Harapan Pelajar Untuk Presiden
7:07 PM
Oleh : ZAKARIA
…engkau sarjana muda resah mencari kerja
mengandalkan ijazahmu,
empat tahun lamanya bergelut dengan buku
‘tuk jaminan masa depan…
(“Sarjana Muda” Iwan Fals)
Menjadi seorang sarjana bukan menjadi jaminan akan mudah mendapat suatu pekerjaan perlu pengorbanan yang besar dan harus sabar menunggu datangnya panggilan untuk bisa bekerja. Seperti lagu “Sarjana Muda” ciptaan Iwa Fals yang dirilis 20 tahun yang lalu, dan lagu itu masih sangat relevan dengan nasib para sarjana hari ini.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), menyebutkan bahwa jumlah pengangguran berpendidikan tinggi menunjukan kecenderungan terus menaik. Kecenderungan ini tidak hanya terjadi pada kalangan sarjana (lulusan S-1) tetapi juga pada lulusan Diploma yang ditekankan pada ilmu praktik. Pada tahun 2006 saja jumlah sarjana yang tak bekerja mencapai 771.155 orang dan terus meningkat hingga mencapai 1, 2 juta orang pada tahun 2008, sedangkan untuk lulusan Diploma yang tidak bekerja walaupun tidak sebanyak lulusan sarjana, pada tahun 2006 mencapai 631.358 orang sedangkan pada tahun 2008 mencapai angka 882.550 orang, tetapi angka yang lebih besar lagi akan kita dapatkan ketika kita menghitung jumlah pelajar yang lulus Sekolah Menengah Atas, Kejuruan atau Madrasyah Aliyah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan belum bekerja.
Sumbangsih pengangguran yang berpendidikan tinggi, tak urung menaikkan jumlah pengangguran di Indonesia, apalagi dengan adanya krisis ekonomi global yang melanda Indonesia, jumlah penganguran meningkat cukup tajam pada tahun 2009. Berdasar proyeksi Institute for Development Economics and Finance (Indef), tingkat pengangguran akan mencapai 9,5%, angka tersebut jauh di atas target pemerintah, yaitu 7–8%. Proyeksi itu juga jauh di atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–2009 dengan target angka pengangguran 5,1%.
Dilema tidak memiliki pekerjaan atau menjadi pengangguran bagi kalangan pelajar dan sarjana merupakan suatu ketakutan yang sangat besar, apalagi ketika warga negara asing masuk ke Indonesia dan bisa bekerja disini dengan kemampuan dan kepintaran yang dianggap melebihi anak bangsa, maka anak bangsa ini hanya akan menjadi jongos atau babu di bangsanya sendiri.
Ketakutan menjadi pengangguran atau tidak mendapat pekerjaan belum akan dipikirkan oleh para pelajar yang hari ini masih mengeyam pendidikan di bangku sekolah atau di kampus, tetapi yang lebih menakutkan bagi pelajar hari ini adalah kebijakkan pemerintah tentang Ujian Nasional (UN) yang hari ini masih diterapkan walaupun banyak orang yang menyerukan untuk dicabut.
Tidak hanya itu saja ketakutan yang dirasakan oleh para pelajar hari ini, mereka pun takut untuk bersekolah karena mereka takut orang tua mereka tidak memiliki cukup uang untuk membiayai sekolah mereka, kalaupun mampu maka mereka hanya akan bersekolah dengan pas-pasan, kenapa pas-pasan? Karena sekolah mereka bangunannya pada rusak, ada yang sudah hampir roboh, fasilitas sekolah mereka minim, tidak ada perpustakaan yang baik, tidak ada laboratorium yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan penelitian. Sehingga wajar saja kalau kualitas pendidikan yang mereka peroleh tidak maksimal.
Semua ketakutan yang ada seharusnya menjadi tanggung jawab pemimpin bangsa yang telah dipilih secara langsung oleh rakyat untuk memimpin mereka, seharusnya para pemimpin bangsa ini dapat memberikan solusi akan ketakutan yang dirasakan oleh para pelajar dan juga lulusannya, baik masalah itu masalah pekerjaan dengan menyediakan lapangan pekerjaan ataupun memberikan fasilitas pendidikan yang memadai dengan biaya yang terjangkau oleh rakyat Indonesia serta membuat kebijakkan yang sesuai dengan kemampuan anak bangsa.
Tetapi kenyataannya para pemimpin bangsa belum melakukan hal ini, hanya klaim-klaim keberhasilan saja yang mereka sampaikan walaupun tidak sesuai dengan fakta yang ada dilapangan.
Harapan Pada Presiden ke Depan
8 Juli 2009 merupakan tanggal yang sangat menentukan bagi rakyat Indonesia 5 tahun kedepan, tanggal tersebut merupakan tanggal pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, kalau rakyat salah memilih maka akan menderita selama 5 tahun, tetapi kalau pilihannya tepat maka akan ada harapan untuk merasakan kehidupan yang lebih baik.
Pelajar sebagai pemilih pemula, yang jumlahnya hampir 30 % dari semua rakyat yang berhak memilih harus dapat memilih para calon Presiden dan Wakil Presiden yang benar-benar dapat memberikan kebaikan dan kemudahan bagi diri mereka pada khusunya dan pada rakyat Indonesia secara keseluruhan pada umumnya.
Untuk mengetahui calon Presiden dan Wakil Presiden itu baik adalah dengan melihat program atau kebijakan yang telah mereka buat dan lakukan selama mereka menjadi pejabat negara atau pemimpin bangsa ini, karena para calon Presiden yang akan kita pilih nanti adalah mereka yang pernah memimpin bangsa ini, ada yang telah menjadi Presiden dan ada yang telah menjadi Wakil Presiden.
Apakah kebijakan yang mereka lakukan selama ini telah benar-benar berpihak kepada pelajar atau malahan kebijakan yang mereka buat menimbulkan kesengsaraan dan kesulitan?
Setelah kita melihat kebijakan yang telah mereka buat maka kita juga melihat kebijakan-kebijakan atau program-program yang akan mereka lakukan ketika mereka nanti terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, apakah ada kebijakan baru yang merubah atau menyempurnakan kebijakan yang lama ataukah tidak ada sama sekali kebijakan yang baru, walaupun ada itu hanyalah retorika politik saja dan tidak mungkin untuk dapat direalisasikan?
Setelah melihat kebijakan mereka, baik yang telah dilakukan atau yang akan mereka lakukan ketika menjadi Presiden nanti, maka kita juga harus menyatakan harapan kita kepada mereka, yang kita harapan dapat mereka tepati ketika mereka terpilih menjadi Presiden nantinya. Harapan kita minimal adalah adanya perbaikan sistem pendidikan di Indonesia yang lebih berpihak kepada pelajar serta tersedianya fasilitas pendidikan yang mencukupi dengan biaya pendidikan yang terjangkau hingga perguruan tinggi serta ketika kita menamatkan sekolah baik di tingkat atas maupun perguruan tinggi akan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai.
Siapa pun Presiden yang terpilih nantinya maka perbaikan sistem pendidikan haruslah menjadi agenda utama karena perbaikan bangsa ini akan dapat dilakukan dengan cepat apabila sistem pendidikannya baik.
(Penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia periode 2008 - 2010)
0 komentar