Cinta Salah Kaprah
9:20 PMKebanyakan kita sangat mencintai salah kaprah. Ingin menyebut masak beras malah disebut masak nasi. Ingin menyebut air bening malah disebut air putih.
Sama salah kaprahnya ketika menyebut bahwa yang tahu dengan anak kecil hanyalah perempuan. Itulah kenapa ketika disebut guru TK pasti perempuan, ketika disebut tukang masak pasti perempuan. Padahal setidaknya dua profesi ini malah banyak yang ahlinya adalah laki-laki.
Lagu anak-anak dahulu banyak diolah oleh pak AT Mahmud. Pakarnya anak-anak hari ini pun masih kak (pak dan inyiak semestinya) Seto Mulyadi. Untuk soal masak, tentu masih ingat sama chef Juna yang kalau komentar masakan mirip dengan gaya senior mengomentari junior saat MOS. Bagi yang hobi nonton master chef indonesia pun pasti tahu bahwa jurinya kedua-duanya masih cah lanang alias laki.
Beberapa perempuan yang saya temukan justru lebih sering beraktifitas di dunia publik. Silahkan tengok para pengisi bahan bakar di SPBU terdekat, kebanyakannya perempuan.
Kenapa kita mencintai salah kaprah ? sederhana, kita lebih suka mendengar lalu seolah tahu ketimbang mencari tahu. Ingat, tahu nya dilafalkan dengan huruf 'h' yang seolah mirip berita skandal pemerintah, rada hilang, dibaca 'tau'.
Beberapa dari kita suka taken for granted. karena sudah biasa lalu dianggap benar, kemudian dari dianggap benar lalu dituduh sebagai hukum pasti. Kenyataannya kita jarang melihat langsung ke sumber kebenarannya.
Makanya jangan heran kalau sekarang tiba-tiba banyak ustad, tiba-tiba banyak pakar, tiba-tiba banyak pengamat. Padahal modalnya masih ngaji sorongan sama goggle. Orang awam macam kita ini sukanya dianggap tahu, padahal mencari tahu pun tidak. Hanya modal dengar dari si anu, dengar di tv, baca di koran. Apakah itu yang sebenarnya, masa bodoh. Yang jelas saya sudah tahu.
dan anomalinya adalah, saya pun belum tahu apakah saya sudah tahu dengan yang saya tulis di atas ini...
0 komentar