Tentang Tim

6:27 AM



Sebagai manusia, kita ini saling bergantung. Tidak mungkin salah satu dari kita mampu mengingkarinya. Begitu pula, kita tidak dapat menghindari perubahan yang memang akan terus menghampiri. Sebab, ketergantungan di antara kita maupun perubahan yang selalu terjadi sudah merupakan kodrat.

Seiring perubahan itu, hubungan ketergantungan kita pun berganti wujud. Persis seperti handhphone yang semakin membuat hidup kita praktis. Mulanya berukuran besar dan hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi lisan.Tetapi tidak lama kemudian ukurannya menjadi jauh mengecil dan lebih canggih fungsinya sehingga menjadikan kita dapat berkirim teks (short message service), lalu berubah lagi mampu mengirim suara, teks sekaligus foto (multimedia message service). Hari ini handphone yang kita miliki sudah memiliki fitur yang tidak sempat kita pikirkan beberapa waktu yang lalu.

Perubahan yang tidak kalah hebat semacam itu juga berlangsung pada pola saling ketergantungan kita dalam beraktivitas. Seringnya pola yang kita temui berupa sebuah tim, dan tidak lagi situasi ''atas-bawah'' dimana berlaku rumus bahwa yang di atas selalu dominan terhadap yang bawah.

Tim (team) merupakan kumpulan sejumlah orang yang saling berkolaborasi dan berinteraksi demi mencapai tujuan bersama. Mereka datang dari aktivitas berbeda dan, yang menarik, masing-masing bersedia menyumbang sesuatu dari sudut latar belakang aktivitasnya tadi untuk kepentingan bersama.

Gampangnya, kita bayangkan saja kumpulan dokter yang mengoperasi seorang pasien. Di sana ada dokter spesialis penyakit yang diderita pasien, dokter bedah, dokter anestasi, perawat, dan teknisi lain yang saling memberikan kemampuan terbaiknya demi satu maksud, yaitu kesembuhan sang pasien (ah terima kasih kepada serial “House MD” yang mengajarkan saya serpihan kecil tentang dunia kedokteran).

Kita juga dapat membayangkan sebuah kesebelasan yang selalu berusaha menang dalam rangkaian liga sepakbola. Di lapangan terlihat para pemain seperti berbagi area dan memberi umpan yang pada akhirnya sampai kepada sang ujung tombak untuk menciptakan gol.

Intinya, sebuah tim terdiri atas sejumlah individu yang bergabung dan memiliki komitmen yang sama. Karena itu, masing-masing anggota haruslah bersedia membuka diri dan melebur untuk bersama menyusun rencana kerja, berbagi tugas saat pelaksanaan, dan memberi penilaian pekerjaan bersama-sama pula.

Kita tentu tahu apa yang terjadi pada pasien jika ada satu saja individu dalam ruang operasi tidak memegang teguh komitmen. Kita pun mengerti apa yang akan terjadi jika satu orang saja pemain dari sebuah kesebelasan tidak patuh pada perannya di lapangan.

Biasanya suatu tim dipimpin oleh salah satu dari mereka. Namun, model kepemimpinannya bukan sebagai atasan yang dominan memberi perintah dan siap dengan hukuman bagi pelanggaran oleh bawahannya. Sebagai pemimpin tim dia lebih berlaku sebagai fasilitator dan ''pembina'' (coach).

Tim bukanlah kumpulan orang-orang yang bekerja dibawah seorang pengawas. Bedanya, paling tidak seperti yang telah terungkap, yakni pada komitmen, penentuan, dan bagaimana menyusun pekerjaan dan gaya kepemimpinan. Beda lainnya terlihat pada saat mereka rapat. Semuanya berpartisipasi dan tidak ada pembicaraan satu arah. Mereka saling berbagi informasi dan tidak terasa ada persaingan satu sama lain.

Dengan kata lain, tim merupakan peleburan dari sejumlah orang. Namanya juga melebur, maka tidak satu pun yang boleh menonjol apalagi sengaja menonjolkan diri. Sebab, yang dikedepankan tim adalah hasil kerjanya. Makanya, kerap sebuah tim berantakan karena invidunya ada yang tidak mampu rendah hati, menghargai, dan bersepakat.

Dalam tim bukannya tidak ada beda pendapat atau adu argumentasi. Sebaliknya, tim yang baik justru subur dengan hal-hal demikian. Namun, karena sifatnya melakukan segala sesuatu bersama-sama sejak perencanaan, implementasi, dan pengawasan, maka yang dinyatakan ke luar adalah hasil bersama itu.

Anggota tim boleh dan dapat saja memberikan tentangan dan suara yang berbeda dengan yang lain. Tetapi, itu dilakukan dalam pertemuan internal. Satu saja dari anggota membuka perbedaan atau rasa tidak puasnya ke luar tim, maka pekerjaan tim tidak ada artinya dan hanya membuang-buang waktu percuma.

Ketika kita berada dalam tim, maka kita bukan sedang berhadapan dengan rival dan siap berkonflik. Sebaliknya kita mesti mampu memberikan yang terbaik dari sisi kita dan terbuka pada pandangan rekan tim lainnya. Sebab, jika tim diibaratkan sebagai tubuh, maka kita adalah salah satu sisi saja dari bagian tubuh yang saling melengkapi dengan sisi yang lain.

Sulit bagi tim jika ada anggota yang bersikap negatif. Bila tergabung dan menjadi pemain tim, kita mestinya beruntung karena memasuki lingkungan positif dan saling mendukung, saling berbagi, dan saling menyesuaikan diri. Selain itu kita akan semakin kaya wawasan dan dapat memetik hikmah pengalaman orang lain, serta banyak lagi.

Jadi,......... bisa diambil kesimpulannya kan ?


 #Ceracau #singkat #paska #NgeTim #Intra #PII #PadangPanjang

Terima kasih atas semua hikmah dan pelajaran yang saya dapatkan. Kalian Luar biasa ^_^

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images