M.Natsir,Negarawan Pejuang Islam

6:09 PM

Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi Ini berjuta kawan sepaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha Ilahi Dan akupun masukkan Dalam daftarmu ……. ! (HAMKA)

Menilik sejarah kehidupan Mohammad Natsir,maka kita mungkin sepakat dengan HAMKA, Pejuangan Natsir kepada Bangsa dan Negara Republik Indonesia ini begitu besar.Beliau memang tidak sendiri,beliau memiliki teman,sahabat dan kawan-kawan pejuang yang beliau imami.Sehingga Hamka pun ingin masuk ke dalam daftar perjuangan natsir tersebut.Menghadapi realitas saat ini,dimana kehidupan berbangsa,bernegara,dan beragama telah mulai memudar,Maka tidak ada salahnya kita mencoba mempelajari sejarah perjuangan beliau agar menjadi i’tibar bagi kehidupan kita.

Mohammad natsir,salah seorang negarawan Asal Sumatera barat,lahir di Kampung Jembatan Berukir, Kecamatan Lembah Gumanti, Alahan Panjang,Kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 dan wafat di Jakarta, 6 Februari 1993.Selain seorang negarawan yang ulung,beliau juga merupakan tokoh pendidik, penulis produktif, pendakwah, politisi, pemikir, ulama dan pembela Islam.Sejak remaja beliau telah ditempa dengan kehidupan tradisional Minangkabau .Muhammad Natsir adalah putra dari Ibu Khadijah dan ayah Idris Sutan Saripado. Ayahnya Asisten Demang di Bonjol, kemudian menjadi juru tulis Kontrolir di Maninjau. Mulanya Natsir sekolah Gubernemen berbahasa Melayu sampai kelas 2 tinggal bersama kedua orang tuanya, kemudian pindah ke Padang dibawa Eteknya Rahim. Tidak diterima HIS pemerintah, ia masih beruntung dapat masuk HIS swasta Adabiyah yang baru dibuka DR. Abdullah Ahmad.

Natsir kecil pindah ke Solok dan masuk kelas 2 HIS pemerintah. Di sini ia tinggal di rumah saudagar H. Musa, ayah seorang anak siswa kelas 1 di HIS yang sama. Sambil pagi sekolah di HIS, sorenya Natsir sekolah Diniyah dan malamnya mengaji al-Qur'an dengan Angku Mudo Amin. Di kelas tiga Diniyah ia terpilih sebagai guru bantu. Tiga tahun kemudian atas permintaan Rabi'ah, sang kakak ia kembali ke Padang dan dan dapat diterima di kelas lima HIS pemerintah yang memang dari dulu diidamkannya. Ia menamatkan HIS ini tahun 1923.

Ketika kemudian melanjutkan sekolah ke MULO, ia mendapat bea-siswa yang sejak semula didambakannya lantaran ekonomi keluarga pas-pasan. Di MULO ia aktif di kepanduan Natipij dari Jong Islamieten Bond (JIB) dam perkumpulan Jong Sumatera. Di dunia kepanduan ini Natsir muda sebagaimana juga tokoh-tokoh pejuang Indonesia lainnya tumbuh jiwa kesatria dan rasa kebangsaan yang paralel dengan jiwa keislaman.

Setelah lulus MULO di Padang, Natsir masuk AMS di Bandung dengan bea-siswa Rp. 30. Di usianya yang 19 tahun itu ia tinggal di rumah Latifah, eteknya di kota Paris van Java itu. Di sekolah ini di samping belajar Bahasa Belanda ia belajar Bahasa Latin dan Kebudyaan Yunani.

Rasa ingin berjuangnya untuk islam Ini berawal ketika diajak guru gambarnya menghadiri khutbah Pendeta Protestan DS Christoffel yang menyerang Islam. Natsirmembuat sanggahan yang dimuat dalam Surat Kabar Algemeen Indisch Dagblad (AID) dengan judul "Qur'an en Evangeli" dan " Muhammad asls Profeet".Masa ini mulailah Natsir belajar politik secara tidak langsung dengan tokoh-tokoh seperti Haji Agus Salim,HOS Cokroaminoto, Cipto Mangunkusumo. Ia belajar Agama Islam pada Ustadz A.Hasan, seorang tokoh utama Persatuan Islam (Persis) Bandung secara intensif.

Setamat AMS ia memantapkan dirinya sebagai pengkaji agama dan pejuang agama.Ia tidak melanjutkan cita-citanya untuk menjadi seorang ahli hukum dan ahli ekonomi meskipun telah ditawari beasiswa dari Fakultas Hukum Di Jakarta dan Fakultas Ekonomi Di Rotterdam Belanda. Ia tidak memburu uang, tetapi cukup bekerja bersama A.Hasan Bandung sebagai anggota Redaksi Majalah "Pembela Islam" dengan honor Rp.20 perbulan. Ia terus belajar agama dengan konsep belajar agama bukan sekedar Ilmu Tauhid, fiqh, tafsir dam hadist tetapi juga ilmu filsafat Islam, sejarah kebudyaan Islam, pendidikan Islam, politik Islam dan lain-lainnya.

Dalam perjuangan membela Islam ia banyak menulis dalam majalah "Pembela Islam", Al-Manar, Panji Islam dan Pedoman Masyarakat. Ciri khas tulisannya pada masa itu adalah memeprtahankan dan membela Islam dari serangan kaum nasionalis dan sosialis, seperti Ir. Soekarno, Soewarni, Sitti Sundari, Dr.Soetomo dan lain-lain. Khusus terhadap Soekarno, Natsir terlibat polemik hangat yang terpenting dan paling monumental adalah tentang agama dan negara. Perdebatan dengan Soekarno terutama berlangsung 1936- 1940-an tatkala Bung Karno dibuang Belanda ke Endeh, Flores.Perdebatan Beliau dengan Soekarno (yang terispirasi dari perjuangan Mustafa Kemal At-Taturk di Turki yang berhasil mensekulerkan Turki ) mengenai sekularisme nasionalis. Natsir menolak faham kebangsaan sekuler yang berintikan fanatisme bangsa sempit, tetapi ia menerima apa yang dinamakannya sebagai kebangsaan Muslimin yang berintikan cinta bangsa, semangat persatuan, persaudaraan Islam, kesadaran membela muruah dan cita-cita menegakkan Islam .

Perjuangan beliau ketika masih menjadi pemuda untuk menegakkan islam dapat kita lihat dari tiga hal ; pertama,ketika beliau membuat sebuah lembaga pendidikan islam.Beliau menularkan rasa keislaman beliau lewat proses transformasi ilmu di pendidikan.Lembaga yang beliau buat ini akhirnya menjadi sebuah kampus pendidikan islam.Di lembaga inilah beliau mulai membangun kekuatan islam meskipun pada akhirnya lembaga ini ditutup di masa pendudukan jepang

Kedua,Beliau memperjuangkan islam lewat media komunikasi wakti itu yaitu surat kabar.Tulisan-tulisan beliau selalu ditujukan untuk meng-counter islam dari serangan pemikiran nasionalis-sekularis dan komunis yang waktu itu marak di Indonesia .

Ketiga,perjuangan beliau lewat organisasi.Ia masuk ke organisasi Jong Islamiten Bond.dan sempat menjadi ketua periode 1928 – 932.

Aktifitas beliau di Dunia perpolitikan sendiri di awali dengan bergabungnya beliau ke Partai Syarekat Islam Indonesia yang waktu itu dipimpin oleh Haji Agus Salim dan HOS Cokroaminoto.Selanjutnya beliau masuk ke Partai Islam Indonesia.Di masa Awal kemerdekaan Indonesia beliau aktif di Partai Masyumi yang kemudian membawa beliau aktif sebagai anggota Komite Indonesia Pusat dan menjadi anggota Badan Pekerja KNIP ini pada 3 Januari 1946.Sesudah itu beliau ditunjuk menjadi Menteri penerangan di Kabinet Sjahrir I dan II tahun 946-1947 dan pada kabinet Hatta tahun 1948.Pada tahun ini pula beliau terpilih menjadi ketua umum partai Masyumi.Sejak itulah cita-cita beliau menjadi tambah kuat untuk menegakkan kesatuan republik indonesia dan agama islam. Prestasi spektakuler Natsir terekam dalam sejarah. Ketika Indonesia menjadi negara serikat sebagai produk dari KMB (Komperensi Meja Bundar), melalui sidang RIS tahun 1950,Natsir tampil dengan melontarkan statemennya yang dikenal dengan "Mosi Integral Natsir".Implikasi dari mosi itu, Indonesia yang sudah terpecah kedalam 17 negara bagian dapat bersatu kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Maka setelah itu beliau ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Perdana Menteri meskipun hanya berumur pendek (6 September 1950-27 April 1951).

Sejak itu beliau mundur dari aktifitas eksekutif dan berjuang lewat legislatif sebagai anggota parlemen tahun 1950-1958 dan anggota Konstituante 1956-1958 di samping tetap menjadi Ketua Umum Masyumi sampai 1958. Dalam era ini Natsir memfokuskan gerakannya bersama partai Masyumi yang dipimpinnya menmperjuangakan Islam sebagai dasar negara. Di dalam sidang-sidang Konstituante tahun 1957 Natsir secara gambalang memperjuangan Islam menjadi dasar negara.

Pada tahun 1958 terjadi pergelokan PRRI di Sumatera yang dianggap oleh pemerintahan soekarno sebagai dindakan separatisme dimana Natsir Berpihak kepada PRRI ini (meskipun ternyata PRRI waktu itu hanya berupa tindakan protes atas demokrasi terpimpinnya soekarno yang melanggar konstitusi RI),tujuan nya bukan untuk membangkang negara ini,namun pada hakekatnya beliau ingin terus memperjuangkan konstitusi Republik Indonesia Yang demokratis yang pada waktu itu telah bergeser ke arah kediktatoran soekarno,ditambah lagi dekatnya soekarno dengan golongan anti tuhan komunis yang dianggap sangat membahayakan Islam dan Indonesia secara umumnya,hal ini dibuktikan dengan banyaknya pentolan PKI yang masuk dalam jajaran kabinet soekarno.

Namun keberpihakan Natsir ini,ditambah dengan keberpihakan beberapa pentolan Masyumi seperti Burhanuddin Harahap dan Sjafruddin Prawira negara malah berimbas kepada pelarangan Masyumi secara keseluruhan lewat kepres 200 tanggal 15 Agustus 1960 padahal waktu itu ketua umum Masyumi Mohammad Roem dan Kasman singodimejo menyatakan tidak berpihak kepada PRRI. Ketika rekonsiliasi nasional tercapai dengan selesainya PRRI dan semua yang terlibat PRRI menerima amnesti dan abolisi, maka Natsir yang seyogyanya bebas, tetap dipenjarakan oleh Soekarno dengan status karantina politik di Batu Jatim tahun 1960-1962 kemudian dipindahkan ke RTM Jakarta 1962.Baru pada Juli 1966 beliau Dibebaskan tanpa pengadilan, setelah Orde Lama ditumbangkan oleh massa dan kesatuan-kesatuan aksi.

Pergantian orde lama ke orde baru bagi Mohamad Natsir tidak banyak maknanya dalam politik. Hakikatnya secara politik Mohamad Natsir masih terbelenggu. Meskipun begitu, kecintaan beliau kepada negara kesatuan republik dan bangsa Indonesia yang ikut diperjuangkan beliau sejak masa remaja tidak pernah berkurang.

Meskipun Orla telah berhasil diturunkan,namun Nama Masyumi sendiri tidak pernah direhabilitasi,sehingga perjuangan beliau pun diarahkan ke medan dakwah. Bersama-sama tokoh ummat yang sehaluan dengannya beliau mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) tahun 1967. Pengabdian di bidang dakwah ini bukan dalam makna simbol tetapi secara substantif dan komprehensif baik lisan, tulisan dan bil-hal atau amaliah sosial terutama pendidikan dan kesehatan. Di dunia Islam internasional, Natsir sejak 1967 menjadi Wakil Presiden Kongres Muslim Sedunia atau Muktamar Alam Islami berkedudukan di Karachi dan anggota Majlis Ta'sisi Liga Muslim Sedunia atau Rabithah Alam Islami berkedudukan di Mekah dan juga Dewan Masjid Sedunia berkedudukan di Mekah.

Bersama DDII yang beliau dirikan,beliau memperjuangkan islam di Indonesia,Begitu banyak produk-produk nyata serta pergerakan dakwah beliau yang jelas terekam dalam sejarah.Rumah sakit Islam Ibnu sina,akademi bahasa asing di bukittinggi serta pengiriman da’i ke daerah-daerah terisolir seperti sitiung dan mentawai di sumatera barat adalah sedikit dari usaha-usaha perjuangan islam beliau.Selain itu beliau juga selalu menggembleng aktifis-aktifis pejuang islam seperti para kader-kader Gerakan Pemuda islam dan Pelajar Islam Indonesia.

Pada tanggal 5 mei 1980 beliau ikut menanda tangani sebuah petisi yang menyatakan keprihatinan terhadap kondisi NKRI,petisi yang kemudian terkenal dengan nama “petisi 50” ini intinya mempertanyakan isi pidato Soeharto di Pekanbaru dan Bangkok yang dapat ditafsirkan bahwa Pancasila dan UUD 1945 identik dengan kekuasaan Soeharto. Artinya setiap upaya mengkritik dan mengoreksi Soeharto dapat diidentifikasi sebagai tidak setuju dengan Pancasila dan UUD 1945. Kemudian menggangap ABRI sebagai kekuatan yang dapat digunakan Soeharto secara optimal untuk menindas setiap gerakan yang melawan kekuasaan yang diparalelkan dengan dirinya.Pada dekade ini lah kemudian beliau kembali terpenjara oleh kekuasaan rezim pemerintah dimana beliau dilarang beraktifitas politik,dan keluar negeri.

Pada dekade ini Natsir aktif melawan kehendak Orba yang ingin mengasastunggalkan Pancasila sebagai dasar semua organisasi politik dan organisasi sosial kemasyarakatan serta keagamaan. Tampaknya dengan dibolehkannya organisasi Islam mencantumkan dalam anggaran dasarnya kalimat berakidah islam,perkara asas itu diterima dan keluarlah UU No. 5 untuk Orpol dan No. 8 untuk Ormas pada tahun 1985 (meskipun beberapa organisasi menolak dualisme azas ini,akibatnya beberapa organisasi dinyatakan bubar dan terlarang seperti Pelajar Islam Indonesia dan Gerakan pemuda Marhaenis Indonesia). Beliau juga langsung beraksi Pada saat disebarkannya buku Pendidikan Moral Pancasila yang banyak mengandung ketidak sesuaian dengan pemikiran ummat Islam Indonesia antara lain menyatakan semua agama sama. Natsir secara gamblang mendudukan persoalan itu dan menolak apa yang tercantum dalam buku PMP tersebut. Pada akhirnya buku itu direvisi kembali oleh pemerintah.

Melihat sejarah perjuangan beliau maka sepantasnya lah pemerintah telah lama mengapresiasi perjuangan beliau dengan pemberian gelar pahlawan,namun sayang “dosa masa lalu” natsir masih terngiang dalam ingatan pemerintah.Hanya karena penanda tanganan Natsir pada petisi 50 membuat pemerintah seakan enggan memberikan gelar terhormat yang sebenarnya beliau lebih pantas mendapatkan gelar lebih dari itu.Barulah pada tahun 2008 kemaren,setelah melalui pendiskusian dan permintaan yang alot dari pihak-pihak yang menginginkan natsir untuk menjadi pahlawan serta setelah melalui tahapan-tahapan akhirnya Natsir pun dikukuhkan sebagai pahlawan nasional lewat Kepres No: 041/TK/TAHUN 2008 pada tanggal 6 November 2008.

Perjuangan beliau yang ikhlas dan tiada henti demi islam dan indonesia,meskipun selalu berada dalam tekanan dan himpitan penguasa negara ,sepantasnya lah diapresiasi dan diteladani oleh segenap rakyat indonesia,terkhusus buat pejuang islam dan para aktifis islam yang tiada henti berjuang di Indonesia ini.Bagaimana perpaduan antara intelektual dan agama beliau , telah membuat beliau menjadi orang yang besar tanpa mesti dibesar-besarkan.Beliau memang telah dipanggil oleh Allah pada tanggal 7 februari 1993,namun semangat serta warisan – warisan perjuangan yang beliau tinggalkan mestilah kita lanjutkan,agar tercipta masyarakat indonesia yang damai,adil dan sejahtera dalam lindungan dan rahmat Allah swt.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images