Mengungkap kembali tentang‘Aidil fitri,halal bihalal,dan minal ‘aidin wal faizin

1:38 PM

Oleh : Zamzami Saleh

Sebelumnya “SELAMAT HARI RAYA ‘AIDIL FITRI 1429 H” semoga segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan kemarin memang menjadikan kita manusia yang kembali kepada fitrah nya sebagai manusia yaitu manusia yang selalu tidak lepas dari dua ikatan;ikatan ketuhana kepada Allah dan ikatan social kepada alam sekitar.

Dalam suasana ‘aidil fitri ini ada tiga istilah yang sangat familiar di telinga kita;pertama ‘aidil fitri,kedua halal bihalal,dan ketiga minal ‘aidin wal fa’izin.Ketiga istilah ini semuanya berasal dari kata bahasa arab dan sering juga terkadang kita menyamakan maksud dari ketiga hal ini dan yang lebih parah lagi terkadang kita sering menggunakan istilah ini tanpa tahu maksudnya.Maka kita akan coba membahas ketiga istilah ini.

Pertama,’aidil fitri.berasal dari kata ‘id yang artinya kembali ke tempat awal atau kembali ke tempat semula.Jadi,ini berarti bahwa sesuatu yang kembali itu berasal dari sebuah kondisi atau tempat awal.Namun apakah kondisi atau tempat awal tersebut?Maka hal ini dijelaskan oleh kata fitri yang berasal dari bahasa arab Fithr yang berarti fithrah,asal kejadian,agama yang benar atau kesucian.Jadi secara umum ‘aidil fitri berarti sebuah kondisi dimana manusia kembali ke fithrahnya sebagai manusia.

Dalam al-qur’an , fithrah manusia adalah bebas dari dosa dan suci.Karena dosa lah yang telah menjauhkan manusia dari posisi awalnya sebagai manusia,baik manusia sebagai makhluk Allah maupun manusia sebagai makhluk social.Sehingga dulu ketika Adam dan Hawa berada di surga Allah menyampaikan pesan yaitu janganlah mendekati pohon ini ( Q.S Al-baqarah : 35 ) menggunakan konotasi dekat namun ketika mereka berdua diusir dari sorga karena berbuat dosa ( memakan buah khuldi ) , Allah menyeru dengan menyatakan maka tuhan mereka menyeru keduanya,”bukankah Aku telah melarang kamu berdua mendekati pohon itu?’ ( Q.S.Al-a’raf : 22 ) menggunakan konotasi jauh ( menyeru ) yang berarti dengan perbuatan dosa dari adam dan hawa telah menjauhkan keduanya dari Allah.tapi pada akhirnya ketika adam memohon ampun kepada Allah telah mendekatkan kembali posisinya kepada Allah ( Q.S.Al-baqarah : 37 ).

Kesadaran manusia terhadap kesalahan dan dosanya akan kembali mendekatkan manusia kepada tuhannya dan fithrahnya kepada manusia ( Q.S.al-baqarah : 186 )

Dalam hubungan kemanusiaanya,manusia sering berbuat kesalahan dengan manusia maupun makhluk Allah lainnya sehingga telah menjauhkan manusia dengan manusia yang lainnya dalam artian hubungan mereka menjadi tidak harmonis kembali,maka kembali ke fithrah artinya juga manusia kembali mendekatkan dirinya dengan manusia lainnya sehingga kan menimbulkan masyarakat yang egaliter dan harmonis.

Maka dalam memaknai kata ‘aidil fitri yang merupakan follow up dari proses di bulan Ramadhan adalah mengembalikan manusia kepada posisi awalnya atau fithrahnya,baik fithrahnya sebagai makhluk Allah yang dekat padanya dengan tidak berbuat dosa dan dalam keadaan suci maupun fithrahnya sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan kedekatan dengan manusia ,maupun makhluk Allah lainya yang bertanggung jawab dalam menjadikan keharmonisan di Bumi ini

Kedua,halal bihalal.dari segi hokum islam halal berarti tidak haram artinya tidak merupakan perbuatan yang mengakibatkan dosa.Kata Halal dalam al-qur’an terulang sebanyak enam kali;dua kali disebutkan dalam bentuk kecaman ( Q.s.Yunus : 59 dan Q.s.An-Nahl : 116-117 ) yang dapat kita ambil kesan dari kedua ayat tersebut bahwa kita tidak boleh mencampurkan antara perbuatan halal dan haram.Artinya perbuatan baik kita dalam hubungan ibadah dan kemanusiaan tidak boleh sedikitpun tercampuri perbuatan yang buruk dan jahat.

Empat ayat tentang halal lainnya di sebutkan dalam al-qur’an dengan menggunakan cirri khas yang sama yaitu ; dalam konteks makan ( Kulu ) dan menggandengkan dengan kata thayyib ( baik ).Pemahaman tentang makan kemudian kita kembangkan dengan makan seluruh kegiatan dan aktifitas manusia karena makan adalah proses dan sumber utama manusia dalam mendapatkan kekuatan untuk beraktifitas,sehingga dapat kita maknai bahwa setiap aktifitas manusia haruslah diawali dengan niat yang baik dan diiringi kebaikan dalam proses dan paska perbuatan tersebut.Namun kata Halal tersebut juga digandengkan dengan thayyib yang artinya baik untuk diri sendiri dan baik untuk orang lain juga ( elok dek awak katuju dek urang ).

Penggandengan kata halal dan thayyib pada akhirnya dapat kita maknai sebagai proses keserasian hubungan antara sesame manusia dalam rangka mencapai tingkatan sebagai hamba yang muhsinin ( manusia yang berbuat baik dan menghasilkan kebaikan bagi semua ).

Jadi pada intinya,halal bi halal adalah sebuah upaya untuk mengembalikan manusia kepada kebaikan dan keserasian hubungan yang pada realita sekarang diwujudkan dalam bentuk silaturrahmi.

Dalam surat ali imran ayat 134 diisyaratkan tingkat-tingkat terjalinnya keserasian hubungan dengan beberapa tahap yaitu;tahap pertama menahan amarah,tahap kedua memberi maaf dan tahap ketiga adalah berbuat baik terhadap yang bersalah.Apabila ketiga hal ini telah tersimpan sebagai kepribadian seorang muslim maka akan tercipta manusia yang memang dapat menjalankan keserasian dan keharmonisan hubungan dalam wujud halal bihalal.

Ketiga,minal ‘aidin wal fa’izin.kata-kata ini merupakan kata yang paling popular dalam konteks ‘aidil fitri.kata ’aidin adalah bentuk jamak dari kata ‘id dan kata faizin adalah bentuk jamak dari kata faiz yang berarti keberuntungan.

Konteks keberuntungan dalam al-quran adalah sebuah pengampunan artinya manusia sebagai makhluk yang fitrah kemudian terjauh dari Allah karena perbuatan dosa yang kemudian diistilahkan dengan kata merugi,maka untuk kembali mengembalikan manusia pada posisi keberuntungan harus melalui penghapusan dosa yang tentunya merupakan sebuah pengampunan dari Allah.

Maka sebuah pengampunan dari sisi manusia tentunya melewati sebuah proses yang kemudian ramadhan merupakan sebuah moment dalam melakukan sebuah proses minta ampun kepada Allah dalam upaya mengembalikan posisi manusia kepada posisi keberuntungan.

Maka substansi dari kata minal ‘aidin wal faizin adalah ucapan optimistis dari manusia setelah ditempa dalam bulan ramadhan semoga kembali pada posisi awal dan menjadi manusia yang beruntung.Tentunya indicator dari sebuah keberuntungan adalah bagaimana manusia dapat meramadhankan seluruh bulan dalam artian perbuatan manusia yang terjaga selama bulan puasa dapat pula diimplementasikan pada bulan-bulan selanjutnya.Sehingga keberuntungan yang kita raih bukan semata keberuntungan sesaat namun keberuntungan yang kekal insya Allah

Wallahu a’lam bishshawab

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images