Jejak
7:58 PM
Menurut saya, manusia itu adalah makhluk yang paling suka untuk meninggalkan jejak. Contoh sederhana, dulu saat saya mendaki di bukit "sungai janiah" di Baso, Sumatera Barat, saya menuliskan nama saya dengan batu kapur di sebuah batu besar yang menjulang di puncak bukit itu. Hal ini saya lakukan supaya para pendaki bukit ini tahu bahwa saya pernah mendaki disini, atau paling tidak saat nanti saya berkesempatan untuk kembali kesini, ada sebuah nikmat saat saya akan mencari-cari lagi dimana tulisan itu.
Alasan yang sama mungkin juga menjadi sebab kenapa hampir setiap orang yang mengunjungi sebuah tempat yang baru baginya, ia akan mengabadikannya. Tak jarang justru hal inilah yang menjadi hal utama untuk dikerjakan pertama kali sebelum masuk ke sebab kenapa kita ke tempat tersebut. Saat mengunjungi Danau, sungai, laut, perkebunan, tempat wisata, bahkan kuburan, mengabadikan diri via foto ataupun video menjadi kegiatan utama.
Dulu, saat masih nyantri di pondok, saat menaiki bis dari kampung halaman menuju kesana, tak jarang saya lihat tulisan-tulisan semi ber-seni menghiasi bangku ataupun dinding bis tersebut. Kasus yang sama juga ditemukan saat saya menaiki angkot. Ada tulisan-tulisan aneh ragam makna. Ada yang menulis " Saya benci kamu " atau yang paling sering adalah grafity ala ABeGe "AKu love ....". Dan para pembaca seperti saya pun ada yang spontan tersenyum, menggeleng-gelengkan kepala atau malah ada yang kesal sendiri. Waktu itu, saya pun sempat berpikir, bagaimana kalau suatu saat saya naik pesawat, apakah saya juga akan meninggalkan jejak di bangku-bangku nya yang super mewah ?
Sampai pada saat ini, saya akhirnya menyadari bahwa kalaupun kita tidak mengabadikan jejak kita di sebuah tempat atau kenangan terhadap seseorang dengan bantuan alat semisal foto, rekaman video, atau sekedar membikin coretan, jejak itu tetap akan ada. Kemanapun dan dimanapun kita berada, jejak itu pasti ada, hanya ia tidak dalam bentuk tulisan, ia bekas-bekas dalam bentuk sikap dan tingkah laku. Baik dan buruknya sikap dan tingkah laku kita adalah jejak yang sangat susah sekali untuk dihapus.
Mungkin itulah sebabnya kenapa kita akan malu sendiri berkunjung ke rumah seseorang karena alasan bahwa kita pernah meninggalkan jejak kurang baik disana. Langkah kaki kita akan berat saat kita diminta untuk menemui seseorang yang pernah kita beri bekas jelek kepadanya. Hal yang jauh berbeda saat kita meninggalkan jejak kebaikan disana. Perasaan kita akan tenang dan kita pun lebih enjoy kesana. Mungkin suatu saat, ketika kita mulai tua dan kita berkesempatan untuk mengunjungi sekolah kita dulu, kita bisa jadi enjoy kesana kalau dulu saat sekolah kita adalah orang yang berprestasi, berakhlak baik dan sikap yang anggun. Sebaliknya langkah kita pun akan terasa berat kalau kesan kita disana adalah yang pernah melawan guru, hobi huru-hara, dan sering tinggal kelas. Mungkin kita tetap kesana, namun dengan perasaan yang berbeda.
Yah, karena kita pasti meninggalkan jejak kita di setiap saat dan tempat, paling tidak saat ini kita harus mulai menginsyafi diri. Berusaha sekuat mungkin untuk meninggalkan kenangan dan jejak kebaikan. Meninggalkan bekas-bekas kearifan dan cinta kasih. Bukan meninggalkan luka yang perih, atau malah kejelekan yang membuat orang bersyukur bahwa kita tiada lagi dekat mereka.
Semoga semua usaha kita memberikan bekas kebaikan
Cairo, 7 hari setelah demisioner dari Khadim PII Mesir. Maaf atas segala kesan keburukan.
***
Dan tentang kenangan, untuk makhluk manis luar biasa disana, masih ingat saya kah ? *upss ^_^
4 komentar
Wah uda saya punya temen nih, setiap berkunjung kemanapun selalu buang air besar di tempat yang dikunjunginya :))
ReplyDelete@penulis cemen : hahaha itu mah ada yang rusak di bagian Bel*k*n*nya :D
ReplyDeletekalo ninggalin jejak di hati wanita udah pernah belom uda? #Ngikik
ReplyDelete@Fanz : sering *mukaplayboy* :D
ReplyDelete