Catatan 11 agustus 2009

9:40 PM

"….Presiden PPMi yang tidak dijadikan boneka dari partai politik…" Begitu kira-kira komentar seorang teman terhadap status ana di sebuah jaringan social yang popular akhir-akhir ini,Facebook.Sebuah komentar atas status ana menanyakan siapakah presiden PPMI yang pantas terpilih?

Sebenarnya substansi pertanyaan ana bukanlah menanyakan siapa presiden yang pantas terpilih,karena hal itu adalah subjektifitas pemilih masing-masing,apalagi objek yang ke"tembak" adalah para golongan intelektual yang bergelar mahasiswa.Namun ada hal lain yang ingin ana telusuri dari pertanyaan itu,yaitu sejauh mana mahasiswa (terutama di mesir) bersikap rasional dalam memilih.Dan ternyata waktu itu di komentari dengan nada agak sinisme,komentar dengan sikap kurang rasional menurut ana.Karena tidak menunjukkan keunggulan dari yang dipilihnya namun hanya menunjukkan kelemahan "lawan politik"-nya.

Ada hal yang menarik yang sebetulnya bagi ana sudah tidak relevan lagi untuk dibahas yaitu persoalan isu.Isu ternyata menjadi momok besar untuk dibahas bagi para mahasiswa yang terjebak di ranah isu tersebut.Bahkan sangking terjebaknya,para mahasiswa kemudian dikendalikan oleh isu tersebut.Ketika Isu mengatakan "A" maka seolah-olah mahasiswa pun sepakat untuk mengatakan "A".Seolah-olah isu menjadi pemimpin terselubung bagi mahasiswa,tentunya bagi mahasiswa yang tidak ataupun kurang memainkan prinsip-prinsip logika,rasional serta objektifitasnya.

Nah,persoalan yang ana lihat di Pemili Raya PPMI juga seperti itu.Mahasiswa mesir yang jadi pemilih dalam pemilu tersebut ternyata dipermainkan oleh isu yang dihembuskan oleh pihak-pihak yang jelas punya kepentingan disana.Ada dua isu besar yang berkembang di tengah-tengah mahasiswa menjelang hari "H" pemilihan,dan yang tragisnya,kedua isu tersebut bergesekan dengan politik.Namun sayang,ternyata dari pembacaan ana terhadap beberapa kondisi pemilih,para pemilih banyak yang telah termakan oleh isu tersebut,baik dari calon A maupun dari calon B.Lantas timbul sebuah pertanyaan besar,kemana perginya idealism serta sikap rasional dan objektifitas mahasiswa?

Terlepas dari itu semua,ada sebuah harapan agar mahasiswa saat ini untuk kembali menjunjung sikap kritis,rasional,objektif serta idealismenya sebagai mahasiswa.Mahasiswa,dalam sejarah Indonesia,telah mewarnai segala sisi dinamika kehidupan social dengan sikap tersebut.Sejak zamannya sumpah pemuda,zaman perjuangan kemerdekaan,zaman mempertahankan kemerdekaan sampai kepada zaman reformasi.Mahasiswa mempunyai power besar dalam mengarahkan perubahan-perubahan yang ada.Mahasiswa juga punya andil besar dalam memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk menunjang sebuah kemajuan.Lantas kalau seandainya saat ini kita tidak lagi memiliki sikap kritis,rasional,objektif dan idealis dalam diri kita,apa yang akan kita lakukan.Karena sementara zaman berubah,kita hanya mabuk dipermainkan oleh sang creator perubahan,kita hanya jadi boneka yang dipermainkan untuk mencapai tujuan sang creator.

Harapan terakhir untuk segenap masisir,Baik yang memilih untuk peran aktif dalam proses pemilihan Presiden PPMI maupun tidak.Setelah nanti presiden baru dilantik,Mari kita jadikan posisi kita sebagai control social yang aktif membaca setiap kebijakan yang ada serta memberikan penilaian-penilaian,tentunya tetap dengan sikap Kritis,rasional,objektif,dan idealism kita.Lakukan evaluasi-evaluasi kritis terhadap kebijakan yang ada,serta munculkan inovasi kreatif untuk membantu kinerja yang dilakukan oleh presiden dan jajarannya.Jangan samapi kita hanya sang penghukum namun tidak memberikan solusi atas permasalahan yang ada.

Karena kalau tidak,apa bedanya kita dengan para pemuja pragmatis yang bermain di DPR sana? Yang nyaris setiap saat kita hina namun kita sendiri kemudian melakukan apa yang mereka lakukan ? Atau kah kita kemudian bersikap idealis hanya ketika kita tidak bisa masuk dalam arena "kepentingan" tersebut? Wallahu musta'an….

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images