...Karena Organisasi adalah gengsi...
11:56 AM
"Ketika anda berorganisasi,namun tidak membawa perubahan terhadap organisasi dan masyarakat maka yang anda lakukan hanyalah kerja bakti,bukan berorganisasi" (Arif,Super trainer)
Paradigma berorganisasi saat ini telah menjadi trend di kalangan mahasiswa.Mungkin kalau kita persentasekan Cuma 10 % dari kalangan mahasiswa yang merasa tidak perlu berorganisasi dan tidak berafiliasi kedalam sebuah organisasi.Sangat sedikit sekali mahasiswa yang merasa cukup dengan pergulatan ilmiahnya,dengan diktat kuliahnya,dan dengan ceramah para dosen di depan kelas.Hari ini nyaris organisasi yang digeluti oleh mahasiswa bermetamorfosis –dalam arti harfiah- menjadi tempat "kuliah" kedua setelah universitas.
Kenapa berorganisasi? Pertanyaan ini mungkin sudah basi kedengarannya di telinga mahasiswa.Jawaban yang ada mungkin berbeda-beda sesuai dengan redaksi jawaban dari yang ditanya,namun intinya adalah bahwa organisasi adalah wadah pengembangan diri,wadah - dimana mahasiswa yang secara psikologi perkembangan telah memasuki taraf kedewasaan- membutuhkan semacam "simulasi kehidupan" untuk menghadapi kehidupan nyata di luar,wadah dimana para aktifis organisasi mengimplementasikan apa yang mereka dapatkan di bangku pendidikan kedalam objek nyata di kehidupan mereka,dan lain-lain sebagainya.
Ya memang kita tidak dapat memungkiri bahwa organisasi sangat bermanfaat sekali bagi para mahasiswa.Banyak sekali pelajaran dan pendidikan yang didapatkan dalam berorganisasi.Didalam organisasi kita bisa belajar disiplin,menghargai waktu,menghargai orang lain,kita dapat mempelajari teknik berkomunikasi dan bersosialisasi dengan berbagai macam tipe manusia dan budaya yang kelak akan berguna bagi diri kita,kita juga dapat mengaplikasikan segala ilmu yang telah kita dapatkan,implementasi ilmu dalam bentuk konkrit bukan sekedar teori dan masih banyak lagi manfaat organisasi.Yaa untuk alasan-alasan seperti ini kita setuju..
Berorganisasi di masisir
Nah,sebagai anak baru di kalangan masisir (Mahasiswa indonesia mesir) saya pribadi melihat fenomena unik dalam dinamika organisasi di kalangan masisir.Dengan sibuknya jadwal kuliah,belum lagi ditambah dengan kegiatan ilmiah ekstra kampus seperti kajian dan talaqi,masisir ternyata mampu untuk berdinamika dalam dunia organisasi.Bahkan dalam taraf yang bisa saya kasih penilaian "excelent".Kenapa saya kasih penilaian seperti itu karena ternyata hampir rata2 masisir menggeluti lebih dari satu macam organisasi.Minimal mereka aktif di kekeluargaan dan almamater.Sungguh mengagumkan.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah efektifkah ? Mungkin hal ini telah banyak dibahas oleh kalangan pemerhati di masisir.Banyak yang bilang bahwa kurang efektifnya berorganisasi adalah karena masalah klasik yaitu kekurangan dana,budaya di masisir yang suka ngaret plus akomodasi dan transportasi di mesir yang "bikin emosi".Saya pribadi mungkin tidak akan membahas ini.
Pernah ada ide dari beberapa kalangan masisir bahwa salah satu cara meng-efektifkan kegiatan dan dinamika organisasi di masisir adalah dengan cara sentralisasi kegiatan.Bahwa mungkin lebih efektif kalau beberapa kegiatan yang variabelnya sama di merger seperti kajian bahasa inggris di kekeluargaan A di gabung dengan kajian bahasa inggris di kekeluargaan B dsbg.sehingga kegiatan pun dapat lebih beragam dan tentunya dapat meminimalisir keuangan dan sumber daya manusia yang mengurus hal itu (baca:Panitia).
Namun ternyata ide ini kemudian mentah.Begitu sering mungkin kalangan aktifis lintas organisasi berdiskusi tentang masalah ini,tapi tetap mentah.Kalaupun ada mungkin hanya satu atau dua kegiatan yang dapat dilaksanakan lintas organisasi.Padahal kalau seandainya ide ini di implementasikan, akan sangat terasa manfaatnya dalam meminimalisir dana dan tenaga.
Nah kenapa gagal?Ini sebenarnya inti dari tulisan saya.Bahwa ternyata selama kurang lebih 6 bulan hidup di mesir,saya melihat fenomena lain dalam organisasi di masisir,terlepas dari pandangan orang lain,ini adalah pandangan subjektif saya.Organisasi di masisir ternyata sudah kehilangan orientasi pembelajaran dan pendidikan,bukan dalam arti formal,namun pembelajaran dan pendidikan dalam sebuah proses.Organisasi hari ini cenderung terkungkung dengan mengadakan kegiatan yang sifatnya "booming" dengan mengorbankan tenaga panitia namun hanya sedikit sekali nilai pembelajaran dan pendidikan yang semestinya muncul dari berorganisasi.Organisasi hari ini cenderung lebih menekankan kegiatan ketimbang nilai etik -yang diambil sebagai pelajaran- yang muncul dalam proses berorganisasi.Ditambah lagi dalam masalah ketidak efektifan panitia,sering terjadi anak baru ataupun yang baru akan masuk ke wadah organisasi tidak diberikan pembelajaran terlebih dahulu namun langsung disuruh terjun langsung dalam sebuah kepanitiaan.
Dan yang lebih gawat adalah ternyata orientasi organisasi hari ini adalah berkegiatan untuk sebuah prestise,untuk sebuah gengsi.dimana sebuah aib jika organisasi tidak melakukan kegiatan yang sifatnya eksternal dan booming tanpa memperdulikan proses.Seakan nilai idealisme yang muncul dalam berorganisasi telah berubah menjadi kegiatan pragmatis opurtunis.
Saya mengutip sebuah kalimat yang saya ambil dari artikel karangan salah seorang aktifis "Kalau kita tidak mampu memunculkan dinamika proses dalam organisasi,atau kita tidak mampu memunculkan inovasi,kreasi,azas efektifitas dan efisiensi dalam berorganisasi maka kita tidak lain adalah boneka yang dipermainkan dalam organisasi".Maka sejujurnya berorganisasi seperti ini sangat sedikit memunculkan nilai kedewasaan dalam diri kita,mungkin kita terkenal dengan keaktifan kita berorganisasi lewat kegiatan yang kita organisir namun nyaris tak ada nilai yang kita ambil.Organisasi pun hanya menjadi sekedar gengsi bagi kita,sebuah prestise yang layak diperjuangkan dan dimunculkan,dimana eksistensi kita harus melebihi eksistensi organisasi lain dan harus mendapat pengakuan.
Nah,apakah kita telah termasuk aktifis organisasi yang memunculkan nilai? Atau kita baru saja "kerja bakti" demi sebuah gengsi?
0 komentar