Imam
Al-Alusi pengarang tafsir Ruh Al-Maani, ketika mentafsirkan surat an-nisa’ ayat
86, mengutip bait-bait syair Imam Shadruddin Al-Ghazzi tentang tempat-tempat
dimana makruh (bahkan haram) mengucapkan salam dan tidak wajib untuk dijawab.
Bait-bait tersebut berbunyi :
سلامك مكروه على من ستسمع ... ومن بعد ما أبدى يسن ويشرع
مصل وتال ذاكر ومحدث ... خطيب ومن يصغى إليهم ويسمع
مكرر فقه جالس لقضائه ... ومن بحثوا في الفقه دعهم لينفعوا
مؤذن أيضاً مع مقيم مدرس ... كذا الأجنبيات الفتيات أمنع
ولعاب شطرنج وشبه بخلقهم ... ومن هو مع أهل له يتمتع
ودع كافراً أيضاً ومكشوف عورة ... ومن هو في حال التغوط أشنع
ودع آكلاً إلا إذا كنت جائعا ... وتعلم منه أنه ليس يمنع
كذلك أستاذ مغن مطير ... فهذا ختام والزيادة تنفع
“Ucapan salammu makruh diucapkan kepada orang-orang yang insya Allah
akan kamu dengar (siapa jenis orangnya. Sedangkan kepada yang selain mereka,
tetaplah disunahkan dan disyariatkan”
“Kepada orang yang sedang shalat, orang yang membaca, yang sedang
berzikir dan menyampaikan hadits. Kemudian kepada khatib dan orang yang sedang
konsentrasi menyimak bacaan orang2 yang telah disebutkan (bacaan shalat, buku,
zikir dan hadits serta khutbah) dan orang yang sekedar mendengar mereka”
“Kemudian kepada orang yang sedang mengulang bacaan dan hafalan
fiqihnya, orang yang sedang duduk di depan hakim (wali atau pemerintah). Kepada
orang yang sedang membahas dan meneliti masalah fiqh. Tinggalkanlah
(mengucapkan salam kepada mereka) agar ilmu mereka memberikan manfaat"
“Kemudian makruh juga mengucapkan salam kepada orang yang sedang azan
dan iqamah serta kepada guru yang sedang mengajar. Seperti itu pula terlarang
mengucapkan salam kepada lawan jenis (pemudi) yang bukan mahram”
“Makruh juga mengucapkan salam kepada orang yang sedang main catur dan
permainan yang melenakan semisalnya. Makruh juga mengucapkan salam kepada orang
yang menemani permainan tersebut”
“Terlarang mengucapkan salam kepada orang kafir dan yang sedang terbuka
auratnya serta kepada orang yang sedang membuang hajat”
“Makruh pula
mengucapkan salam kepada orang yang sedang makan kecuali jika kamu dalam
kondisi lapar (dan ingin meminta dijamu oleh yang sedang makan) atau kita ingin
belajar sesuatu darinya. Maka itu tidaklah terlarang”
“Kemudian
kepada guru yang sedang sibuk belajar mengajar, kepada yang sedang menyanyi dan
sedang melatih unggas. Maka inilah penutupnya sedangkan tambahan yang ada insya
Allah bermanfaat”
Sebagian ulama
menambah bait syair ini dengan tambahan berikut :
و زد عد
زنديق و شيخ ممازح ... و لاغ و كذاب لكذب يشيع
و من
ينظر النسوان في السوق عامدا ... و من دأبه سب الانام و يردع
و من
جلسوا في مسجد لصلاتهم ... و تسبيحهم هذا عن البعض يسمع
و لا
تنسى من لبى هنالك صرحوا ... فكن عارفا يا صاح تحظى و ترفع
“Dan
tambahannya adalah mengucapkan salam kepada orang zindiq, orang tua yang sudah
lemah, orang yang sedang lalai (tidak perhatian kepada yang mengucapkan salam)
serta kepada orang yang sedang menceritakan kebohongan (sedang gosip)”
“Lalu kepada
orang yang sengaja pergi ke pasar untuk melihat wanita dan sejenisnya adalah
orang yang mencaci serta memaki orang lain”
“Begitu pula
kepada orang yang sedang duduk di mesjid untuk shalat dan bertasbih dimana yang
lainnya mendengarkan bacaan tasbihnya”
“Dan jangan
lupa pula bahwa terlarang memulai salam kepada orang yang sedang talbiyah (haji
atau umrah). Maka jadilah kamu orang yang tahu wahai pembaca semoga kamu bisa
memeliharanya hingga terangkat derjatmu”
*Pada
intinya, ucapan salam terlarang (makruh atau haram) kepada orang yang sedang
sibuk dan uzur untuk mengucapkan salam, kepada orang yang tidak bisa memberikan
keamanan dan keselamatan, kepada orang yang berbeda akidah serta kepada orang
yang kehilangan potensi akalnya”
Sumber :
Tafsir Ruhul Maani, Hasyiyah Ibn Abidin