Ananda : Tambatan Hati atau Malapetaka Hidup

9:57 PM



Makhluk macam apapun, lahir, tumbuh dan berkembang dalam suatu komunitas. Kucing misalnya adalah bagian dari komunitas binatang yang punya karakteristik tersendiri yang tak dimiliki oleh harimau, tikus dan sebagainya. Namun demikian kucing pun tidak melupakan bahwa dia adalah bagian dari komunitas bintang yang punya rule of life. Tidak ditemukan misalnya bagaimana kucing berbudaya dan berprilaku seperti harimau, padahal kedua bintang ini hampir bersamaan dalam segi performen. Berbeda dengan manusia, manusia dapat berbudaya dan berprilaku seperti saudaranya yang berbeda negara dan budaya dengannya, entah itu orang Minang, Jawa, Arab, Eropa dan lain-lain.

Dalam komunitas binantang boleh dikatakan tidak terjadi tranformasi budaya. Hal ini diandaikan bahwa binatang tidak punya kekuatan rasio untuk menciptakan kebudayaan. Lain halnya dengan manusia dengan kekuatan rasionya manusia dapat menciptakan budaya sekaligus mentransformasikan ke alam lain. Kekuatan rasio ini bagaikan dua sisi mata uang, yang di satu pihak memberikan kebaikan kepada manusia dan di pihak lain justru merusak manusia itu sendiri. Ketika modernisasi informasi dan tekhnologi belum menyentuh ranah pinggiran desa. Kita dapat menyaksikan anak-anak bermain petak umpet atau main sepak bola bersama teman-temannya. Mereka bersenda gurau. Mereka berintegrasi, menyatau dengan alam dan kawan-kawan mereka. Akan tetapi pemandangan ini sulit untuk ditemukan di pelosok-polosok desa. Permaian mereka sudah digantikan dengan mainan pistol, robot ( satria baja hitam dall) atau boneka. Heterogenitas budaya suatu desa ataupun permainan anak-anak digantikan dengan homegenitas yang tungggal. Apa yang dirasakan dan dimainakan oleh anak-anak di Jepang atau Amereka akan sama dengan peremaian anak-anak di desa terpelosok. Hal akaibat dari global village di mana dunia menjadi desa-desa yang saling seragam dan sama dalam kebudayaan, namun satu sama lain tidak bersentuhan dalam alam kesadaran.

Kalau kita sempat membawa anak-anak ke toko atau moll maupun shopping, orang tuan harus siap menyediakan recehan untuk membeli boneka atau mainan seperti robot atau boneka. Mereka akan sulit untuk diajak kompromi dengan menukarnya dengan makanan misalnya. Budaya inilah perlu mendapat perhatian serius bagi semua kalangan dewasa ini. Kerena andaikan ini dibiarkan, maka kita akan kesulitan untuk mewariskan budaya yang kita anut dan mengharapkan mereka menjadi estafet kita kelak. Kenapa demikian, Ternyata internasionalisasi budaya komsumer ini, anak-anak akan teralineasi dalam kehidupan manusia yang hakiki. Coba kita lihat bagaimana sulitnya ana-anak kelas jetset untuk mengerti dan memahami bahwa kehudupan ini bukan saja hanya untuk memenuhui kebutuhan material saja, hidup itun adalah bagaimana berintegrasi dengan yang lain untuk mewujudkan tatanan sosial yang lebig egaliter dan elagan.

Anak - anak hanya berkomunaksi dan berintegrasi dengan benda, bukan berintegrasi dengan alam dan manusia lainnya. Paling mereka melakukan itu hanya sebatas di sekolah.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images