Memorial Training ( Bagian 2 )
6:19 PMMusik dan lirik
Pernah nonton Film Music and Lyric ? Film komedi romantis yang lumayan booming pada tahun 2007 ini mengisahkan tentang hubungan dua entitas yang masing-masing memiliki kelebihan. Alex Fletcher merupakan seorang komposer musik namun tidak terlalu ahli dalam menyusun lirik. Di tengah kegalauannya untuk menyelesaikan sebuah lagu yang dipesan oleh seorang artis ternama, ia 'dipertemukan' dengan Sophie Fisher, seorang gadis penyiram tanaman. Sophie fisher secara tak sengaja selalu bisa memunculkan lirik yang sesuai dengan ketukan nada Alex. dan dari sini, mereka berdua berjuang memproduksi sebuah lagu yang benar-benar harmonis. Bukan semata-mata lagu yang indah, namun juga lagu yang memiliki nilai kesetiaan dan saling percaya antara lantunan nada dan kejujuran lirik.
Musik dan lirik, bayangkan jika kita menyanyikan lagu 'gugur bunga' dengan aliran musik punk rock dengan ketukan drum yang cepat. Atau lagu 'My heart will go on' dengan Irama Gothic. lagu yang semestinya menitikkan air mata karena membawa pesan kesedihan, harus diganti kebingungan akibat musik yang gembira. Dan coba juga menyanyikan lagu 'Sorak-sorak bergembira' dengan nada mellow. Lagu yang semestinya membawa semangat perjuangan tiba-tiba malah bikin orang 'keleyengan'. Bentuk sederhana harmonisasi antara masing-masing entitas.
Dalam hidup dan berkehidupan, harmonisasi adalah hal yang sangat dirindukan oleh setiap makhluk. Hubungan antara Istri-suami, Orang tua-anak, Sesama teman, Guru-Murid, Pimpinan-bawahan, bahkan untuk level hubungan antara manusia-hewan, Hewan-Tumbuhan dan Manusia-alam pun harus ada keseimbangan dan keharmonisan. Ketika hubungan ini sejalan dan seirama, kita akan melihat embun keindahan yang mengalir disela-selanya. Sebaliknya, ketika hubungan ini tidak lagi harmonis, ia ibarat madu yang kehilangan rasa, hanya membuat rekatan-rekatan yang pedih namun tiada lagi rasa manis didalamnya.
Nah, dalam pelatihan, harmonisasi antar entitas yang bergelut di dunia ini juga memberikan dampak tersendiri. Setidaknya, ada 4 'organisasi' yang menjadi sasaran dalam pelatihan. Mereka ini adalah Peserta, Panitia, Instruktur pengelola, dan lingkungan. Ibarat kolaborasi cantik Musik dan Lirik, semua entitas ini harus memainkan perannya dengan semestinya. Tidak hanya sikap serius, namun lebih dari itu adalah ketulusan dalam bermain.
Kita bisa bayangkan, seandainya ada peserta telat makan gara-gara kecerobohan panitia, atau panitia yang pingsan gara-gara terlalu memperhatikan kebutuhan instruktur dan melupakan kondisi dirinya, atau instruktur yang telat masuk ke kelas gara-gara maag-nya kambuh akibat telat makan. Belum lagi jikalau lingkungan tidak dilibatkan dalam proses, misalnya perangkat desa yang tidak dihubungi lalu menganggap acara pelatihan tersebut ilegal, dan masih banyak lagi contohnya.
Coba kita bayangkan kalau hubungan antara 4 aspek ini berjalan harmonis. Saat masuk ke kelas, para peserta sudah siap berdinamika, tidak perlu merisaukan 'ntar siang makannya telat ga yah ?', Instruktur pun sudah siap dengan segala bekalnya, Panitia pun tidak lagi dikhawatirkan oleh urusan makan atau kebutuhan lainnya. Dan masyarakat setempat pun 'open' dengan kegiatan. Ini bentuk harmonisasi antar entitas.
Nah antara masing-masing person dalam entitas pun harus berhubungan dengan harmonis. Bisa kita bayangkan jika hubungan antar panitia kacaw, Instruktur yang saling tidak menghormati komitmen, atau peserta yang saling tertutup dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Belum lagi kalau kita mengadakan kegiatan di lokasi 'Perang', antar penduduk mengalami clash. Bisa-bisa kegiatan bubar dalam hitungan jam. Lalu menyisakan trauma masing-masing.
***
Paling tidak, ada dua sikap yang menjadi landasan utama hubungan yang harmonis.Sikap ini adalah Terbuka dan Komitmen. Tanpa keterbukaan, setiap orang akan merasa di zholimi dan menganggap yang lain ' tidak memahami bahwa saya juga penting '. Adapun komitmen adalah lem perekat sendi-sendi keterbukaan tersebut.
Keterbukaan dan komitmen terhadap kepentingan bersama menjadi landasan utama terbentuknya hubungan yang harmonis. Keterbukaan menjadi landasan agar setiap orang tidak menjadi yang paling rugi namun juga tidak menjadi yang paling diuntungkan dalam kelompok. Keterbukaan membuat orang bisa menimbang mana yang harus didahulukan demi kelompok dan mana yang bisa berada di dalam area 'tanazul'. Dan komitmen kemudian menjadi kunci agar keterbukaan ini benar-benar berjalan semestinya.
***
Musik dan lirik. Kita tidak mau kan kalau nada yang indah harus rusak akibat lirik yang tidak sesuai, atau karena suara yang fals ?
0 komentar