Improvisasi = Dedikasi

6:22 PM

Bagi saya, salah satu indikator dedikasi seseorang terhadap apa yang ia geluti adalah ia mampu berimprovisasi.

Improvisasi selalu berhubungan dengan berjalannya akal seseorang dalam memproses setiap apapun yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasa dari dunia aktivitasnya.

Seorang hakim misalnya, akan kelihatan dedikasinya jika ia mampu menangkap bukti-bukti atau fakta-fakta dalam persidangan yang mungkin akan berbeda dengan apa yang tertera dalam skenario BAP. Maka hakim tersebut akan berimprovisasi sehingga hukuman bagi pencuri buah cokelat tidak akan sama atau lebih berat hukumannya dari koruptor di dewan sana.

Seorang pemain drama akan kelihatan dedikasinya manakala ia mampu mengembangkan skrip yang ia miliki sehingga dramanya lebih hidup dan bergairah. Ia akan berimprovisasi sehingga skrip yang katanya bisa dibaca oleh penonton malah membuat penonton terpana.

Seorang guru akan tampak dedikasinya tatkala ia mampu memunculkan variasi-variasi terbaru dalam teknik mendidik dan mengajarnya. Pengajarannya akan terasa lebih hidup dan tidak monoton karena improvisasinya.

Masalahnya, sekali lagi improvisasi selalu berkaitan dengan berjalannya akal. Dan percaya atau tidak, yang namanya akal sudah lama dipenjara di negeri kita ini. Coba lihat bagaimana ideawan-ideawan besar kita malah tidak dipakai lalu kembali ke luar negeri dan terkenal. Coba perhatikan bahwa pelajar-pelajar kita malah diperas untuk menyalin buku tanpa berpikir dan malah dilarang banyak bertanya.

Wacana terbaru soal larangan menghina presiden pun tak jauh dari usaha untuk mematikan usaha berpikir. Di negara kita ini, kritik seringkali disamakan dengan menghina.

Maka jadilah kita manusia yang kerja itu-itu saja. Tidak ada improvisasi. Tidak ada yang baru.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images