Kesan Pertama
12:19 AMDalam perjalanan saya kembali ke kairo Kemaren (1 April 2011),saya menemukan sebuah cerita menarik di sebuah website.Cerita tersebut bertajuk “Harvard vs Stanford” dua buah universitas papan atas di Dunia.Cerita tersebut saya temukan sehabis melaksanakan Sholat Subuh di sebuah Musholla di Bandara Internasional Dubai.Iseng-iseng mencoba hotspot yang ada di bandara tersebut sembari menunggu waktu transit yang lumayan panjang (kurang lebih 10 jam),Allah mentakdirkan saya menemukan website tersebut dan membaca cerita dibawah ini ...
Seorang wanita dengan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang.Mereka turun dari kereta api dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor pimpinan Harvard University.***
Sesampainya disana, sang sekretaris universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik , sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard” kata sang pria lembut.
“Beliau hari ini sibuk” sahut sang sekretaris cepat.
“Kami akan menunggu” jawab sang wanita.
Selama empat jam, sekretaris itu mengabaikan mereka dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya patah semangat dan pergi.
Namun,nyatanya tidak.Sang Sekretaris mulai frustasi dan akhirnya memutuskan untuk melapor kepada Pimpinannya.
“Mungkin jika anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi” katanya kepada sang pimpinan Harvard.
Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk.Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.Dan ketika melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan sudah usang di luar kantornya,rasa tidak senangnya sudah muncul.
Sang pimpinan Harvard ,dengan wajah galak, menuju pasangan tersebut.Sang wanita berkata kepadanya “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard.Dia sangat menyukai Harvard dan berbahagia di sini.Tetapi tahun lalu,dia meninggal karena kecelakaan.Kami ingin mendirikan peringatan untuknya,di suatu tempat di kampus ini.Bolehkah ?” tanyanya dengan mata yang menjeritkan harap.
Sang pimpinan tidak tersentuh.Wajahnya bahkan memerah,Dia tampak terkejut.
“Nyonya” katanya dengan kasar,”kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal.Kalau kita melakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”
“Oh,Bukan” sang wanita menjelaskan dengan cepat,”Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan.kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang pimpinan memutar matanya.dia sekilas menatap baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak,
“sebuah gedung ?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ? Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”
Untuk beberapa saat, sang wanita terdiam.Sang Pimpinan Harvard senang.Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.
Sang wanita menoleh kepada suaminya dan berkata pelan ,”Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas,mengapa tidak kita buat sendiri saja ?”
Suaminya mengangguk.Wajah sang pimpinan Harvard tampak bingung.
Mr. Dan Mrs.Leland stanford bangkit dan berjalan pergi,melakukan perjalanan ke Palo Alto,California.Di sana mereka mendirikan sebuah universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.
Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.
Saya teringat sebuah jargon propaganda yang di populerkan oleh sebuah parfum merek ternama yang iklannya sering nongol di TV di rentang tahun 90-an.”Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”.Pesona kesan pertama.Yah,orang-orang semacam saya seringkali tertipu dan tergoda oleh kesan pertama.
Orang yang datang dengan wajah memelas, saya anggap pasti memerlukan bantuan.Orang yang datang dengan penuh gagasan dan gaya bicara yang teratur, saya kira pasti orang cerdas.Orang yang datang dengan setelan rambut gondrong dan tato di bahunya, pasti saya anggap preman.Orang yang membawa mobil mewah , saya anggap kaya.Orang yang jidatnya ada bekas sujud, saya anggap ahli ibadah.Orang yang tampangnya semrawutan saya anggap tidak pernah sholat dan tidak pandai mengaji.Orang yang berbicara dengan ayat-ayat al-quran dan hadits langsung saya sangka seorang ulama.Orang yang bicara kasar, saya anggap orang tidak terdidik.Orang yang kerja di DPR langsung saya anggap “Perampok”.Para PNS yang kelihatan di mall saat jam kerja,saya kira orang yang makan gaji buta.
Beberapa dari persangkaan diatas bisa jadi benar namun juga bisa jadi salah dan keliru.Tetapi yang jelas, persangkaan kita terhadap kesan pertama bersifat instan.Maka positif atau negatifnya kesan pertama kita terhadap seseorang secara tidak langsung ,menurut saya, telah menjelaskan siapa kita dan apa saja yang ada di otak dan hati kita.Bagi saya, orang yang dirinya selalu diliputi nilai-nilai positif,akan selalu menilai orang lain dengan nilai yang positif (atau dengan bahasa lainnya Husnudzon / prasangka yang baik).Sebaliknya , penilaian kita terhadap kesan pertama yang cenderung negatif (su’udzon / prasangka jelek) mencerminkan bahwa dalam tubuh kita sudah terlalu banyak hal-hal dan nilai-nilai negatif yang terkonsumsi.
Penilaian yang dihasilkan oleh pesona kesan pertama tentu saja berbeda dengan penilaian yang dihasilkan oleh pesona karakter.Pesona karakter biasanya baru bisa kita temukan setelah proses panjang dan dengan pengenalan yang komprehensif terhadap seseorang.Dalam konsep kemanusiaan , pengenalan yang komprehensif terhadap seseorang, akan memudahkan kita untuk lebih bersikap terhadap orang tersebut.Namun sekali lagi , apapun bentuk sikapnya , mereka yang dalam dirinya banyak tertanam nilai-nilai positif pasti lebih bisa bersikap baik ketimbang yang banyak terkonsumsi negatif.
Nah tergolong manusia manakah saya,anda dan kita ???
(Bismillah... tekad baru untuk lebih baik)
Kairo,2 April 2011
0 komentar