AKSI TANPA KEKERASAN

2:40 PM

AKSI TANPA KEKERASAN

Bagian 1: Kekuasaan dan Perjuangan

Tulisan ini merupakan pengantar tentang gagasan aksi-tanpa-kekerasan dan penggunaan kekuasaan. Dalam tulisan ini, penulis menguraikan pengertian aksi-tanpa-kekerasan, hubungannya dengan kekuasaan dan manfaatnya bagi orang banyak. Dalam tulisan ini digambarkan perbedaan bentuk aksi-kekerasan dan tanpa kekerasan serta pernyataan penting bahwa aksi-tanpa-kekerasan bukan berarti tidak melakukan apapun, melainkan benar-benar suatu aksi. Selain itu, tulisan ini juga menguraikan tentang sumber-sumber kekuasaan dan pemikiran bahwa pemerintah atau sistem kekuasaan tergantung pada rakyat yang mereka layani. Kemauan baik, keputusan-keputusan dan dukungan rakyat sangat penting bagi pemerintah.

Tulisan ini juga memberikan gambaran tentang sistem pengawasan tradisional terhadap pemerintah; juga uraian terhadap teori yang menyatakan bahwa tidak memberikan dukungan merupakan cara untuk mengontrol kekuasaan dan kebijakan pemerintah.

Gagasan utama dari tulisan ini adalah orang yang memiliki kekuasaan sebenarnya memperoleh kekuasaan dari sumber-sumber di luar dirinya terutama orang–orang yang dilayani. Itu berarti bahwa penguasa memperoleh kekuasaan tidak secara otomatis melainkan dari sumber-sumber di luar dirinya. Sumber-sumber kekuasaan yang dibahas dalam tulisan ini adalah:

¨ Wewenang : hak untuk memerintah, didengar dan dipatuhi secara sukarela oleh rakyat

¨ Sumber daya manusia: jumlah orang yang mematuhi peraturan

¨ Pengetahuan dan ketrampilan: hal yang diketahui penguasa

¨ Faktor yang tidak kelihatan: kebiasaan dan sikap rakyat

¨ Sumber-sumber material: kontrol penguasa terhadap hak milik, sumber daya alam, sistem ekonomi, dll.

¨ Sanksi-sanksi: hukuman dan peraturan yang dapat digunakan penguasa untuk melawan rakyat atau penguasa lain

Semua sumber kekuasaan ini sangat ditentukan oleh dukungan rakyat dan kepatuhan mereka kepada sumber-sumber kekuasaan.

Pemikiran bahwa kekuasaan penguasa tergantung pada persetujuan rakyat merupakan hal yang sangat penting bagi aksi-tanpa-kekerasan. Persetujuan bersama mungkin tercapai karena rakyat benar-benar setuju terhadap hak penguasa atau bisa juga karena rakyat takut. Agar dapat melakukan aksi-tanpa- kekerasan, rakyat harus memutuskan untuk tidak setuju atau menarik kembali persetujuan bersama terhadap penguasa. Sering kali rakyat tidak tahu bahwa mereka memiliki kekuatan untuk melemahkan pemerintah atau sistem kekuasaan dengan cara menarik kembali dukungan mereka. Penggunaan aksi- tanpa-kekerasan dapat dilakukan dengan cara menolak melakukan sesuatu, misalnya, tidak membayar pajak atau melakukan hal-hal yang dilarang, seperti demonstrasi, atau kombinasi dari kedua tindakan ini. Dengan melakukan hal itu, rakyat dapat menarik kembali dukungannya kepada pemerintah atau orang yang berkuasa.

Ada tiga metode aksi-tanpa-kekerasan:

1. Protes dan himbauan tanpa kekerasan: pembentukan barisan, parade.

2. Non-kooperatif: ekonomi, sosial dan politik

3. Campur tangan tanpa kekerasan: aksi duduk, pemerintahan tandingan

Metode-metode ini dapat membawa perubahan dalam berbagai cara. Salah satunya adalah penguasa atau orang yang memiliki kekuasaan dapat menerima ide orang lain dan setuju untuk menggunakannya. Cara yang kedua adalah penguasa setuju untuk mengubah situasi tetapi tidak setuju untuk mengubah pandangannya agar sejalan dengan pandangan rakyat. Cara yang terakhir adalah perubahan dapat terjadi meskipun bertentangan dengan kehendak dan persetujuan penguasa. Tentu saja harus selalu diingat bahwa agar terjadi perubahan, kita memerlukan gerakan dari seluruh rakyat dan bukan hanya gerakan individual.

Tulisan ini juga menunjukkan saat-saat penting dalam sejarah yang membuktikan bahwa aksi-tanpa- kekerasan dapat membawa perubahan. Contohnya adalah tindakan Hitler terhadap orang-orang Yahudi. Tindakan ini dilakukan oleh kelompok perempuan non Yahudi yang mempunyai suami orang Yahudi yang ditahan dan dipenjarakan di Berlin pada tahun 1943. Para istri tersebut mengetahui tempat penahanan suami mereka dan sebanyak 6.000 diantaranya mengadakan demonstrasi dan menuntut pembebasan suami mereka. Pemerintah Jerman akhirnya melepaskan para suami tersebut karena tekanan dari para istri. Hal ini sungguh menarik untuk disadari bahwa pemerintah sebenarnya dapat menggunakan kekuatannya untuk membuat para istri tersebut diam tetapi ternyata pemerintah mendengarkan protes mereka. Demonstrasi para perempuan ini adalah contoh tindakan tanpa kekerasan yang dapat membawa perubahan.

Sebagai kesimpulan, bagian pertama dari tulisan ini memberikan gambaran mengenai tindakan tanpa kekerasan, manfaatnya, dan juga contoh sejarah penggunaannya. Hal ini membuka jalan bagi dua bagian selanjutnya.

Bagian 2: Metode-Metode Aksi-Tanpa-Kekerasan

Bagian kedua dari tulisan ini membahas tentang tiga metode yang dapat digunakan seseorang untuk melakukan aksi-tanpa-kekerasan, yaitu protes dan himbauan tanpa kekerasan; non-kooperatif dan intervensi tanpa kekerasan. Tulisan ini memberikan contoh-contoh spesifik dan gambaran dari masing-masing dan juga contoh-contoh yang pernah terjadi dalam sejarah.

Metode protes dan himbauan tanpa kekerasan didefinisikan sebagai aksi simbolik dari perlawanan secara damai atau himbauan yang lebih dari sekedar diperbincangkan namun tidak sampai pada aksi non-kooperatif atau intervensi. Contoh dari aksi ini adalah: pawai, mogok kerja, poster, dan aksi-keprihatinan. Hal-hal ini dapat menjadi peringatan bahwa hal buruk dapat terjadi jika tidak segera diadakan perubahan. Metode ini digunakan untuk mempengaruhi pihak lawan dengan cara menggalang perhatian dan publikasi. Metode-metode ini dapat juga digunakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat umum atau mempengaruhi orang-orang yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh isu tersebut.

Metode non-kooperatif di bidang sosial:

Metode ini meliputi penarikan kembali kerjasama dengan penguasa, aktivitasnya, institusi dan regimnya. Metode ini juga dilakukan dengan cara penghentian pemberian segala bentuk bantuan. Ada tiga bagian yang akan dibahas, yaitu:

1. metode non-kooperatif di bidang sosial: seperti boikot, pengucilan dari gereja dan agama

2. non-kooperatif dalam even-even sosial, budaya, dan kelembagaan: seperti demonstrasi pelajar, menarik diri dari lembaga-lembaga sosial, boikot terhadap masalah-masalah sosial

3. penarikan diri dari sistem sosial: seperti tidak keluar rumah selama beberapa waktu, pemilu tandingan

Metode non-kooperatif di bidang ekonomi:

Metode ini dijalankan dengan cara menolak atau menghentikan hubungan ekonomi. Kelompok masyarakat atau individu-individu dapat melakukan tindakan-tindakan berikut ini:

1. aksi oleh konsumen: seperti menolak untuk menyewa atau memboikot produk

2. aksi oleh pekerja dan produsen: seperti boikot yang dilakukan oleh pekerja, menolak untuk menggunakan alat-alat tertentu dan menolak untuk menjual atau membuat produk tertentu

3. aksi oleh kalangan menengah: seperti boikot oleh pemasok

4. aksi oleh pemilik dan pengelola: seperti penolakan oleh pemilik toko untuk membeli dan menjual barang-barang tertentu

5. aksi oleh lembaga keuangan: seperti penolakan untuk membayar fee, pinjaman atau bunga dan penarikan deposito bank

6. aksi oleh pemerintah: boikot secara ekonomi, penolakan untuk menjual barang, dan menghentikan kegiatan perdagangan ke negara-negara lain.

Metode non-kooperasi di bidang politik yang meliputi penolakan untuk terus berpartisipasi dalam politik dengan bentuk yang normal dan dalam situasi yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah menjauhkan seseorang dari sesuatu yang secara moral dan politik salah. Ada enam metode, yaitu:

1. Penolakan terhadap penguasa: contohnya, menolak untuk mendukung pemerintah

2. Penolakan rakyat untuk bekerjasama dengan pemerintah: contohnya, penolakan bekerjasama dengan tidak ikut dalam pemilihan umum, tidak ikut dalam pelayanan terhadap pemerintah, penolakan untuk membantu polisi

3. Alternatif rakyat untuk patuh: contohnya, melanggar hukum bila tak ada yang melihat, menolak membubarkan pertemuan meskipun diminta pemerintah

4. Tindakan oleh pegawai pemerintah: contohnya, tidak mematuhi perintah, menghentikan penyampaian pesan, dan penolakan tentara untuk mematuhi perintah (disebut pemberontakan)

5. Tindakan oleh pemerintah daerah: contohnya: pemerintahan lokal dan propinsi menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah pusat

6. Tindakan diplomatik pemerintah: contohnya: menghentikan hubungan diplomatik, menarik kembali keanggotaan dalam organisasi internasional

Intervensi tanpa-kekerasan:

Metode ini berbeda dari metode-metode yang lain karena aksi intervensi dalam suatu situasi dilakukan dengan cara mengacaukan atau menghancurkan kebijakan, institusi, dll. lalu memulai sesuatu yang baru dari awal . Ada empat metode, yaitu:

1. Intervensi psikologis: contohnya, melukai atau menyiksa diri, mogok makan (untuk alasan sosial dan politik), pelecehan tanpa menggunakan kekerasan

2. Intervensi fisik: contohnya, aksi duduk (untuk menutup jalan bagi kegiatan normal), berdoa (memasuki gereja atau tempat-tempat religius dimana tidak seorang pun boleh masuk)

3. Intervensi sosial: contohnya, mengacaukan even sosial, institusi atau perilaku sosial, penciptaan sistem komunikasi yang baru, tuntutan pelayanan di luar kemampuan institusi.

4. Intervensi ekonomi: contohnya, melakukan kebalikan dari pemogokan (bekerja tanpa upah untuk menunjukkan pentingnya pekerjaan), membuat uang palsu, menciptakan situasi ekonomi dan transportasi baru.

Sebagai kesimpulan, bagian dari seri ini mencoba menerangkan dengan lebih detail tentang tiga metode yang digunakan pada bagian pertama dengan contoh dan penggunaan dari ketiganya dalam sejarah.

Bagian 3: Dinamika Aksi-Tanpa-Kekerasan

Bagian terakhir dari seri ini memberikan fokus pada aksi-tanpa-kekerasan (ATK). Dalam bagian ini dibahas dasar dari ATK. Akan dijelaskan tentang pentingnya melemahkan sumber-sumber kekuasaan politik dari lawan. Ini lebih merupakan pendekatan langsung daripada kekerasan karena langsung menyerang sumbernya, bukan produk kekuasaan. Ada beberapa resiko dalam perilaku ATK, diantaranya penaklukan, penderitaan, dan kekerasan pilitik. Orang tidak boleh takut menghadapinya karena pihak lawan akan mengambil keuntungan dari rasa takut ini. Kemampuan kelompok-kelompok ATK dalam menghadapinya akan menumbuhkan rasa percaya diri bagi kelompok tersebut.

Kepemimpinan dalam ATK, pentingnya menggalang dukungan serta penyajian tuntunan juga akan dijelaskan. Proses persiapan bagi ATK sangat penting bagi suksesnya gerakan. Langkah pertama yang perlu diambil adalah meneliti fakta dari isu yang berkembang dan kemudian menegosiasikannya dengan kelompok lain. Harus dibuat keputusan mengenai waktu untuk aksi, kapan harus dimasyarakatkan. Memasyarakatkan aksi akan membantu awam melihat penyebab gerakan ATK sebagai sesuatu yang sah. Hal penting lainnya adalah sikap terbuka terhadap lawan karena kerahasiaan berarti ketakutan dan akan menyebabkan ketakutan. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, rasa takut akan menjadi alat bagi pihak lawan.

Represi dan akibatnya:

Cara-cara represif oleh lawan akan memperkuat kelompok ATK karena mereka akan menderita bersama yang akhirnya akan membuat kelompok ATK merasa tindakan mereka benar-benar sah. Jika represi digunakan, orang awam akan lebih bersimpati dan memberikan dukungan kepada kelompok ATK. Perlu diingat bahwa cara-cara represi oleh pihak lawan akan memberikan citra buruk terhadap lawan. Dan ini harus ditanggapi oleh mereka. Dengan kata lain, represi itu tidak selalu buruk, sebab dengan cara represi itu menunjukkan kebutuhan lawan untuk mencoba dan mengontrol kekuatan yang dimiliki oleh kelompok ATK. Ada beberapa macam represi yang dibahas dalam tulisan ini.

1. Solidaritas dan disiplin: menekankan bahwa pada saat tekanan dilakukan, sangatlah penting bagi kelompok ATK untuk tetap bersatu dan menjaga moril mereka. Salah satu caranya adalah dengan meyakinkan diri bahwa aksi mereka adalah benar. Pada saat represi dilakukan oleh pihak lawan, kelompok ATK tidak boleh melawan dengan aksi kekerasan. Aksi tanpa kekerasan secara terus menerus akan membawa hasil yang lebih positif karena menarik simpati dan dukungan publik, menghindari cidera, meningkatkan konflik di pihak lawan, dan dapat menarik anggota baru. Kelompok ATK tidak boleh menggunakan cara-cara perusakan. Mereka tidak boleh menghancurkan gedung-gedung, fasilitas umum, dll, karena akan mengakibatkan luka-luka dan juga membutuhkan kerahasiaan. Bahkan hasilnya adalah represi yang lebih besar dari lawan.

Dalam gerakan tanpa kekerasan, disiplin sangat penting sehingga kelompok ATK tidak perlu mengalihkannya menjadi tindakan kekerasan dan perusakan. Pemimpin ATK harus menginstruksikan atau meminta anggotanya untuk mengikuti prosedur yang semestinya. Kelompok ATK juga harus tetap menjaga disiplin diri, organisasi, kepemimpinan, perencanaan dan komunikasi dengan baik. Semua ini akan membantu menjaga kedisiplinan. Hal penting lainnya adalah keharusan kelompok ATK menghindari perasaan benci dan dengki pada lawan, menyakiti lawan karena hal ini dapat mengalihkan perhatian dari isu yang utama. Kita harus memisahkan “orang” dari “tindakan” karena yang harus dikritik adalah tindakannya dan bukan orangnya.

Politik “jiu jitsu”: adalah perubahan kekuasaan karena penarikan dukungan kepada pihak lawan dan dukungan yang lebih besar kepada kelompok ATK. Ini terjadi ketika represi digunakan karena lawan dianggap terlalu keras dan bermaksud untuk menggunakan kekerasan. Publik akan bersimpati dan memberikan dukungan kepada kelompok ATK, yang berarti juga kekuatan yang lebih besar kepada mereka. Represi juga akan memungkinkan orang-orang di pihak lawan berbalik arah dengan menarik dukungan dari pimpinannya karena mereka menganggap represi yang dilakukan terlalu keras.

Cara lain terjadinya politik “jiu jitsu” adalah ketika kelompok ATK semakin kuat bertahan karena ditekan. Kekuatan dan keteguhan hati mereka meningkat karena mereka menolak untuk takut menghadapi kekerasan yang ditujukan kepada mereka.

Tiga cara untuk mencapai sukses ATK:

1. Pengalihan / Konversi:

Konversi terjadi ketika pihak lawan mengubah pandangannya dan benar-benar ingin membuat perubahan seperti yang diinginkan oleh kelompok ATK. Metode ini mencakup keinginan lawan untuk berbuat baik. Penderitaan yang dialami oleh ATK akan membawa perubahan karena menggugah emosi lawan. Banyak keberhasilan perubahan yang tergantung pada pandangan kelompok ATK. Jika pihak lawan tidak melihat kelompok ATK sebagai manusia, perubahan tidak akan terjadi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi:

Faktor luar:

a) seberapa penting isu tersebut bagi lawan

b) jarak sosial

c) kepribadian lawan

d) kepercayaan yang dianut oleh kedua kelompok

e) peranan pihak ketiga

Faktor dalam:

Faktor-faktor ini berada dalam kontrol ATK.

a) tidak menggunakan kekerasan atau permusuhan

b) tidak mempermalukan pihak lawan

c) mencoba untuk meraih kepercayaan lawan

d) mau berkorban

e) bekerja dengan kemampuan sendiri

f) menjaga kontak pribadi dengan lawan

g) mempercayai lawan

Semua faktor ini penting untuk terjadinya konversi. Tetapi untuk mencapai sukses tidak harus melalui konversi ada metode-metode lain yang bisa digunakan.

Akomodatif:

Dalam metode akomodatif, pihak lawan tidak diubah atau dipaksa berubah tetapi diantara keduanya. Ini mungkin metode yang paling umum digunakan yang dapat membawa sukses bagi kampanye anti kekerasan. Ini terjadi ketika lawan memberikan harapannya kepada kelompok ATK tetapi tidak mengubah pikiran mereka tentang isu yang dilontarkan. Beberapa faktor yang memberi kontribusi bagi munculnya akomodasi adalah kesadaran lawan bahwa penggunaan represi secara terus menerus adalah salah, ketakutannya kepada pandangan pihak ketiga, atau kelompok ATK sudah begitu menyulitkan sehingga lebih baik bagi lawan untuk menyerah.

Tekanan Tanpa Kekerasan

Metode ini terjadi ketika lawan harus menyerah terhadap keinginan kelompok ATK. Perbedaannya dengan metode akomodasi adalah pihak lawan benar-benar tidak punya pilihan.

Metode ini dapat terjadi dengan tiga cara:

1. Tentangan dari kelompok ATK terlalu besar untuk dapat dikontrol oleh lawan

2. Tentangan ini tidak memungkinkan lagi bagi bekerjanya sistem sosial, ekonomi, dan politik kecuali tuntutan kelompok ATK dikabulkan

3. Kemungkinan penggunaan cara-cara repressi tidak memungkinkan lagi

Semua metode ini adalah redistribusi kekuatan. Efek dari redistribusi ini sangat banyak. Salah satunya adalah kelompok ATK belajar bahwa sebenarnya mereka punya kekuatan dan mereka memiliki jalan keluar. Mereka akan yakin bahwa kebersamaan akan membuat mereka kuat dan menumbuhkan rasa percaya diri. Penyebaran aksi tanpa kekerasan sebagai lawan dari aksi kekerasan dapat berkembang sebagai suatu cara bertindak.

Keberhasilan aksi tanpa kekerasan sangat penting karena dapat membantu mengubah kekuasaan dalam masyarakat. Kekuasaan ini tidak dapat dikontrol oleh pasokan atau distribusi senjata karena kekuatan rakyat merupakan senjata paling ampuh. Sebagai kesimpulan, bagian ini membahas tentang pentingnya aksi tanpa kekerasan dan penggunaan praktisnya.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images