Kitab Ushul Fiqh Aliran Mutakallim
12:39 AM
1. الرسالة karangan
Imam Syafi’i (204 H)
Ar-Risalah
adalah kitab pertama yang ditulis dalam bidang Ushul Fiqh. Penulisan kitab ini
juga yang membuat hampir seluruh ulama mengatakan bahwa Imam Syafi’i adalah
orang yang pertama kali menggagas Ilmu Ushul Fiqh. Mulanya, kitab Ar-Risalah
ini hanyalah sebuah risalah/surat yang merupakan jawaban Imam Syafi’i atas
permintaan Imam Al-Hafizh Abdurrahman bin Mahdi (198 H) agar beliau (Imam Syafi’i)
membuat sebuah tulisan tentang penjelasan makna-makna Al-Qur’an, Khabar yang
maqbul, keabsahan Ijmak sebagai hujjah, penjelasan tentang Nasikh dan Mansukh
dan lain-lain[1].
Kitab
Ar-Risalah sendiri ditulis dua kali. Pertama, ditulis ketika Imam Syafi’i
berada di Baghdad yang merupakan jawaban beliau atas permintaan Imam
Abdurrahman bin Mahdi. Dalam beberapa literatur, para ulama menyebutnya dengan
Ar-Risalah Al-Qadimah. Kedua, ditulis ketika beliau berada di Mesir yang dalam
beberapa literatur disebut dengan Ar-Risalah Al-Jadidah. Kitab yang ditulis
untuk kedua kalinya inilah yang sampai saat ini masih kita temukan.
Kitab ini
sendiri merupakan kitab yang sangat diperhatikan oleh ulama mengingat statusnya
sebagai kitab pertama yang ditulis dalam bidang ushul fiqh. Sebagian ulama ada
yang membuat syarah atas kitab ini, sebagian lagi ada yang menjadikannya
sebagai rujukan untuk tulisan mereka dan sebagian lagi ada yang menulis tulisan
untuk menolak pendapat yang menyerang kitab ini, diantaranya adalah Imam Ibn
Sureij Asy-Syafi’i (306 H), Imam Abu Bakar Ash-Shairafi (330 H), Imam Abu
Al-Walid An-Naisaburi (349 H), Imam Qufal Asy-Syasyi (365 H), Imam Ibn Al-Qaththan
(369 H) dan lain-lain. Sayangnya tulisan-tulisan ini tidak sampai pada kita.
2. التقريب والارشاد karangan
Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani (403 H)
Setelah era
Imam Syafi’i, Qadhi Al-Baqilani muncul dengan At-Taqrib wa Al-Irsyad nya. Kitab
ini juga menjadi kitab yang sangat penting dikalangan Ushul Fiqh aliran
Mutakallim. Dikisahkan bahwa kitab At-Taqrib ini ditulis tiga kali. Yang
pertama adalah At-Taqrib wa Al-Irsyad Al-Kabir. Kitab ini begitu luas dan
banyak cakupannya hingga diriwayatkan bahwa ketika Imam Al-Isfarayaini menukil kitab ini, jumlahnya mencapai 10 ribu
lembar kertas[2].
Mengingat jumlahnya yang begitu banyak, beliau meringkasnya menjadi At-Taqrib
wa Al-Irsyad Al-Awsath. Sayangnya, kitab ini pun dirasa masih terlalu banyak
sehingga beliau pun meringkasnya kembali menjadi At-Taqrib wa Al-Irsyad
Al-Shagir. Kitab yang terakhir inilah yang kemudian masyhur[3].
Menurut
sebagian ulama, kitab At-Taqrib ini adalah kitab pertama yang ditulis sesuai dengan
metode mutakallimin. Bahkan, kitab ini adalah kitab pertama yang mulai
mencampurkan ilmu Ushul fiqh dengan Ilmu Kalam baik dari sisi retorika maupun
dari sisi metode penulisan[4].
Hal ini wajar mengingat status Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani yang juga seorang
mutakallim dimana ia terkenal sebagai seorang pembela Ahlusunnah sesuai dengan
manhaj Abu Hasan Al-Asy’ari.
Kitab ini
sangat banyak memberikan pengaruh terhadap karangan-karangan Ulama Ushul fiqh aliran
Mutakallim setelahnya, seperti: Imam Al-Haramain Al-Juwaini (dengan Al-Waraqat,
At-Talkhis dan Al-Burhan nya), Imam Al-Ghazali (dengan Al-Mustashfa,Al-Mankhul
dan Tahdzib Al-Ushul nya), Qadhi Abu Ya’la (dengan Al-‘Uddah nya) dan karangan
lainnya.
Kitab ini
ditulis oleh Qadhi Abdul Jabbar Al-Mu’tazili, pemimpin mazhab Mu’tazilah pada
zamannya dan digelari dengan Qadhi Al-Qudhah (Hakim Agung). Setelah era imam
Syafi, beliau juga salah satu punggawa ushul fiqh yang menyusun metode aliran
mutakallim selain Qadhi Al-Baqilani. Kitab beliau العمد sangat memberikan pengaruh terhadap Ulama
ushul Fiqh setelahnya, diantaranya : Abu Al-Husein Al-Bashri yang mensyarah
kitab beliau dan menulis kitab Al-Mu’tamad (yang juga banyak terpengaruh dari
kitab Al-‘Amd)[6].
4. المعتمد karangan Abu Husein Al-Bashri (436 H)
Kitab Al-Mu’tamad
ditulis oleh Abu Husein Al-Bashri setelah beliau menulis syarah terhadap kitab
Al-‘Amd karangan Qadhi Abdul Jabbar. Kitab ini menjadi salah satu rujukan utama
dalam mazhab mu’tazilah dan juga ushul fiqh aliran Mutakallim. Banyak sekali
kitab-kitab setelahnya yang terpengaruh oleh kitab ini, diantaranya: Al-‘Uddah
karangan Abu Ya’la, At-Tamhid fi Ushul Al-Fiqh karangan Abu Al-Khaththab,
Ar-Razi dalam Al-Mahsul, Al-Amidi dalam Al-Ihkam, Az-Zarkasyi dalam Al-Bahr
Al-Muhith dan karangan-karangan lainnya.
5. البرهان karangan Imam Al-Haramain Al-Juwaini (478 H)
Al-Burhan
adalah salah satu masterpiece Imam Al-Juwaini yang sangat terpengaruh oleh At-Taqrib
nya Qadhi Al-Baqilani. Al-Burhan ditulis oleh Al-Juwaini setelah beliau
meringkas kitab At-Taqrib Al-Baqilani dalam At-Talkhis beliau. Kitab ini
(Al-Burhan) termasuk kitab yang sangat susah untuk dipahami karena memiliki
uslub yang gharib. Hal ini wajar karena kecerdasan Imam Juwaini dan banyaknya
beliau terpengaruh oleh aliran pemikiran dari Yunani terutama Aristoteles. Tak heran
kalau Imam Tajuddin As-Subki menggelari kitab ini dengan Laghzu Al-Ummah
(Teka-teki besar Umat ini). Walaupun demikian, kitab ini diakui sebagai salah
satu pondasi dari ushul fiqh aliran Mutakallim.
Banyak
sekali kitab ushul fiqh generasi setelah
beliau yang terpengaruh oleh kitab Al-Burhan, diantaranya adalah Imam Ghazali
dalam Al-Mankhul, Ar-Razi dalam Al-Mahsul, Al-Amidi dalam Al-Ihkam, Az-Zarkasyi
dalam Al-Barh Al-Muhith dan lain-lain.
Al-Burhan
memiliki banyak syarah, diantaranya : At-Tahqiq wa Al-Bayan karangan Imam
Al-Aybari, Idhah Al-mahsul min Burhan al-Ushul karangan Imam Al-Maziri, Kifayah
Thalib Al-Bayan Syarh Al-Burhan karangan Asy-Syarif Abu Yahya, dan syarah
lainnya.
6. الورقات
Kitab
Al-Waraqat adalah kumpulan Matan ringkas dalam ilmu ushul fiqh yang dikarang
oleh Imam Al-Haramain Al-Juwaini. Kitab ini merupakan kitab yang sangat
direkomendasikan bagi para pelajar ushul fiqh tahap pemula. Kitab ini sangat
menjadi perhatian oleh para ulama sehingga banyak yang melakukan aktifitas
ilmiah terhadap kitab ini sepert mensyarah, menjadikannya nazham, membuat
syarah atas nazham tersebut dan lain-lain.
Diantara
Syarah terhadap kitab Al-Waraqat:
Ø Syarah
Jalaluddin Al-Mahalli yang diberi hasyiah (catatan pinggir) oleh Ad-Dumyathi
dan Al-Khatib Al-Jawi
Ø Syarah
Tajuddin Al-Farkah Asy-Syafi’i
Ø Ghayah Al-Ma’mul
fi Syarh Waraqat Al-Ushul oleh Syihabuddin Ar-Ramli
Ø Asy-Syarh
Al-Kabir dan Asy-Syarh Ash-Shagir karangan Ibn Qasim Al-Ubadi
Ø Dan lain-lain
Imam Imrithi
membuat nazham dari matan al-Waraqat dalam kitab beliau Tashil Ath-Thuruqat
7. التلخيص
Kitab ini
adalah ringkasan Imam Al-Haramain Al-Juwaini dari kitab At-Taqrib wa Al-Irsyad
nya Qadhi Abu Bakar al-Baqilani
8. المستصفى
Kitab ini
ditulis oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali (505 H). Imam Ghazali menulis kitab ini
setelah rihlah ilmiah dan ruhiyah beliau ke beberapa negeri seperti makkah,
palestina, syam, mesir dan lain-lain. Kitab ini termasuk kitab terakhir yang
ditulis oleh Imam Ghazali menjelang wafatnya. Dalam kitab ini terlihat jelas
bagaimana pemikiran ushul fiqh Imam Ghazali yang independen.
Kitab
al-Musthasfa ini bersama kitab Al-‘Amd karangan Qadhi Abdul Jabbar, kitab Al-Mu’tamad
karangan Abu Husein Al-Bashri dan kitab Al-Burhan karangan Imam Al-Haramain
Al-Juwaini menjadi 4 pondasi utama dari ushul fiqh aliran mutakallimin.
Generasi setelahnya banyak terpengaruh dari
4 kitab ini. Ibn Khaldun berkata dalam muqaddimahnnya “Kitab yang
terbaik dari aliran ushul fiqh mutakallim adalah kitab Al-Burhan oleh Imam
Al-Haramain Al-Juwaini, Al-Mustashfa oleh Al-Ghazali, mereka berdua dari
golongan Asy’ariyah, dan kitab Al-‘Ahd oleh Abdul Jabbar dan Al-Mu’tamad oleh
Abu Husein Al-Bashri, dan mereka berdua dari golongan Mu’tazilah. 4 kitab ini
adalah pondasi dasar dari ilmu ushul fiqh. Kemudia generasi setelah mereka
meringkas kitab-kitab tersebut diantarania Imam Fakhruddin bin Al-Khathib
dengan Al-Mahsulnya dan Saifuddin al-Amidi dengan Al-Ihkam nya”[7].
Diantara
kitab yang menjadi ringkasan dari kitab Al-Mustashfa adalah kitab Adh-Dharuri
fi Ilm Al-Ushul karangan Ibn Rusyd Al-Hafid (595 H) dan Lubab Al-Mahsul fi Ilm
al-Ushul karangan Ibn Rasyiq (632 H) . Adapun kitab Raudhah An-Nazhir karangan
Ibn Qudamah (620 H) bisa dibilang sebagai kitab yang paling konsen dalam
membahas kitab Al-Mustashfa, bahkan bisa dibilang sangat mirip dengannya[8].
9. المنخول
Al-Mankhul
ditulis oleh Imam Ghazali sebagai ringkasan atas pemikiran ushul fiqh gurunya,
Imam Al-Haramain Al-Juwaini. Kitab ini termasuk kitab pertama yang ditulis oleh
Imam Al-Ghazali dalam bidang ushul Fiqh. Kitab ini ditulis ketika gurunya (Imam
Al-Juwaini) masih hidup. Penulisan kitab ini mirip dengan pola yang dilakukan
oleh Imam Al-Haramain Al-Juwaini dimana beliau sebelum menulis kitab ushul fiqh
yang independen, beliau memulai dengan menulis kitab ushul fiqh ringkasan dari
kitab sebelumnya (yakni kitab At-Taqrib wa Al-Irsyad Qadhi Al-Baqilani).
Seperti itu pula Imam Ghazali yang menulis Al-Mankhul sebagai ringkasan sebelum
menulis kitab ushul fiqh sendiri yang independen (Al-Mustashfa).
10. تهذيب الاصول
Kitab ini
ditulis oleh Imam Ghazali. Sayangnya kitab ini sampai sekarang hanya berbentuk
manuskrip dan belum ditahqiq serta dicetak. Imam Ghazali dalam Al-Mustashfa
menyinggung kitab ini dan mengatakan bahwa kitab ini termasuk kitab besar yang
beliau tulis dalam bidang ushul fiqh dengan uslub yang cukup panjang. Secara
umum kitab Al-Mustashfa berada di pertengahan antara Tahdzib Al-Ushul yang
panjang lebar dan Al-Mankhul yang ringkas[9].
11. التبصرة dan اللمع
Dua kitab
ini dikarang oleh Imam Asy-Syirazi Asy-Syafi’i (476 H). Walaupun penulisannya
tidak terpengaruh langsung ala pemikiran kalam seperti kitab-kitab diatas,
namun kitab ini juga jadi rujukan dalam aliran mutakallimin khususnya mazhab
syafi’i.
12. الفقيه و المتفقه
Kitab ini
ditulis oleh Khatib Al-Baghdadi. Kebanyakan isinya berlandaskan pada dua kitab
yakni Ar-Risalah dan At-Tabshirah. Kitab ini juga sering menjadi rujukan
kalangan Syafi’iyyah.
13. المحصول
Kitab ini
dikarang oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi (606 H). Beliau meringkas 4 buah kitab
utama dalam aliran ushul fiqh mutakallim (Al-‘Amd, Al-Mu’tamad, Al-Burhan dan
Al-Mustashfa) dalam kitab beliau Al-Mahsul. Kitab ini pun menjadi salah rujukan
utama dalam aliran ushul fiqh mutakallim. Kelebihan kitab ini dari sebelumnya
adalah karena kitab ini berisikan pokok pikiran karangan ushul fiqh terdahulu
beserta tambahan dari pemikiran Ar-Razi. Selain itu, kitab ini menggunakan
uslub yang mudah untuk dipahami serta memiliki banyak dalil atas setiap
argumentasi yang diajukan. Bisa dibilang bahwa kitab ini adalah kitab ushul
fiqh paling utama yang dikarang oleh imam Ar-Razi (mengingat karangan beliau
dalam ushul fiqh cukup banyak).
Diantara
ringkasan dari kitab ini:
Ø Al-Muntakhab
oleh Imam Ar-Razi sendiri
Ø Haashil
Al-Mahsul fi Ushul Al-Fiqh oleh Imam Tajuddin Al-Armawi (656 H)
Ø At-Tahsil
oleh Imam Sirajuddin Al-Armawi (682 H)
Ø Tanqih
Al-Fushul oleh Imam Al-Qarafi (684 H)
Ø Ghayah
As-Suul oleh Imam ‘Alauddin Al-Baji
Ø Mukhtashar
Al-Mahsul oleh Imam Ibn Daqiq al-‘Id
Ø Dan
lain-lain
Diantara
syarah dari kitab ini :
Ø Al-Kasyif
karangan Al-Isbahani (876 H)
Ø Nafais
Al-Ushul fi Syarh Al-Mahsul oleh Imam Al-Qarafi (684 H)
Ø Dan lain-lain[10]
14. الاحكام في أصول
الاحكام
Kitab ini dikarang oleh Saifuddin Al-Amidi (631 H).
Metode yang ia gunakan hampir sama dengan Imam Ar-Razi yakni dengan meringkas 4
buah kitab utama dalam Aliran Ushul Fiqh Mutakallim lalu memberikan tambahan
dan lain-lain. Kitab ini sendiri ditulis oleh Al-Amidi setelah beliau menulis
banyak buku dalam masalah Ilmu Kalam.
Meskipun
metode yang digunakannya hampir sama dengan Ar-Razi dalam Al-Mahsul, namun ada
perbedaan antara keduanya. Kalau Al-Mahsul lebih menitik beratkan pada
penguatan argumentasi lewat dalil, Al-Ihkam sendiri lebih konsentrasi pada
penguatan masalah-masalah ushul fiqh yang ada tanpa berpanjang-panjang dalam
dalil, sehingga cabang-cabang masalah yang muncul pun lebih banyak ketimbang
Al-Mahsul. Mungkin karena inilah para Ahli Ushul Fiqh lebih mendahulukan
Al-Mahsul ketimbang Al-Ihkam dari sisi kekuatan argumentasi yang ada dalam
Al-Mahsul. Walaupun begitu, Al-Ihkam juga sama pentingnya, terutama karena
banyak masalah cabang yang dibahas di dalamnya. Adapun dari sisi retorika
penulisan, redaksi yang digunakan Al-Amidi lebih mudah difahami ketimbang
Al-mahsul [11].
Diantara
ringkasan kitab ini:
Ø Muntaha
As-Suul fi Ilm Al-Ushul karangan Al-Amidi
Ø Muntaha
As-Suul wa Al-Amal karangan Ibn Al-Hajib, kemudian beliau ringkas lagi dalam
kitab Mukhtashar Muntaha[12].
Ø Dan
lain-lain
15. منهاج الوصول الى علم الاصول
Kitab ini
dikarang oleh Qadhi Nashiruddin al-Baidhawi. Kitab ini merupakan ringkasan dari
kitab Al-Mahsul, Al-Hasil dan At-Tahsil, ditambah dengan kitab-kitab lain
seperti Al-Burhan, Mukhtashar Ibn Hajib, Al-Ihkam, dan kitab-kitab ushul fiqh
mutakallimin lainnya.
Diantara
Syarah dari kitab ini:
Ø Mi’raj
al-Wushul ila Syarh Minhaj Al-Wushul karangan Syekh Majiduddin Asy-Syirazi (697
H)
Ø Mi’raj
Al-Minhaj fi Syarh Al-Minhaj karangan Syamsuddin Al-Jazari (711 H)
Ø Al-Ibhaj fi
Syarh Al-Minhaj karangan Tajuddin dan Taqiyuddin As-Subki
Ø Nihayah
As-Suul karangan Imam Al-Isnawi (772 H)[13]
Ø Manahij Al-‘Uqul
atau lebih dikenal dengan Syarh Al-Badakhsyi karangan Imam Al-Badakhsyi
Al-Hanafi[14]
Ø Dan
lain-lain[15].
Imam
Zainuddin Al-Iraqi (806 H) membuat Nazham dari kitab ini dalam kitab beliau
An-Najm Al-Wahhaj.
16. مختصر ابن الحاجب
Seperti yang
telah disinggung diatas bahwa Imam Ibn Hajib meringkas kitab Al-Ihkam Imam
Amidi dalam kitab beliau Muntaha As-Suul wa Al-Amal[16].
Kitab Muntaha As-Suul wa Al-Amal sendiri merupakan gabungan dua buah kitab yang
keduanya merupakan ringkasan dari Al-Ihkam Al-Amidi yakni kitab Al-Muntaha fi
Al-Ushul dan kitab Ghayah Al-Amal fi Ilm Al-Jidal. Kitab Muntaha ini pun beliau
ringkas lagi menjadi kitab Mukhtashar Al-Muntaha atau yang lebih kita kenal
dengan nama Mukhtashar Ibn Hajib. Kitab ini sendiri juga merupakan salah satu
rujukan utama dalam ilmu ushul fiqh aliran mutakallim dimana para ulama sangat
konsen dalam melakukan aktifitas ilmiah terhadapnya. Bahkan, diriwayatkan bahwa
syarah dari kitab Mukhtashar Ibn Hajib ini mencapai 76 kitab.
Dintara
Syarah kitab ini:
Ø Syarah
Quthbuddin Asy-Syirazi (710 H)
Ø Syarah
Badruddin Al-Tastari (733 H)
Ø Bayan
Al-Mukhtashar Syarh Mukhtashar Ibn Hajib karangan Syamsuddin As-Asfahani
Ø Ghayah
Al-Wushul wa Idhah As-Subul fi Syarh Mukhtashar Muntaha As-Suul wa Al-Amal
karangan Jamaluddin Al-Halli
Ø Raf’u
Al-Hajib an Mukhtashar Ibn Hajib karangan Tajuddin As-Subki
Ø Dan lain-lain[17].
17. البحر المحيط
Kitab ini
datang setelah era kepenulisan kitab Ushul Fiqh Aliran Mutakallim yang mengikuti
gaya dan metode Imam Ar-Razi dan Al-Amidi. Kitab ini dikarang oleh Imam
Badruddin Az-Zarkasyi. Kitab ini merupakan hasil kajian beliau yang menurut
riwayat lebih dari 100 kitab ushul fiqh.
Kitab ini
kemudian dijadikan nazham oleh murid beliau yang bernama Imam Al-Barmawi (831
H) dengan nama An-Nubdzah Al-Alfiyyah fi Ushul Al-Fiqhiyyah, yang kemudian disyarah
dalam kitab berjudul Al-Fawaid
As-Sunniyah fi Syarh Al-Alfiyyah.
18. ارشاد الفحول
Kitab ini[18]
banyak terpengaruh oleh kitab Al-Bahr Al-Muhith nya Imam Az-Zarkasyi. Kitab ini
dikarang oleh Imam Asy-Syaukani (1255 H) yang kemudian diringkas oleh Shiddiq
Hasan Khan (1307 H) dengan nama Hushul Al-Ma’mul.
Secara umum,
era kepenulisan kitab Ushul Fiqh Aliran Mutakallim berakhir disini. Hal ini
mengingat tulisan di era setelahnya lebih banyak beraliran Takhrij Al-Furu’ ala
Al-Ushul (yang mirip dengan konsep aliran Fuqaha/hanafiyyah) atau beraliran
Maqashid Asy-Syari’ah.
[1]
Sebagaimana dikutip dari Kitab Ar-Risalah oleh Dr.Sya’ban Muhammad Ismail dalam kitabnya
Ushul Al-Fiqh Tarikhuhu wa Rijaluhu halaman 49.
[2]
Ahmad Al-Hasanat, Tathawur Al-Fikr Al-Ushuli inda Al-Mutakallimin, hal.226
[3]
ibid
[4]
ibid
[5]
Sebagian ulama mengatakan bahwa nama kitabnya adalah Al-‘Ahdu / العهد. Lihat Ibn
Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, vol.2, hal.817
[6]
Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Mu’tamad adalah Syarah dari kitab Al-‘Amd,
namun pendapat ini dibantah oleh Ibn Khaldun. Menurutnya, ada banyak perbedaan
antara Al-‘Amd dan Al-Mu’tamad, walau jelas sekali bahwa penulisan Al-Mu’tamad
banyak dipengaruhi oleh Al-‘Amd. Perbedaan tersebut terletak pada
masalah-masalah yang terdapat dalam kitab Al-Mu’tamad banyak tidak ditemukan
dalam kitab Al-‘Amd. Begitu juga perbedaan dari sisi penyusunan dan tertib
penulisan. Abu Husein Al-Bashri sendiri dalam Al-Mu’tamad banyak memiliki
perbedaan pendapat dengan Qadhi Abdul Jabbar. Perbedaan lainnya adalah di dalam
kitab Al-‘Amd banyak sekali membahas persoalan yang bukan Ilmu Ushul Fiqh
(terutama banyak membahas tentang Ilmu Kalam). Dr.Sya’ban Muhammad Ismail dalam
tahqiqan beliau terhadap kitab Nihayah As-Suul Imam Isnawi juga berpendapat
sama seperti yang beliau ungkapkan dalam muqaddimah tahqiqnya. Lihat Nihayah
As-Suul, Imam Isnawi, Dar Ibn Hazm.
[7]
Ibn Khaldun. Op.Cit
[8]
Kitab Raudhah An-Nazhir karangan Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi ini juga memiliki
banyak Syarah diantaranya: Nuzhah Al-Khatir karangan Abdul Qadir Badran, Kasyf
As-Satir karangan Burnu Al-Ghazi, Ittihaf Dzawi Al-Bashair karangan Abdul Karim
bin Ali An-Namlah
[9]
Lihat: Al-Ghazali, Al-Musthasfa, vol.1, hal.8, Dar Shadir, Beirut
[10]
Selengkapnya lihat: Sya’ban Muhammad Ismail, Tahdzib Syarh Al-Isnawi, vol.I,
hal.(ك), Maktabah
Azhariyah li At-Turats, Cairo, dan lihat juga: Ahmad Hasanat, Op.Cit,
hal.285
[11] ibid,
hal.299
[12] Kitab
Mukhtashar Muntaha ini kemudian disyarah oleh beberapa ulama, diantaranya: Imam
Al-Iji yang dikasih catatan pinggir (hasyiyah) oleh Imam At-Taftazani, Kitab
Raf’u Al-Hajib karangan Tajuddin As-Subki, dan oleh Imam Al-Isfahani.
[13]
Menurut kebanyakan guru saya di Azhar, inilah syarh yang terbaik dari kitab
Al-Minhaj. Saat ini ada dua kitab yang cukup bagus dalam mengomentari Syarah
ini. Pertama, Kitab Ushul Fiqh karangan Syekh Muhammad Abu Nur Zuhair. Kedua,
Hasyiyah Sulam al-Wushul Li Syarh Nihayah As-Suul karangan Syekh Bukhith Muthi’i.
[14]
Syarah ini memiliki kelebihan dalam bidang redaksi. Kebanyakan sekarang kitab
ini dicetak bersama Nihayah As-Suul.
[15] Ahmad
Hasanat, Op.Cit, hal.318-321
[16]
Namun dalam cetakan Darul Kutub Ilmiyah, nama kitab ini adalah Muntaha
Al-Wushul wa Al-Amal fi Ilmai Al-Ushul wa Al-Jidal. Dan pendapat inilah yang
lebih dipilih agar ada perbedaan dengan Muntaha Al-Ushul karangan Imam Al-Amidi
yang juga merupakan ringkasan dari kitab Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam. Lihat: Ibn
Al-Hajib, Jamaluddin Abu Umar, Muntaha Al-Wushul wa Al-Amal fi Ilmai Al-Ushul
wa Al-Jidal, hal.3, Darul kutub ilmiyah.
[17] Ahmad
Hasanat, Op.Cit, hal. 325-327
[18] Yang
menarik adalah Dr.Muhammad Abdurrahman Al-Mar’asyli menggolongkan kitab ini
sebagai salah satu kitab dalam Mazhab Syiah Zaidiyyah. Lihat: Al-Mar’syli
Muhammad Abdurrahman, Ikhtilaf Al-Ijtihad Wa Taghayyuruhu wa Atsaru Dzalika fi
Al-Futya, hal.32, Muassasah Jam’iyyah, Beirut. Namun menurut saya kitab ini
bisa dimasukkan dalam aliran Mutakallimin karena metode yang digunakan sama
dengan prinsip Aliran Mutakallimin. Dan kurang tepat menggolongkan kitab beliau
dalam mazhab Zaidiyyah, mengingat walaupun beliau besar di lingkungan Zaidiyah,
namun beliau sendiri seorang Mujtahid yang Independen dan Ijtihad beliau dekat
dengan Ahlusunnah terutama ijtihad para Mutakallim.
0 komentar