Manusia didikan Alam

1:19 PM

Salah satu profesi yang membuat saya salut sampai hari ini adalah agen angkutan umum dan penjahat bergelar ‘Calo’.Manusia yang biasa beroperasi di terminal dan pelabuhan ini , memiliki kecerdasan emosional yang luar biasa.Agen angkutan , dengan kemampuannya yang ia pelajari entah dimana , mulai merayu dan meyakinkan penumpang untuk menaiki angkutan yang ia ageni.Penumpang yang awalnya ragu-ragu untuk memilih angkutan apa yang cocok ia naiki , pun mulai menimbang-nimbang untuk mengambil tawaran si agen.Lalu dengan sedikit campuran antara gaya yang meyakinkan , gerak tubuh yang tenang serta joke-joke yang memberikan kenyamanan , agen pun berhasil menggaet seorang penumpang.

Calo lebih luar biasa lagi.Bajingan yang biasa menjamur saat-saat musim mudik dan balik serta libur panjang ini , setingkat lebih hebat dan cerdas emosinya ketimbang agen angkutan.Dengan moment yang tepat , ia bisa membuat seorang calon penumpang jatuh dalam kondisi –meminjam bahasa Andrea Hirata – ‘fait accompli’' ,sebuah kondisi dimana seseorang harus memilih pilihan yang runyam , pilihan yang sesungguhnya tak rela.

Kecerdasan emosi yang dimiliki Calo , bisa kita lihat sendiri dalam situasi-situasi diatas.Saat mau mudik lebaran misalnya, rasa ingin segera bertemu keluarga dan sanak family , membuat logika jernih kita lemah untuk memikirkan sesuatu selain agar segera sampai tujuan.Kondisi ini kontras dengan pemandangan stasiun kereta, terminal atau pelabuhan yang dihuni lautan manusia berniat sama.Bayang-bayang kehabisan tiket atau terjebak dalam waktu yang lama pun mulai menghantui.Saat-saat dilematis seperti ini , munculah seseorang yang berpakaian rapi bak pejabat , datang menawarkan ‘solusi’.Sang Calo menawarkan beberapa ‘Sorga’ yang sangat indah dalam deskripsi , namun sebenarnya tak pernah diketahui kebenarannya.Namun mau apa lagi , hanya ini satu-satunya solusi ,pikir kita waktu itu.

Tawar menawar pun mulai terjadi dengan calo.Yah bajingan ini memang sangat bajingan.Dengan santainya ia tawarkan harga tiket 4-10 kali lipat dari harga tiket standar.Jelas kita mulanya menolak mentah-mentah.Lalu dengan sangat terlatih , ia ramu bujukan , simpati , sikap bersahabat , desakan , ancaman , lalu sedikit rasa tak acuh dan tak butuh. “Lihatlah kerumunan antrian tiket itu , mustahil sampai malam nanti akan selesai.Susah memang mendapatkan tiket hari ini.Belum lagi kalau nanti terjebak macet panjang di dermaga ?”.Kemampuannya dalam merusak logika calon penumpang memang tiada duanya.Dan setelah beberapa saat , penumpang pun harus memilihnya walau tak rela , namun tak tahu harus bagaimana lagi.

***

Alam dan makhluk yang mendiaminya , memang memberikan kita begitu banyak pelajaran.”Alam takambang jadikan guru” begitu salah satu falsafah hidup yang diajarkan orang tua kami di Minangkabau.Bergaul dengan alam , lingkungan dan makhluk-makhluknya, akan mendapatkan banyak pelajaran yang luar biasa.Kehidupan yang tidak pernah sepi dari orang yang silih berganti datang dan pergi , akan turut andil dalam pembentukan proses diri.

Sama seperti Agen dan Calo diatas.Manusia yang dididik langsung oleh Alam dan lingkungannya yang keras , berjuang untuk mengepulkan asap dapur agar terus membumbung.Rasa lapar dan butuh , membuat mereka survive menjalani hidup.Belajar dari kondisi lalu memanfaatkannya untuk kebutuhan diri.Tempaan lingkungan yang terus dirasakan setiap harinya , membuat mereka menjadi kawakan yang luar biasa.

Alam dan lingkungan serta makhluk-makhluknya, memang mengajarkan kecerdasan emosional yang nyaris tidak akan kita temui lagi di bangku pendidikan formal.Bagaimana kita memaknai sebuah proses kehidupan lalu memetik pelajaran darinya.Setiap jenis kegiatan , setiap bentuk pekerjaan , setiap macam kejadian , sebenarnya adalah kuliah yang sedang dipaparkan ke hadapan kita.Tinggal sikap kita sendiri , apakah akan melewatkannya tanpa makna , atau memanfaatkan kesempatan berharga ini untuk pembentukan emosional diri yang sesungguhnya.

Kalaulah setiap tempat adalah sekolah , maka setiap orang adalah guru” , begitu nasehat yang saya dapatkan dari Kanda Bayu Gawtama (salah seorang KB PII , relawan dan penulis Buku Best seller) saat beliau berkunjung ke Mesir.Kita bisa memanfaatkan setiap apapun yang terjadi , menghayatinya dengan dalam , lalu memetik hikmah dan pelajaran agar menjadi penerang hidup di masa depan.Nyaris tiada satupun kejadian yang tidak ada hikmah dan pelajarannya.Hanya saja terkadang ruang logika kita terkukung oleh ego diri hingga tidak mampu untuk melihat terangnya cahaya hikmah dan pelajaran itu.

Semoga diri ini bisa selalu belajar dari kehidupan dan memberikan manfa’at buat semua

“Kita tak akan pernah sepi dari seliweran manusia di hadapan kita.Keberadaan orang-orang yang berbeda di dekat kita seringkali menjadi penuntun dan penguji sampai dimana kemampuan kita melewati proses tersebut hingga menjadi manusia yang seutuhnya.Manusia Profetik , manusia yang memanggul tugas kenabian , manusia yang bertitel ‘Kholifah fi al-Ardlh’ , semoga mampu menjalaninya”. (Inspirasi dari status FB salah seorang sahabat)

Agen Kapal Pesiar di Tahrir sedang beraksi (1 September 2011)

You Might Also Like

3 komentar

  1. wow...hehehe
    ya itulah mas, cari uang jalannya bermacam-macam...

    ReplyDelete
  2. calo ada dimana2 ya, Da? :D
    sampai di mesir juga

    ReplyDelete
  3. @ascomycotina : yups begitulah , yang penting makan ^^

    @catatannyasulung : hahaha yah banyak malah.Namun saya salut dengan mereka . mereka tidak pernah sekolah di ekonomi , manajemen atau bisnis , namun kepintaran mereka dalam negosiasi tidak bisa dipandang sebelah mata

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images