Puasa Pikiran
11:03 AM
Puasa artinya menahan. Konsep menahan berhubungan erat dengan pengendalian diri secara penuh. Maka puasa adalah soal pengendalian diri.
Coba kita amati perasaan, prilaku, dan kebiasaan kita sehari-hari. Semuanya berkaitan erat dengan cara kita berpikir. Kesadaran diri kita adalah tentang bagaimana kita mengolah pikiran.
Pikiran kita mengontrol banyak aspek dalam hidup. Tindakan, kebiasaan, perasaan, semuanya bersumber dari pikiran. Pikiran kita sangat besar pengaruhnya kepada rasa yang kita alami, apakah itu senang, sedih, bahagia.
Pikiran kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita konsumsi. Apa yang kita dengar, kita lihat, kita baca, bahkan yang kita alami. Persoalannya, tidak seluruh yg kita dengar, lihat, baca, dan alami adalah konsumsi yang baik. Apabila yang kita konsumsi adalah sampah, bayangkan betapa sakitnya pikiran kita.
Salah satu alat untuk membersihkan pikiran kita adalah puasa. Puasa yang dimaksud bukan hanya sekedar menahan lapar, haus, dan berhubungan suami istri. Puasa dengan makna sesungguhnya lebih dari itu.
Itulah kenapa imam al-Ghazali membagi puasa menjadi tiga jenis. Ada puasa awwam, yang hanya fokus pada puasa pencernaan. Tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri. Tetapi pikirannya tetap dirusak oleh konsumsi sampah yang ia dengar, lihat, bahkan alami. Puasa ini, oleh Rasulullah saw, dianggap tidak memiliki nilai apapun.
Ada puasa khusus. Ini puasa emosional. Bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, tetapi juga puasa dari prilaku2 negatif kepada orang lain. Mulutnya ditahan dari berbicara yang kotor dan menghina orang lain. Tangan dan kakinya ditahan agat tidak menyakiti.
Puasa khusus ini jika diseriusi lebih lanjut, maka akan menyampaikan seseorang kepada puasa pikiran. Ibadah puasanya sudah sampai pada tahap menjaga pikirannya dari racun2 yang bertebaran pada apa yang didengar, dilihat, dibaca, dan dialami. Setiap kali ada racun yang mau masuk ke dalam pikiran, maka ada gerakan penolak dari dalam diri. Kalau dalam hadis, nabi menyuruh kita mengatakan dalam hati kepada pikiran kita 'inni shaimun, saya sedang berpuasa.'
Puasa khusus inilah yang setidaknya dituju dari syariat Islam tentang puasa. Coba perhatikan, betapa banyak racun pikiran yang kita dapat dari apapun yang kita dengar dan lihat hari ini. Tontonan sampah di tv, acara gossip, sinetron tidak mendidik. Belum lagi berita soal kriminal yang tiada habis. Cerita tentang pergulatan dunia politik pun tak jarang merusak sistem berpikir kita.
Bosan dengan tv, kita bertemu gadget. Ada banyak media sosial yang memuat berita dan info yang sebenarnya racun, tetapi dipoles dengan indah. Saling klaim kebenaran tanpa menelusuri lebih dulu.
Situasi itu berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Maka tak heran jika perasaan kita pun tidak menentu. Hati kehilangan arah karena pikiran dipenuhi racun. Saban waktu kita bisa antusias, tak lama setelah itu kita bisa bete luar biasa. Hati pun tidak terkontrol lagi.
Esensi puasa adalah pengendalian diri. Jika diri dikendalikan akal, maka mestinya puasa adalah pengendalian pikiran. Puasa ada pintu baja dengan pengaman berlapis yang melindungi pikiran. Dengan berpuasa yang sebenarnya, maka kita berusaha mengamankan pikiran kita dari racun2 itu.
Bagaimana cara berpuasa seperti ini ? Cukup kita ingat bahwa mengingat Allah adalah penenang jiwa. Saat berzikir, menyebut asma Allah sembari merenungkan maknanya, maka kita akan diajarkan untuk membuang racun pikiran itu. Ada kalimat tasbih, tahmid, takbir dan tahlil yang mengandung makna tinggi. Selain itu, intens berkomunikasi dengan Allah lewat shalat dan tilawah alqur'an juga dapat mewujudkan puasa pikiran tersebut.
Puasa level ketiga adalah puasa paling khusus. Puasa tingkatan ini intinya adalah merasa dekat dan mesra dengan Allah. Kedekatan itu membuat kita tidak begitu peduli dengan tingkah polah makhluk yang tidak ada manfaatnya. Kenikmatan berdua dengan Allah adalah tujuan dari segala ibadah. Puasa level ini baru tercapai jika pikiran dan hati kita terbebas dari racun2 di atas.
Memahami bahwa puasa adalah upaya mendekati Allah akan menjadikan kita makhluk yang sehat. Sehat fisik, sehat mental, sehat pikiran, dan sehat hati, qalbun salim. Semuanya sebagai upaya menuju jiwa yang sehat, al nafs al muthmainnah.
Selamat menjalani ibadah puasa Ramadhan 1437 H. Semoga Allah memudahkan kita dalam mempuasakan fisik, pikiran dan hati kita selama Ramadhan ini. Semoga Allah memudahkan kita dalam meraih kenikmatan puasa secara optimal dan memberikan kita al nafs al muthmainnah, jiwa yang tenang. Mohon maaf lahir batin. Kullu 'am wa nahnu ila rabbina aqrab
0 komentar