai organisasi tertua pelajar dan mahasiswa indonesia di Mesir.Keberadaannya bahkan jauh lebih dulu dari organisasi induk PPMI.Aku sempat berpikir ,bahwa mungkin dulu ustadku yang bernama Buya Izzuddin marzuki L.al juga aktif di organisasi ini.
.jpg)
Nah sebagai mahasiswa baru,diriku otomatis langsung masuk ke asrama tersebut.Pada hari pertama disini,kita yang rombongan 17 orang langsung dibagi per flat dan ditunjuk umdah (pembina)nya.Aku sendiri mendapatkan kamar di lantai paling atas.


***
Hari ketiga di mesir,diriku untuk pertama kalinya akan berangkat ke kampus Al Azhar.Dan kejadian-kejadian menarik khas mesir pun mulai kualami satu persatu....(bersambung)
No comments:
Post a Comment