Ada sebuah kisah yang menarik yang saya temukan di salah satu forum.Tentang filsafat cinta . Yah karena tokohnya adalah ahli kebijaksanaan yang ternama , Socrates dan Plato.Walaupun keotentikan kisah ini masih perlu pembuktian , namun semoga kisah ini bisa memberikan pelajaran
***
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, Socrates, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?
Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” .
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”
Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”. Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut.
Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”
Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,
“Apa itu pernikahan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu pernikahan”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”
Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi di kesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”
Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah pernikahan”
***
Cinta versi Makhluk itu aneh.Semakin dicari maka akan terasa semakin hilang.Bukti bahwa kontaminasi nafsu bermain disana.Cinta memang kadang menuntut kesempurnaan , namun ketika harapan terlalu tinggi tanpa ada rasa ingin menerima , yang ada hanyalah kehampaan.Waktu yang dihabiskan oleh para pencari kesempurnaan akan sia-sia.
Mereka yang menerima ketidak sempurnaan dan memaknai cinta dengan sebaik-baiknya , mungkin itulah pernikahan.Ketidak sempurnaan tidak lantas dijadikan sebagai tameng untuk kurangnya rasa cinta .Ketidak sempurnaan itu justru dijadikan sebagai bahan untuk lebih mencintai.
Namun tetap, cinta adalah karunia Allah yang dijatuhkan langsung ke hati manusia.Maka selalulah berharap agar cinta itu , apapun bentuknya , tetap mengarahkan kita ke arah cintaNYA.Karena pada hakikatnya, cinta yang dibangun atas pondasi Karena Allah adalah cinta yang sebenarnya...
Karena tidak romantis rasanya , tidak menyertakan Allah dalam setiap langkah kita , terutama dalam cinta pada makhluknya :D
*Pojok kanan 6/10/2011 , setelah untuk kesekian kalinya "dikuliahi" tentang cinta dan pernikahan ... Ya Allah , saya yakin pada JanjiMU...