Kisah Orang Gila dan Ahli Ibadah
3:03 PM
Suatu
hari, seorang orang gila berjalan dekat seorang Abid (Ahli Ibadah) yang sedang
beribadah dalam keadaan menangis dan air mata yang tertumpah. Sang Abid berdoa
“Ya Tuhanku, Jangan masukkan hamba ke nerakamu, ampunilah dan kasihanilah
hamba. Ya Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, jangan Engkau azab
hamba dengan nerakamu. Sesungguhnya hamba ini sangatlah lemah, tiada daya dan
upaya sedikitpun dalam menolak serta menghindari pedihnya azabmu. Badan hamba
yang begitu lemah, kulit hamba yang sangat tipis, tulang hamba yang begitu
rapuh, tidak akan sanggup untuk menahan panasnya api nerakamu. Ampunilah hamba
dan kasihanilah hamba ya Allah”.
Mendengar
doa Abid tersebut, orang gila itu pun tertawa terbahak-bahak begitu keras
hingga mengalihkan konsentrasi sang Abid. Ia pun bertanya pada orang gila
tersebut “apa yang membuatmu tertawa wahai orang gila ?”.
Orang
gila menjawab “Karena kamu menangis lantaran takut api neraka”.
Si
Abid kembali bertanya “Dan kamu tidak takutkah pada dahsyatnya api neraka ?”
“Tidak,
aku sama sekali tidak takut” ujar Orang gila itu.
Giliran
Si Abid yang tertawa dan berkata “memang benar engkau sudah gila ternyata”.
Orang
gila itu lalu berkata “bagaimana mungkin engkau takut neraka wahai Abid
padahal kamu mempunyai Tuhan yang Rahmatnya begitu luas meliputi segala hal ?”
“Itu
lantaran aku memiliki dosa yang jikalau Allah hukum dengan keadilanNya, Niscaya
aku akan terlempar ke neraka. Dan Aku takut dan menangis supaya Allah merahmatiku
dan mengampuni seluruh dosaku sehingga aku tidak dihisab kelak lantaran adilNya
beliau. Dan dengan Karunia, Kebijaksanaan dan Kasih SayangNya, Allah masukkan
aku ke Sorga dan menjauhkanku dari api neraka” jawab si Abid.
Mendengar
jawaban itu, Si Orang gila pun tertawa lebih keras dari yang sebelumnya. Dengan
kesal, Abid bertanya kembali “kenapa engkau tertawa ?”.
Si
Orang gila menjawab “Wahai Abid, bukankah kamu memiliki Tuhan yang Maha Adil
dan tidak Akan merugikan mu sedikitpun lalu kamu takut akan keadilanNya ?”.
”Disisimu
ada Allah yang maha Pengampun, Maha Penyayang dan Maha menerima taubat lalu
engkau takut akan nerakaNya ?”.
Si
Abid balas bertanya “Apakah engkau tidak takut pada Allah, hai orang gila
?”.
“Tentu
saja, Aku takut pada Allah tapi ketakutan ku bukan karena nerakaNya” jawab
si orang gila.
Si
Abid tercengang, lalu berkata “Jadi, jika kamu tidak takut nerakaNya, kamu
takut lantaran apa ?”.
Orang
gila itu menjawab “Aku takut saat Allah menghadapiku dan bertanya padaku ‘Kenapa
kamu durhaka padaKu wahai HambaKu ?’. Kalaupun aku masuk neraka, aku lebih
suka dimasukkan kesana tanpa harus ditanya seperti itu oleh Allah nanti.
Sungguh Azab neraka akan terasa lebih mudah bagiku ketimbang harus dihadapi dan
ditanyai Allah dengan pertanyaan itu. Sungguh, aku tidak sanggup menghadapi
Allah dengan mataku yang telah berkhianat padaNya dan menjawab pertanyaanNya
dengan lidah yang telah begitu sering mendustai PerintahNya. Kalaupun aku masuk
ke neraka dan Allah redha padaku, maka itu tidaklah mengapa”.
Si
Abid kembali tercengang dengan jawaban orang gila tersebut, dan kali ini
membuatnya berpikir lama. Orang gila itupun berkata “wahai Abid, aku akan
menceritakan pada mu sebuah rahasia namun jangan kamu ceritakan pada siapapun”.
“Rahasia
apa itu wahai orang gila yang cerdas ?” jawab Abid.
“Wahai
Abid, sesungguhnya Tuhanku tidak akan memasukkan ku ke neraka. Kamu tahu
sebabnya kenapa ?”
“Kenapa
?”
“Karena
Aku menyembahNya lantaran aku cinta dan rindu padaNya, sedangkan kamu menyembahNya
lantaran kamu takut akan nerakaNya dan tamak terhadap SorgaNya.” Jawab
Orang Gila.
“Persangkaanku
terhadapNya lebih baik dari persangkaanmu, harapku padaNya lebih utama dari
harapMu. Oleh karena itu, kenapa kamu tidak berharap sesuatu yang lebih utama
dari apa yang sekarang kamu harapkan padaNya ? Sesungguhnya Musa alaihissalam
pergi berharap melihat api agar ia bisa menggunakan api tersebut untuk
menghangatkan dirinya namun dia kembali sebagai nabi. Dan aku menghadap tuhanKu
berharap dapat menyaksikan keindahan dan ke maha-kuasa an Tuhanku lalu aku
kembali sebagai orang gila”.
Si
Orang Gila pun berlalu sambil terus tertawa meninggalkan Si Abid yang kembali
menangis tersedu.
0 komentar