Dialog Cinta filosofis antara logika , hati dan diri .

12:11 PM

"Seperti apa rupanya ?"

"Ia cantik , putih , berjilbab , pokoknya tipe yang selama ini saya idamkan "

"Lalu..."

"ia pintar , dewasa dan kayaknya bersifat keibuan"

"Lalu..."

"hmm apa yah ? oh ya tawanya melembutkan , senyumnya menyejukkan ,dan perkataaannya menentramkan"

"Lalu ? apa lagi ?"

"Masih kurangkah apa yang saya cari ?"

"Hahaha cuma segitu ? cuma segitu alasanmu untuk mengatakan bahwa ia pantas untuk mu ?"

"Ya lalu apa lagi ? Tidak kah alasan itu cukup untuk mencintai ?"

"Hey , buka matamu ! tidak kah kau lihat bahwa ia terlalu rendah untuk kamu cintai dengan alasan seperti itu ?"

"Hahaha justru kamu yang naif , semakin banyak alasan yang saya gunakan , justru akan semakin banyak alasan untuk meninggalkannya"

"Nah itu dia , kamu membuat banyak alasan ,namun semua itu bukanlah alasan yang cukup tepat untuk mencintai , bahkan tidak pantas untuk menjadikannya pasangan"

"Ya lalu apa ? jangan kau serang dengan pertanyaan dan perkataan yang membabi buta seperti ini donk ?"

"Yah cukup satu alasan , dirimu saleh dan dirinya salehah "

"Hahaha kau sedang bermain sinetron ternyata , kesempatan untuk mendapatkan yang salehah hari ini tak lebih dari 30% , itupun setelah bertarung dengan sekian banyak lelaki saleh"

"Kau majikan tergoblok yang pernah kumiliki , bukankah sudah jelas . Alasan untuk mendapatkan yang sesuai idaman bukan terletak pada dirinya.Ia ada dalam dirimu"

"Maksudnya ...?"

"Kau sendiri bilang bahwa kesempatan untuk mendapatkan yang salehah itu kecil dan kemungkinan terbesar dimiliki oleh lelaki saleh"

"lalu...?"

"masih belum nyambung juga ? cukup jadikan diri mu alasan untuk mencintai nya.Jadilah golongan yang memiliki kemungkinan besar itu "

"Maksudmu menjadi orang saleh juga ...?"

"Tidak mesti , cukup selalu perbaiki niat dan kualitas dirimu .Tidak perlu menjadi saleh , yang penting kamu selalu berusaha untuk menjadi saleh dengan niat dan kualitas mu"

"oke oke saya paham , lalu bagaimana dengan dia yang kuceritakan tadi ?"

"Hahaha kau sekali lagi menunjukkan kebodohan"

"Bodoh ? dimana bodohnya ? "

"kamu bodoh karena hanya berhasil mengidentifikasi kebaikannya saja.Kamu tidak cukup pintar untuk mengetahui kejelekan yang ia miliki"

"Bukankah mencintai adalah alasan untuk menilai kebaikannya ?"

"Bung ! mencintai adalah alasan untuk mengetahui ia seutuhnya sesuai pengetahuan mu"

"Lalu apa yang harus saya lakukan ?"

"Nah bukti bahwa kamu sendiri belum mengenal ia yang nafsu mu puja-puja selama ini"

"Maksudnya..?"

"Ketika kamu hanya mengetahui kebaikannya, lalu memposisikannya sebagai seorang putri tanpa noda di dalam selangkang nafsu mu , itu bukti bahwa tidak ada yang kamu ketahui tentang nya kecuali sebesar upil nya"

"oke oke , lantas kalau saya akhirnya mengetahui kejelekannya ? bukankah rasa cinta itu bisa hilang ?"

"Persis...itulah yang akan terjadi kalau kamu cukup bodoh dan tolol "

"Nah apa lagi ini ? bukankah dengan mengetahui kejelekan , akan ada alasan untuk saya meninggalkannya ? Saya ingin yang sempurna sesuai kehendak saya "

" ralat Bung , sempurna sesuai kehendak selangkang nafsumu. , mengetahui kejelekan seseorang yang memang kamu ingin seriusi dalam lindungan kubah cinta Ilahi semestinya memang menjadi alasan untuk meninggalkan , tapi alangkah lebih baik pengetahuan itu diproyeksikan untuk lebih jujur membuka diri mu dan lebih jujur mencintai nya kelak"

"lalu intinya ...?"

"Yah kamu pengennya apa ?"

"Saya belum ingin apa-apa "

"ya udah tidur sana.Dan jangan pernah katakan apa-apa?"

"katakan apa-apa pada siapa ?"

"Katakan bahwa dalam salah satu pojok dekat jendela hati mu pernah disinggahi sesuatu yang memikat rasa mu.Jangan jadi pengkhianat.Kelak kalau ia yang kamu cintai hari ini sudah tidak dicintai lagi atau ketika kamu ternyata ditakdirkan mendapatkan yang lain , maka kamu setidaknya pernah mencoreng hati mu dengan berkhianat sebelum waktunya "

"maksudnya,,,?"

"Yah kamu pernah menjaja kehormatan mu , mengisinya dengan yang bukan hak kamu untuk mencintainya  "

*Note : Silahkan cari sendiri mana yang jadi Logika , Hati dan Diri (Kesalahan dalam meletakkan tokoh akan berakibat kesalahan dalam pemaknaan dan inti dialog sesungguhnya

Janji dari  Allah adalah yang terbaik
Bahwa pria baik untuk wanita baik
Lalu kenapa mesti tergesa mengejar yang terbaik ?
Kalau diri saja belum baik ?
Jadi,kalau mau mendapatkan yang baik
Berbaik-baik lah diri untuk jadi yang baik

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images