Kitab Ushul Fiqh Aliran Mutakallim

12:39 AM


      1.       الرسالة karangan Imam Syafi’i  (204 H)
Ar-Risalah adalah kitab pertama yang ditulis dalam bidang Ushul Fiqh. Penulisan kitab ini juga yang membuat hampir seluruh ulama mengatakan bahwa Imam Syafi’i adalah orang yang pertama kali menggagas Ilmu Ushul Fiqh. Mulanya, kitab Ar-Risalah ini hanyalah sebuah risalah/surat yang merupakan jawaban Imam Syafi’i atas permintaan Imam Al-Hafizh Abdurrahman bin Mahdi (198 H) agar beliau (Imam Syafi’i) membuat sebuah tulisan tentang penjelasan makna-makna Al-Qur’an, Khabar yang maqbul, keabsahan Ijmak sebagai hujjah, penjelasan tentang Nasikh dan Mansukh dan lain-lain[1].

Kitab Ar-Risalah sendiri ditulis dua kali. Pertama, ditulis ketika Imam Syafi’i berada di Baghdad yang merupakan jawaban beliau atas permintaan Imam Abdurrahman bin Mahdi. Dalam beberapa literatur, para ulama menyebutnya dengan Ar-Risalah Al-Qadimah. Kedua, ditulis ketika beliau berada di Mesir yang dalam beberapa literatur disebut dengan Ar-Risalah Al-Jadidah. Kitab yang ditulis untuk kedua kalinya inilah yang sampai saat ini masih kita temukan.

Kitab ini sendiri merupakan kitab yang sangat diperhatikan oleh ulama mengingat statusnya sebagai kitab pertama yang ditulis dalam bidang ushul fiqh. Sebagian ulama ada yang membuat syarah atas kitab ini, sebagian lagi ada yang menjadikannya sebagai rujukan untuk tulisan mereka dan sebagian lagi ada yang menulis tulisan untuk menolak pendapat yang menyerang kitab ini, diantaranya adalah Imam Ibn Sureij Asy-Syafi’i (306 H), Imam Abu Bakar Ash-Shairafi (330 H), Imam Abu Al-Walid An-Naisaburi (349 H), Imam Qufal Asy-Syasyi (365 H), Imam Ibn Al-Qaththan (369 H) dan lain-lain. Sayangnya tulisan-tulisan ini tidak sampai pada kita.

      2.      التقريب والارشاد karangan Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani (403 H)

Setelah era Imam Syafi’i, Qadhi Al-Baqilani muncul dengan At-Taqrib wa Al-Irsyad nya. Kitab ini juga menjadi kitab yang sangat penting dikalangan Ushul Fiqh aliran Mutakallim. Dikisahkan bahwa kitab At-Taqrib ini ditulis tiga kali. Yang pertama adalah At-Taqrib wa Al-Irsyad Al-Kabir. Kitab ini begitu luas dan banyak cakupannya hingga diriwayatkan bahwa ketika Imam Al-Isfarayaini  menukil kitab ini, jumlahnya mencapai 10 ribu lembar kertas[2]. Mengingat jumlahnya yang begitu banyak, beliau meringkasnya menjadi At-Taqrib wa Al-Irsyad Al-Awsath. Sayangnya, kitab ini pun dirasa masih terlalu banyak sehingga beliau pun meringkasnya kembali menjadi At-Taqrib wa Al-Irsyad Al-Shagir. Kitab yang terakhir inilah yang kemudian masyhur[3].

Menurut sebagian ulama, kitab At-Taqrib ini adalah kitab pertama yang ditulis sesuai dengan metode mutakallimin. Bahkan, kitab ini adalah kitab pertama yang mulai mencampurkan ilmu Ushul fiqh dengan Ilmu Kalam baik dari sisi retorika maupun dari sisi metode penulisan[4]. Hal ini wajar mengingat status Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani yang juga seorang mutakallim dimana ia terkenal sebagai seorang pembela Ahlusunnah sesuai dengan manhaj Abu Hasan Al-Asy’ari.

Kitab ini sangat banyak memberikan pengaruh terhadap karangan-karangan Ulama Ushul fiqh aliran Mutakallim setelahnya, seperti: Imam Al-Haramain Al-Juwaini (dengan Al-Waraqat, At-Talkhis dan Al-Burhan nya), Imam Al-Ghazali (dengan Al-Mustashfa,Al-Mankhul dan Tahdzib Al-Ushul nya), Qadhi Abu Ya’la (dengan Al-‘Uddah nya) dan karangan lainnya.

      3.      العمد  karangan Qadhi Abdul Jabbar Al-Mu’tazili (410 H)[5]

Kitab ini ditulis oleh Qadhi Abdul Jabbar Al-Mu’tazili, pemimpin mazhab Mu’tazilah pada zamannya dan digelari dengan Qadhi Al-Qudhah (Hakim Agung). Setelah era imam Syafi, beliau juga salah satu punggawa ushul fiqh yang menyusun metode aliran mutakallim selain Qadhi Al-Baqilani. Kitab beliau العمد  sangat memberikan pengaruh terhadap Ulama ushul Fiqh setelahnya, diantaranya : Abu Al-Husein Al-Bashri yang mensyarah kitab beliau dan menulis kitab Al-Mu’tamad (yang juga banyak terpengaruh dari kitab Al-‘Amd)[6].  

      4.      المعتمد  karangan Abu Husein Al-Bashri (436 H)
   
Kitab Al-Mu’tamad ditulis oleh Abu Husein Al-Bashri setelah beliau menulis syarah terhadap kitab Al-‘Amd karangan Qadhi Abdul Jabbar. Kitab ini menjadi salah satu rujukan utama dalam mazhab mu’tazilah dan juga ushul fiqh aliran Mutakallim. Banyak sekali kitab-kitab setelahnya yang terpengaruh oleh kitab ini, diantaranya: Al-‘Uddah karangan Abu Ya’la, At-Tamhid fi Ushul Al-Fiqh karangan Abu Al-Khaththab, Ar-Razi dalam Al-Mahsul, Al-Amidi dalam Al-Ihkam, Az-Zarkasyi dalam Al-Bahr Al-Muhith dan karangan-karangan lainnya.

       5.      البرهان  karangan Imam Al-Haramain Al-Juwaini (478 H)

Al-Burhan adalah salah satu masterpiece Imam Al-Juwaini yang sangat terpengaruh oleh At-Taqrib nya Qadhi Al-Baqilani. Al-Burhan ditulis oleh Al-Juwaini setelah beliau meringkas kitab At-Taqrib Al-Baqilani dalam At-Talkhis beliau. Kitab ini (Al-Burhan) termasuk kitab yang sangat susah untuk dipahami karena memiliki uslub yang gharib. Hal ini wajar karena kecerdasan Imam Juwaini dan banyaknya beliau terpengaruh oleh aliran pemikiran dari Yunani terutama Aristoteles. Tak heran kalau Imam Tajuddin As-Subki menggelari kitab ini dengan Laghzu Al-Ummah (Teka-teki besar Umat ini). Walaupun demikian, kitab ini diakui sebagai salah satu pondasi dari ushul fiqh aliran Mutakallim. 

Banyak sekali kitab  ushul fiqh generasi setelah beliau yang terpengaruh oleh kitab Al-Burhan, diantaranya adalah Imam Ghazali dalam Al-Mankhul, Ar-Razi dalam Al-Mahsul, Al-Amidi dalam Al-Ihkam, Az-Zarkasyi dalam Al-Barh Al-Muhith dan lain-lain.

Al-Burhan memiliki banyak syarah, diantaranya : At-Tahqiq wa Al-Bayan karangan Imam Al-Aybari, Idhah Al-mahsul min Burhan al-Ushul karangan Imam Al-Maziri, Kifayah Thalib Al-Bayan Syarh Al-Burhan karangan Asy-Syarif Abu Yahya, dan syarah lainnya.

      6.      الورقات

Kitab Al-Waraqat adalah kumpulan Matan ringkas dalam ilmu ushul fiqh yang dikarang oleh Imam Al-Haramain Al-Juwaini. Kitab ini merupakan kitab yang sangat direkomendasikan bagi para pelajar ushul fiqh tahap pemula. Kitab ini sangat menjadi perhatian oleh para ulama sehingga banyak yang melakukan aktifitas ilmiah terhadap kitab ini sepert mensyarah, menjadikannya nazham, membuat syarah atas nazham tersebut dan lain-lain.

Diantara Syarah terhadap kitab Al-Waraqat: 

Ø  Syarah Jalaluddin Al-Mahalli yang diberi hasyiah (catatan pinggir) oleh Ad-Dumyathi dan Al-Khatib Al-Jawi
Ø  Syarah Tajuddin Al-Farkah Asy-Syafi’i
Ø  Ghayah Al-Ma’mul fi Syarh Waraqat Al-Ushul oleh Syihabuddin Ar-Ramli
Ø  Asy-Syarh Al-Kabir dan Asy-Syarh Ash-Shagir karangan Ibn Qasim Al-Ubadi
Ø  Dan lain-lain

Imam Imrithi membuat nazham dari matan al-Waraqat dalam kitab beliau Tashil Ath-Thuruqat

        7.      التلخيص

Kitab ini adalah ringkasan Imam Al-Haramain Al-Juwaini dari kitab At-Taqrib wa Al-Irsyad nya Qadhi Abu Bakar al-Baqilani

       8.      المستصفى

Kitab ini ditulis oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali (505 H). Imam Ghazali menulis kitab ini setelah rihlah ilmiah dan ruhiyah beliau ke beberapa negeri seperti makkah, palestina, syam, mesir dan lain-lain. Kitab ini termasuk kitab terakhir yang ditulis oleh Imam Ghazali menjelang wafatnya. Dalam kitab ini terlihat jelas bagaimana pemikiran ushul fiqh Imam Ghazali yang independen.

Kitab al-Musthasfa ini bersama kitab Al-‘Amd karangan Qadhi Abdul Jabbar, kitab Al-Mu’tamad karangan Abu Husein Al-Bashri dan kitab Al-Burhan karangan Imam Al-Haramain Al-Juwaini menjadi 4 pondasi utama dari ushul fiqh aliran mutakallimin. Generasi setelahnya banyak terpengaruh dari  4 kitab ini. Ibn Khaldun berkata dalam muqaddimahnnya “Kitab yang terbaik dari aliran ushul fiqh mutakallim adalah kitab Al-Burhan oleh Imam Al-Haramain Al-Juwaini, Al-Mustashfa oleh Al-Ghazali, mereka berdua dari golongan Asy’ariyah, dan kitab Al-‘Ahd oleh Abdul Jabbar dan Al-Mu’tamad oleh Abu Husein Al-Bashri, dan mereka berdua dari golongan Mu’tazilah. 4 kitab ini adalah pondasi dasar dari ilmu ushul fiqh. Kemudia generasi setelah mereka meringkas kitab-kitab tersebut diantarania Imam Fakhruddin bin Al-Khathib dengan Al-Mahsulnya dan Saifuddin al-Amidi dengan Al-Ihkam nya[7].

Diantara kitab yang menjadi ringkasan dari kitab Al-Mustashfa adalah kitab Adh-Dharuri fi Ilm Al-Ushul karangan Ibn Rusyd Al-Hafid (595 H) dan Lubab Al-Mahsul fi Ilm al-Ushul karangan Ibn Rasyiq (632 H) . Adapun kitab Raudhah An-Nazhir karangan Ibn Qudamah (620 H) bisa dibilang sebagai kitab yang paling konsen dalam membahas kitab Al-Mustashfa, bahkan bisa dibilang sangat mirip dengannya[8].

      9.      المنخول

Al-Mankhul ditulis oleh Imam Ghazali sebagai ringkasan atas pemikiran ushul fiqh gurunya, Imam Al-Haramain Al-Juwaini. Kitab ini termasuk kitab pertama yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali dalam bidang ushul Fiqh. Kitab ini ditulis ketika gurunya (Imam Al-Juwaini) masih hidup. Penulisan kitab ini mirip dengan pola yang dilakukan oleh Imam Al-Haramain Al-Juwaini dimana beliau sebelum menulis kitab ushul fiqh yang independen, beliau memulai dengan menulis kitab ushul fiqh ringkasan dari kitab sebelumnya (yakni kitab At-Taqrib wa Al-Irsyad Qadhi Al-Baqilani). Seperti itu pula Imam Ghazali yang menulis Al-Mankhul sebagai ringkasan sebelum menulis kitab ushul fiqh sendiri yang independen (Al-Mustashfa).

      10.  تهذيب الاصول

Kitab ini ditulis oleh Imam Ghazali. Sayangnya kitab ini sampai sekarang hanya berbentuk manuskrip dan belum ditahqiq serta dicetak. Imam Ghazali dalam Al-Mustashfa menyinggung kitab ini dan mengatakan bahwa kitab ini termasuk kitab besar yang beliau tulis dalam bidang ushul fiqh dengan uslub yang cukup panjang. Secara umum kitab Al-Mustashfa berada di pertengahan antara Tahdzib Al-Ushul yang panjang lebar dan Al-Mankhul yang ringkas[9]


       11.  التبصرة   dan اللمع

Dua kitab ini dikarang oleh Imam Asy-Syirazi Asy-Syafi’i (476 H). Walaupun penulisannya tidak terpengaruh langsung ala pemikiran kalam seperti kitab-kitab diatas, namun kitab ini juga jadi rujukan dalam aliran mutakallimin khususnya mazhab syafi’i.

      12.   الفقيه و المتفقه

Kitab ini ditulis oleh Khatib Al-Baghdadi. Kebanyakan isinya berlandaskan pada dua kitab yakni Ar-Risalah dan At-Tabshirah. Kitab ini juga sering menjadi rujukan kalangan Syafi’iyyah.

      13.  المحصول

Kitab ini dikarang oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi (606 H). Beliau meringkas 4 buah kitab utama dalam aliran ushul fiqh mutakallim (Al-‘Amd, Al-Mu’tamad, Al-Burhan dan Al-Mustashfa) dalam kitab beliau Al-Mahsul. Kitab ini pun menjadi salah rujukan utama dalam aliran ushul fiqh mutakallim. Kelebihan kitab ini dari sebelumnya adalah karena kitab ini berisikan pokok pikiran karangan ushul fiqh terdahulu beserta tambahan dari pemikiran Ar-Razi. Selain itu, kitab ini menggunakan uslub yang mudah untuk dipahami serta memiliki banyak dalil atas setiap argumentasi yang diajukan. Bisa dibilang bahwa kitab ini adalah kitab ushul fiqh paling utama yang dikarang oleh imam Ar-Razi (mengingat karangan beliau dalam ushul fiqh cukup banyak).

Diantara ringkasan dari kitab ini:

Ø  Al-Muntakhab oleh Imam Ar-Razi sendiri
Ø  Haashil Al-Mahsul fi Ushul Al-Fiqh oleh Imam Tajuddin Al-Armawi (656 H)
Ø  At-Tahsil oleh Imam Sirajuddin Al-Armawi (682 H)
Ø  Tanqih Al-Fushul oleh Imam Al-Qarafi (684 H)
Ø  Ghayah As-Suul oleh Imam ‘Alauddin Al-Baji
Ø  Mukhtashar Al-Mahsul oleh Imam Ibn Daqiq al-‘Id
Ø  Dan lain-lain

Diantara syarah dari kitab ini :

Ø  Al-Kasyif karangan Al-Isbahani (876 H)
Ø  Nafais Al-Ushul fi Syarh Al-Mahsul oleh Imam Al-Qarafi (684 H)
Ø  Dan lain-lain[10]


      14.  الاحكام في أصول الاحكام

Kitab ini dikarang oleh Saifuddin Al-Amidi (631 H). Metode yang ia gunakan hampir sama dengan Imam Ar-Razi yakni dengan meringkas 4 buah kitab utama dalam Aliran Ushul Fiqh Mutakallim lalu memberikan tambahan dan lain-lain. Kitab ini sendiri ditulis oleh Al-Amidi setelah beliau menulis banyak buku dalam masalah Ilmu Kalam. 

Meskipun metode yang digunakannya hampir sama dengan Ar-Razi dalam Al-Mahsul, namun ada perbedaan antara keduanya. Kalau Al-Mahsul lebih menitik beratkan pada penguatan argumentasi lewat dalil, Al-Ihkam sendiri lebih konsentrasi pada penguatan masalah-masalah ushul fiqh yang ada tanpa berpanjang-panjang dalam dalil, sehingga cabang-cabang masalah yang muncul pun lebih banyak ketimbang Al-Mahsul. Mungkin karena inilah para Ahli Ushul Fiqh lebih mendahulukan Al-Mahsul ketimbang Al-Ihkam dari sisi kekuatan argumentasi yang ada dalam Al-Mahsul. Walaupun begitu, Al-Ihkam juga sama pentingnya, terutama karena banyak masalah cabang yang dibahas di dalamnya. Adapun dari sisi retorika penulisan, redaksi yang digunakan Al-Amidi lebih mudah difahami ketimbang Al-mahsul [11]

Diantara ringkasan kitab ini:

Ø  Muntaha As-Suul fi Ilm Al-Ushul karangan Al-Amidi
Ø  Muntaha As-Suul wa Al-Amal karangan Ibn Al-Hajib, kemudian beliau ringkas lagi dalam kitab Mukhtashar Muntaha[12].
Ø  Dan lain-lain


       15.   منهاج الوصول الى علم الاصول

Kitab ini dikarang oleh Qadhi Nashiruddin al-Baidhawi. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Al-Mahsul, Al-Hasil dan At-Tahsil, ditambah dengan kitab-kitab lain seperti Al-Burhan, Mukhtashar Ibn Hajib, Al-Ihkam, dan kitab-kitab ushul fiqh mutakallimin lainnya.

Diantara Syarah dari kitab ini:

Ø  Mi’raj al-Wushul ila Syarh Minhaj Al-Wushul karangan Syekh Majiduddin Asy-Syirazi (697 H)
Ø  Mi’raj Al-Minhaj fi Syarh Al-Minhaj karangan Syamsuddin Al-Jazari (711 H)
Ø  Al-Ibhaj fi Syarh Al-Minhaj karangan Tajuddin dan Taqiyuddin As-Subki
Ø  Nihayah As-Suul karangan Imam Al-Isnawi (772 H)[13]
Ø  Manahij Al-‘Uqul atau lebih dikenal dengan Syarh Al-Badakhsyi karangan Imam Al-Badakhsyi Al-Hanafi[14]
Ø  Dan lain-lain[15].

Imam Zainuddin Al-Iraqi (806 H) membuat Nazham dari kitab ini dalam kitab beliau An-Najm Al-Wahhaj.

       16.  مختصر ابن الحاجب

Seperti yang telah disinggung diatas bahwa Imam Ibn Hajib meringkas kitab Al-Ihkam Imam Amidi dalam kitab beliau Muntaha As-Suul wa Al-Amal[16]. Kitab Muntaha As-Suul wa Al-Amal sendiri merupakan gabungan dua buah kitab yang keduanya merupakan ringkasan dari Al-Ihkam Al-Amidi yakni kitab Al-Muntaha fi Al-Ushul dan kitab Ghayah Al-Amal fi Ilm Al-Jidal. Kitab Muntaha ini pun beliau ringkas lagi menjadi kitab Mukhtashar Al-Muntaha atau yang lebih kita kenal dengan nama Mukhtashar Ibn Hajib. Kitab ini sendiri juga merupakan salah satu rujukan utama dalam ilmu ushul fiqh aliran mutakallim dimana para ulama sangat konsen dalam melakukan aktifitas ilmiah terhadapnya. Bahkan, diriwayatkan bahwa syarah dari kitab Mukhtashar Ibn Hajib ini mencapai 76 kitab.

Dintara Syarah kitab ini:

Ø  Syarah Quthbuddin Asy-Syirazi (710 H)
Ø  Syarah Badruddin Al-Tastari (733 H)
Ø  Bayan Al-Mukhtashar Syarh Mukhtashar Ibn Hajib karangan Syamsuddin As-Asfahani
Ø  Ghayah Al-Wushul wa Idhah As-Subul fi Syarh Mukhtashar Muntaha As-Suul wa Al-Amal karangan Jamaluddin Al-Halli
Ø  Raf’u Al-Hajib an Mukhtashar Ibn Hajib karangan Tajuddin As-Subki
Ø  Dan lain-lain[17].

      17.  البحر المحيط

Kitab ini datang setelah era kepenulisan kitab Ushul Fiqh Aliran Mutakallim yang mengikuti gaya dan metode Imam Ar-Razi dan Al-Amidi. Kitab ini dikarang oleh Imam Badruddin Az-Zarkasyi. Kitab ini merupakan hasil kajian beliau yang menurut riwayat lebih dari 100 kitab ushul fiqh.

Kitab ini kemudian dijadikan nazham oleh murid beliau yang bernama Imam Al-Barmawi (831 H) dengan nama An-Nubdzah Al-Alfiyyah fi Ushul Al-Fiqhiyyah, yang kemudian disyarah dalam  kitab berjudul Al-Fawaid As-Sunniyah fi Syarh Al-Alfiyyah.

      18.  ارشاد الفحول

Kitab ini[18] banyak terpengaruh oleh kitab Al-Bahr Al-Muhith nya Imam Az-Zarkasyi. Kitab ini dikarang oleh Imam Asy-Syaukani (1255 H) yang kemudian diringkas oleh Shiddiq Hasan Khan (1307 H) dengan nama Hushul Al-Ma’mul.

Secara umum, era kepenulisan kitab Ushul Fiqh Aliran Mutakallim berakhir disini. Hal ini mengingat tulisan di era setelahnya lebih banyak beraliran Takhrij Al-Furu’ ala Al-Ushul (yang mirip dengan konsep aliran Fuqaha/hanafiyyah) atau beraliran Maqashid Asy-Syari’ah.


[1] Sebagaimana dikutip dari Kitab Ar-Risalah oleh  Dr.Sya’ban Muhammad Ismail dalam kitabnya Ushul Al-Fiqh Tarikhuhu wa Rijaluhu halaman 49.
[2] Ahmad Al-Hasanat, Tathawur Al-Fikr Al-Ushuli inda Al-Mutakallimin, hal.226
[3] ibid
[4] ibid
[5] Sebagian ulama mengatakan bahwa nama kitabnya adalah Al-‘Ahdu / العهد. Lihat Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, vol.2, hal.817
[6] Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Mu’tamad adalah Syarah dari kitab Al-‘Amd, namun pendapat ini dibantah oleh Ibn Khaldun. Menurutnya, ada banyak perbedaan antara Al-‘Amd dan Al-Mu’tamad, walau jelas sekali bahwa penulisan Al-Mu’tamad banyak dipengaruhi oleh Al-‘Amd. Perbedaan tersebut terletak pada masalah-masalah yang terdapat dalam kitab Al-Mu’tamad banyak tidak ditemukan dalam kitab Al-‘Amd. Begitu juga perbedaan dari sisi penyusunan dan tertib penulisan. Abu Husein Al-Bashri sendiri dalam Al-Mu’tamad banyak memiliki perbedaan pendapat dengan Qadhi Abdul Jabbar. Perbedaan lainnya adalah di dalam kitab Al-‘Amd banyak sekali membahas persoalan yang bukan Ilmu Ushul Fiqh (terutama banyak membahas tentang Ilmu Kalam). Dr.Sya’ban Muhammad Ismail dalam tahqiqan beliau terhadap kitab Nihayah As-Suul Imam Isnawi juga berpendapat sama seperti yang beliau ungkapkan dalam muqaddimah tahqiqnya. Lihat Nihayah As-Suul, Imam Isnawi, Dar Ibn Hazm.
[7] Ibn Khaldun. Op.Cit
[8] Kitab Raudhah An-Nazhir karangan Imam Ibn Qudamah Al-Maqdisi ini juga memiliki banyak Syarah diantaranya: Nuzhah Al-Khatir karangan Abdul Qadir Badran, Kasyf As-Satir karangan Burnu Al-Ghazi, Ittihaf Dzawi Al-Bashair karangan Abdul Karim bin Ali An-Namlah
[9] Lihat: Al-Ghazali, Al-Musthasfa, vol.1, hal.8, Dar Shadir, Beirut
[10] Selengkapnya lihat: Sya’ban Muhammad Ismail, Tahdzib Syarh Al-Isnawi, vol.I, hal.(ك), Maktabah Azhariyah li At-Turats, Cairo, dan lihat juga: Ahmad Hasanat, Op.Cit, hal.285
[11] ibid, hal.299
[12] Kitab Mukhtashar Muntaha ini kemudian disyarah oleh beberapa ulama, diantaranya: Imam Al-Iji yang dikasih catatan pinggir (hasyiyah) oleh Imam At-Taftazani, Kitab Raf’u Al-Hajib karangan Tajuddin As-Subki, dan oleh Imam Al-Isfahani.
[13] Menurut kebanyakan guru saya di Azhar, inilah syarh yang terbaik dari kitab Al-Minhaj. Saat ini ada dua kitab yang cukup bagus dalam mengomentari Syarah ini. Pertama, Kitab Ushul Fiqh karangan Syekh Muhammad Abu Nur Zuhair. Kedua, Hasyiyah Sulam al-Wushul Li Syarh Nihayah As-Suul karangan Syekh Bukhith Muthi’i.
[14] Syarah ini memiliki kelebihan dalam bidang redaksi. Kebanyakan sekarang kitab ini dicetak bersama Nihayah As-Suul.
[15] Ahmad Hasanat, Op.Cit, hal.318-321
[16] Namun dalam cetakan Darul Kutub Ilmiyah, nama kitab ini adalah Muntaha Al-Wushul wa Al-Amal fi Ilmai Al-Ushul wa Al-Jidal. Dan pendapat inilah yang lebih dipilih agar ada perbedaan dengan Muntaha Al-Ushul karangan Imam Al-Amidi yang juga merupakan ringkasan dari kitab Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam. Lihat: Ibn Al-Hajib, Jamaluddin Abu Umar, Muntaha Al-Wushul wa Al-Amal fi Ilmai Al-Ushul wa Al-Jidal, hal.3, Darul kutub ilmiyah.
[17] Ahmad Hasanat, Op.Cit, hal. 325-327
[18] Yang menarik adalah Dr.Muhammad Abdurrahman Al-Mar’asyli menggolongkan kitab ini sebagai salah satu kitab dalam Mazhab Syiah Zaidiyyah. Lihat: Al-Mar’syli Muhammad Abdurrahman, Ikhtilaf Al-Ijtihad Wa Taghayyuruhu wa Atsaru Dzalika fi Al-Futya, hal.32, Muassasah Jam’iyyah, Beirut. Namun menurut saya kitab ini bisa dimasukkan dalam aliran Mutakallimin karena metode yang digunakan sama dengan prinsip Aliran Mutakallimin. Dan kurang tepat menggolongkan kitab beliau dalam mazhab Zaidiyyah, mengingat walaupun beliau besar di lingkungan Zaidiyah, namun beliau sendiri seorang Mujtahid yang Independen dan Ijtihad beliau dekat dengan Ahlusunnah terutama ijtihad para Mutakallim.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images