Manusia didikan Alam
11:21 AMSalah satu profesi yang membuat saya salut sampai hari ini adalah
agen angkutan umum dan penjahat bergelar ‘Calo’.Manusia yang biasa
beroperasi di terminal dan pelabuhan ini , memiliki kecerdasan emosional
yang luar biasa.Agen angkutan , dengan kemampuannya yang ia pelajari
entah dimana , mulai merayu dan meyakinkan penumpang untuk menaiki
angkutan yang ia ageni.Penumpang yang awalnya ragu-ragu untuk memilih
angkutan apa yang cocok ia naiki , pun mulai menimbang-nimbang untuk
mengambil tawaran si agen.Lalu dengan sedikit campuran antara gaya yang
meyakinkan , gerak tubuh yang tenang serta joke-joke yang memberikan
kenyamanan , agen pun berhasil menggaet seorang penumpang.
Calo
lebih luar biasa lagi.Bajingan yang biasa menjamur saat-saat musim
mudik dan balik serta libur panjang ini , setingkat lebih hebat dan
cerdas emosinya ketimbang agen angkutan.Dengan moment yang tepat , ia
bisa membuat seorang calon penumpang jatuh dalam kondisi –meminjam
bahasa Andrea Hirata – ‘fait accompli’' ,sebuah kondisi dimana seseorang harus memilih pilihan yang runyam , pilihan yang sesungguhnya tak rela.
Kecerdasan
emosi yang dimiliki Calo , bisa kita lihat sendiri dalam
situasi-situasi diatas.Saat mau mudik lebaran misalnya, rasa ingin
segera bertemu keluarga dan sanak family , membuat logika jernih kita
lemah untuk memikirkan sesuatu selain agar segera sampai tujuan.Kondisi
ini kontras dengan pemandangan stasiun kereta, terminal atau pelabuhan
yang dihuni lautan manusia berniat sama.Bayang-bayang kehabisan tiket
atau terjebak dalam waktu yang lama pun mulai menghantui.Saat-saat
dilematis seperti ini , munculah seseorang yang berpakaian rapi bak
pejabat , datang menawarkan ‘solusi’.Sang Calo menawarkan beberapa
‘Sorga’ yang sangat indah dalam deskripsi , namun sebenarnya tak pernah
diketahui kebenarannya.Namun mau apa lagi , hanya ini satu-satunya
solusi ,pikir kita waktu itu.
Tawar menawar pun mulai
terjadi dengan calo.Yah bajingan ini memang sangat bajingan.Dengan
santainya ia tawarkan harga tiket 4-10 kali lipat dari harga tiket
standar.Jelas kita mulanya menolak mentah-mentah.Lalu dengan sangat
terlatih , ia ramu bujukan , simpati , sikap bersahabat , desakan ,
ancaman , lalu sedikit rasa tak acuh dan tak butuh. “Lihatlah
kerumunan antrian tiket itu , mustahil sampai malam nanti akan
selesai.Susah memang mendapatkan tiket hari ini.Belum lagi kalau nanti
terjebak macet panjang di dermaga ?”.Kemampuannya dalam merusak
logika calon penumpang memang tiada duanya.Dan setelah beberapa saat ,
penumpang pun harus memilihnya walau tak rela , namun tak tahu harus
bagaimana lagi.
***
Alam dan makhluk yang
mendiaminya , memang memberikan kita begitu banyak pelajaran.”Alam
takambang jadikan guru” begitu salah satu falsafah hidup yang diajarkan
orang tua kami di Minangkabau.Bergaul dengan alam , lingkungan dan
makhluk-makhluknya, akan mendapatkan banyak pelajaran yang luar
biasa.Kehidupan yang tidak pernah sepi dari orang yang silih berganti
datang dan pergi , akan turut andil dalam pembentukan proses diri.
Sama
seperti Agen dan Calo diatas.Manusia yang dididik langsung oleh Alam
dan lingkungannya yang keras , berjuang untuk mengepulkan asap dapur
agar terus membumbung.Rasa lapar dan butuh , membuat mereka survive
menjalani hidup.Belajar dari kondisi lalu memanfaatkannya untuk
kebutuhan diri.Tempaan lingkungan yang terus dirasakan setiap harinya ,
membuat mereka menjadi kawakan yang luar biasa.
Alam dan
lingkungan serta makhluk-makhluknya, memang mengajarkan kecerdasan
emosional yang nyaris tidak akan kita temui lagi di bangku pendidikan
formal.Bagaimana kita memaknai sebuah proses kehidupan lalu memetik
pelajaran darinya.Setiap jenis kegiatan , setiap bentuk pekerjaan ,
setiap macam kejadian , sebenarnya adalah kuliah yang sedang dipaparkan
ke hadapan kita.Tinggal sikap kita sendiri , apakah akan melewatkannya
tanpa makna , atau memanfaatkan kesempatan berharga ini untuk
pembentukan emosional diri yang sesungguhnya.
“Kalaulah setiap tempat adalah sekolah , maka setiap orang adalah guru” , begitu nasehat yang saya dapatkan dari Kanda Bayu Gawtama (salah seorang KB PII , relawan dan penulis Buku Best seller)
saat beliau berkunjung ke Mesir.Kita bisa memanfaatkan setiap apapun
yang terjadi , menghayatinya dengan dalam , lalu memetik hikmah dan
pelajaran agar menjadi penerang hidup di masa depan.Nyaris tiada satupun
kejadian yang tidak ada hikmah dan pelajarannya.Hanya saja terkadang
ruang logika kita terkukung oleh ego diri hingga tidak mampu untuk
melihat terangnya cahaya hikmah dan pelajaran itu.
Semoga diri ini bisa selalu belajar dari kehidupan dan memberikan manfa’at buat semua
“Kita
tak akan pernah sepi dari seliweran manusia di hadapan kita.Keberadaan
orang-orang yang berbeda di dekat kita seringkali menjadi penuntun dan
penguji sampai dimana kemampuan kita melewati proses tersebut hingga
menjadi manusia yang seutuhnya.Manusia Profetik , manusia yang memanggul
tugas kenabian , manusia yang bertitel ‘Kholifah fi al-Ardlh’ , semoga
mampu menjalaninya”. (Inspirasi dari status FB salah seorang sahabat)
0 komentar