Seperti biasa,aktivitas pagi ini berlangsung apa adanya.Dimulai dari Shalat subuh,menambah hapalan qur’an,mengulang pelajaran,dan aktivitas kebersihan.Hari ini pun saya bertekad untuk pergi ke kampus,maklum saja hampir dua minggu kaki saya tidak meninggalkan jejaknya di antara hamparan debu yang menghiasi jalan sekitar kampus Universitas Paling Tua di dunia ini.
Setelah segala tugas rumah selesai,badan sudah harum wangi,breakfast sudah disantap,saya pun melangkahkan kaki keluar rumah menuju mahattah musallas.Baru saja pintu rumah tertutup,hawa dingin yang dihembuskan angin pun langsung menyerang tubuh yang Cuma berbalut sehelai jaket tipis.Sempat terpikir untuk kembali masuk ke rumah,menghangatkan diri dengan balutan selimut tebal dan secangkir susu panas,namun niat ini segera saya buang jauh-jauh.
Kaki saya pun mulai melangkah,menyusuri tepian jalan yang menghubungkan antara daerah musallas dan saqr quraisy.Sepintas saya lirik jam digital di Hape saya.Pukul 8 kurang 10 menit.Biasanya sekitar jam 8 ini ada bis 65 kuning jurusan Zahra’ Nasr City menuju sayyedah Aisyah yang akan melewati daerah darrasah,tak begitu jauh dari tempat dimana Universitas Al-Azhar berdiri dengan megahnya.
Prediksi saya tak meleset,baru saja saya berdiri di dekat toko buah di simpang Musallas,bis 65 kuning pun kelihatan dari arah berlawanan.Langsung saja saya berlari melintasi lalu lintas jalan yang lumayan padat,bahkan hampir saja saya ditabrak oleh sebuah mobil sedan hitam merk speranza.Bis 65 pun ternyata tidak berhenti,terpaksa saya berlari-lari mengejarnya.Dan alhamdulillah kaki ini pun akhirnya berhasil mencapai tangga terbawah bis 65 legendaris itu.
***
Pukul 9 kurang 5 menit,bis 65 pun menurunkan saya di depan simpang darasah menuju ke Kampus al Azhar.Di sebelah kanan simpang tersebut,dengan megahnya berdiri Gedung Masyikhatul Azhar,tempat dimana para cendikiawan dan Syaikhul Azhar berkantor.Juga tempat dimana para mahasiswa yang kekurangan biaya kuliah mengajukan surat permintaaan beasiswanya ke lembaga Azhar.
Saya pun langsung menuju ke kuliah.Menemui petugas administrasi kampus yang sampai saat ini belum saya ketahui namanya.Sayang,ternyata antrian panjang pun terlihat disana.Sebuah konsekuensi yang harus saya terima jika datang agak kesiangan saja.Saya pun akhirnya bergabung ke dalam antrian tersebut.
Satu jam kemudian,akhirnya giliran saya pun tiba.”Ana aiz istimaroh liddafa’ el rusum “ (saya minta berkas untuk membayar rusum kuliah)“ pinta saya kepada sang petugas.Cuek,sang petugas pun terus sibuk menulis dan menanda tangani beberapa berkas yang kelihatannya seperti tasdik kuliah.Saya pun seakan-akan dianggap tidak ada.Namun kebiasaan ini sudah saya maklumi.Selagi dia sibuk dengan kerjaannya,saya pun membaca beberapa baris diktat kuliah yang kebetulan juga saya baca saat antrian tadi.
Beberapa menit kemudian,barulah sang petugas menegur saya “ andonesy,inta awiz eih ? ” (hoy orang indonesia,kamu mau apa ?) tanya sang petugas. “Ana aiz istimaroh liddafa’ el rusum “ (saya minta berkas untuk membayar rusum kuliah) jawab saya.Tanpa banyak bicara,sang petugas langsung mengambil beberapa berkas yang akan digunakan untuk pengurusan rusum (administrasi kuliah) serta pengurusan kartu mahasiswa.Setelah itu berkas tersebut disodorkan kepada saya,sambil berkata “bayar rusum ini dulu,habis itu bawa foto kopian paspor kamu dua lembar,tarikh wusul dua lembar,visa dua lembar dan foto kamu 4 buah”.Setelah mengambil berkas tersebut,saya pun keluar dari ruangannya.
Begitu keluar ruangan,saya pun langsung berinisiatif untuk membayar rusum tersebut.Ruangan untuk pembayaran tersebut terletak di lantai pertama gedung kampus fakultas Syari’ah ini.Ditengah perjalanan saya melihat salah seorang kakak tingkat yang juga lagi antri di bagian administrasi tingkat empat.Saya pun menyapa beliau dan bercakap-cakap sebentar.Tiba-tiba tanpa disangka,salah seorang mahasiswa asal rusia yang juga lagi antri dengan nada yang nyolot membentak saya “hey kamu mau ngapaian ? antri disini ! “ ujarnya dengan nada tinggi.Saya pun membalas dengan tenang “ sebentar,saya mau ngobrol sama kakak saya” jawab saya.”Sebentar,sebentar apanya,kalau mau ngurus antri disini” si rusia berkata lagi namun dengan oktaf nada yang lebih tinggi.” Ya sebentar,saya Cuma mau ngobrol” jawab saya juga dengan nada yang masih tenang.
Namun seakan tidak terima dengan jawaban saya,mahasiswa rusia tersebut sambil membelalakkan matanya berkata dengan nada tinggi “ Hoy kamu paham gak ?,kalau mau ngurus antri di belakang,jang sebentar sebentar aja jawabnya”.Saya pun tiba-tiba jadi kesal “ini yang ga paham dia atau saya sih” ujar saya dalam hati.Saya pun akhirnya pamit pada kakak tersebut ,lalu kemudian berkata pada si rusia “ hey kamu bisa ngomong lembut ga,jangan membentak,saya tahu kamu lagi antri,saya juga ga mau mengambil hak kamu dengan cara menyerobot,namun gaya bicara kamu seolah-olah saya bukan muslim saja.” Ujar saya dengan nada yang agak tinggi.Saya pun akhirnya berlalu,meninggalkan si rusia dan beberapa mahasiswa lain yang masih antri melihat saya dengan wajah bingung.
***
Beberapa saat kemudian,saya telah berdiri lagi di bis 80 coret.Bis yang akan mengantarkan saya menuju kawasan hay asyir,tempat dimana mahasiswa asal asia tenggara banyak bermukim.Ceritanya tadi Setelah menyelesaikan pembayaran rusum,tiba-tiba kepala saya pusing,dan akhirnya saya langsung berinisiatif untuk pulang.
Sambil berdiri tenang di bis 80 coret,saya pun berusaha untuk mengulang beberapa hapalan alquran saya.Berjibunnya manusia yang turun naik bis tersebut pun tidak saya acuhkan.Sampai ketika bis memasuki kawasan hay sadis,salah seorang bocah berusia sekitar 9 tahun menaiki bis tersebut dan berdiri disamping saya.Tidak ada yang aneh mulanya dari bocah tersebut.Namun kemudian saya menyadari ada yang aneh di tangan bocah itu.
Ditangan bocah tersebut,tergambar beberapa gambar hati yang tertusuk panah,gambar petir,beberapa coretan tulisan serta (maaf) gambar genggaman tangan namun dengan jari tengah mengacung.Semuanya digambar dengan tinta pena.Saya sendiri mulanya geli dengan tingkah bocah tiu.Sesaat saya teringat saat dulu,beberapa tatto non permanen yang sering jadi bonus makanan ringan sering saya tempelkan di tangan saya.
Namun akhirnya saya menyadari,bahwa ada perubahan besar disini.Kalau dulu tatto yang saya tempelkan hanya lah sekedar “pemanfaatan” bonus makanan ringan,namun yang ditangan bocah tersebut seakan inisiatif sendiri.Ada semacam kebanggaan untuk mencoret tangan dengan beberapa gambar yang jadi simbol tertentu itu.Dan seakan baru sadar,saya pun melihat cara berpakaian si bocah yang terkesan “agak Preman” dari lipatan baju di bahu tanganya,serta dari aksesoris yang dipakainya.
Saya bertanya-tanya kenapa ? namun jawaban yang akhirnya coba saya munculkan hanyalah “Ini akibat perubahan zaman”.Yah propaganda non pendidikan di sekeliling bocah itu,mungkin saja salah satu sebab kenapa dia berpakaian seperti itu.Disekelilingnya,ia begitu sering melihat premanisme yang seakan jadi tren.Di sekelilingnya,ia melihat beberapa tingkah manusia yang mulai ia tiru.Pendidikan disekolahnya pun tak ada arti ketika di luar sekolah ,orang tuanya tidak sempat memperhatikan apa yang ia kerjakan dan dengan siapa ia bergaul.
Pada akhirnya manusia masa depan adalah produk budaya disekitarnya.
Kairo,27 Oktober 2010,masih menggelengkan kepala
Setelah segala tugas rumah selesai,badan sudah harum wangi,breakfast sudah disantap,saya pun melangkahkan kaki keluar rumah menuju mahattah musallas.Baru saja pintu rumah tertutup,hawa dingin yang dihembuskan angin pun langsung menyerang tubuh yang Cuma berbalut sehelai jaket tipis.Sempat terpikir untuk kembali masuk ke rumah,menghangatkan diri dengan balutan selimut tebal dan secangkir susu panas,namun niat ini segera saya buang jauh-jauh.
Kaki saya pun mulai melangkah,menyusuri tepian jalan yang menghubungkan antara daerah musallas dan saqr quraisy.Sepintas saya lirik jam digital di Hape saya.Pukul 8 kurang 10 menit.Biasanya sekitar jam 8 ini ada bis 65 kuning jurusan Zahra’ Nasr City menuju sayyedah Aisyah yang akan melewati daerah darrasah,tak begitu jauh dari tempat dimana Universitas Al-Azhar berdiri dengan megahnya.
Prediksi saya tak meleset,baru saja saya berdiri di dekat toko buah di simpang Musallas,bis 65 kuning pun kelihatan dari arah berlawanan.Langsung saja saya berlari melintasi lalu lintas jalan yang lumayan padat,bahkan hampir saja saya ditabrak oleh sebuah mobil sedan hitam merk speranza.Bis 65 pun ternyata tidak berhenti,terpaksa saya berlari-lari mengejarnya.Dan alhamdulillah kaki ini pun akhirnya berhasil mencapai tangga terbawah bis 65 legendaris itu.
***
Pukul 9 kurang 5 menit,bis 65 pun menurunkan saya di depan simpang darasah menuju ke Kampus al Azhar.Di sebelah kanan simpang tersebut,dengan megahnya berdiri Gedung Masyikhatul Azhar,tempat dimana para cendikiawan dan Syaikhul Azhar berkantor.Juga tempat dimana para mahasiswa yang kekurangan biaya kuliah mengajukan surat permintaaan beasiswanya ke lembaga Azhar.
Saya pun langsung menuju ke kuliah.Menemui petugas administrasi kampus yang sampai saat ini belum saya ketahui namanya.Sayang,ternyata antrian panjang pun terlihat disana.Sebuah konsekuensi yang harus saya terima jika datang agak kesiangan saja.Saya pun akhirnya bergabung ke dalam antrian tersebut.
Satu jam kemudian,akhirnya giliran saya pun tiba.”Ana aiz istimaroh liddafa’ el rusum “ (saya minta berkas untuk membayar rusum kuliah)“ pinta saya kepada sang petugas.Cuek,sang petugas pun terus sibuk menulis dan menanda tangani beberapa berkas yang kelihatannya seperti tasdik kuliah.Saya pun seakan-akan dianggap tidak ada.Namun kebiasaan ini sudah saya maklumi.Selagi dia sibuk dengan kerjaannya,saya pun membaca beberapa baris diktat kuliah yang kebetulan juga saya baca saat antrian tadi.
Beberapa menit kemudian,barulah sang petugas menegur saya “ andonesy,inta awiz eih ? ” (hoy orang indonesia,kamu mau apa ?) tanya sang petugas. “Ana aiz istimaroh liddafa’ el rusum “ (saya minta berkas untuk membayar rusum kuliah) jawab saya.Tanpa banyak bicara,sang petugas langsung mengambil beberapa berkas yang akan digunakan untuk pengurusan rusum (administrasi kuliah) serta pengurusan kartu mahasiswa.Setelah itu berkas tersebut disodorkan kepada saya,sambil berkata “bayar rusum ini dulu,habis itu bawa foto kopian paspor kamu dua lembar,tarikh wusul dua lembar,visa dua lembar dan foto kamu 4 buah”.Setelah mengambil berkas tersebut,saya pun keluar dari ruangannya.
Begitu keluar ruangan,saya pun langsung berinisiatif untuk membayar rusum tersebut.Ruangan untuk pembayaran tersebut terletak di lantai pertama gedung kampus fakultas Syari’ah ini.Ditengah perjalanan saya melihat salah seorang kakak tingkat yang juga lagi antri di bagian administrasi tingkat empat.Saya pun menyapa beliau dan bercakap-cakap sebentar.Tiba-tiba tanpa disangka,salah seorang mahasiswa asal rusia yang juga lagi antri dengan nada yang nyolot membentak saya “hey kamu mau ngapaian ? antri disini ! “ ujarnya dengan nada tinggi.Saya pun membalas dengan tenang “ sebentar,saya mau ngobrol sama kakak saya” jawab saya.”Sebentar,sebentar apanya,kalau mau ngurus antri disini” si rusia berkata lagi namun dengan oktaf nada yang lebih tinggi.” Ya sebentar,saya Cuma mau ngobrol” jawab saya juga dengan nada yang masih tenang.
Namun seakan tidak terima dengan jawaban saya,mahasiswa rusia tersebut sambil membelalakkan matanya berkata dengan nada tinggi “ Hoy kamu paham gak ?,kalau mau ngurus antri di belakang,jang sebentar sebentar aja jawabnya”.Saya pun tiba-tiba jadi kesal “ini yang ga paham dia atau saya sih” ujar saya dalam hati.Saya pun akhirnya pamit pada kakak tersebut ,lalu kemudian berkata pada si rusia “ hey kamu bisa ngomong lembut ga,jangan membentak,saya tahu kamu lagi antri,saya juga ga mau mengambil hak kamu dengan cara menyerobot,namun gaya bicara kamu seolah-olah saya bukan muslim saja.” Ujar saya dengan nada yang agak tinggi.Saya pun akhirnya berlalu,meninggalkan si rusia dan beberapa mahasiswa lain yang masih antri melihat saya dengan wajah bingung.
***
Beberapa saat kemudian,saya telah berdiri lagi di bis 80 coret.Bis yang akan mengantarkan saya menuju kawasan hay asyir,tempat dimana mahasiswa asal asia tenggara banyak bermukim.Ceritanya tadi Setelah menyelesaikan pembayaran rusum,tiba-tiba kepala saya pusing,dan akhirnya saya langsung berinisiatif untuk pulang.
Sambil berdiri tenang di bis 80 coret,saya pun berusaha untuk mengulang beberapa hapalan alquran saya.Berjibunnya manusia yang turun naik bis tersebut pun tidak saya acuhkan.Sampai ketika bis memasuki kawasan hay sadis,salah seorang bocah berusia sekitar 9 tahun menaiki bis tersebut dan berdiri disamping saya.Tidak ada yang aneh mulanya dari bocah tersebut.Namun kemudian saya menyadari ada yang aneh di tangan bocah itu.
Ditangan bocah tersebut,tergambar beberapa gambar hati yang tertusuk panah,gambar petir,beberapa coretan tulisan serta (maaf) gambar genggaman tangan namun dengan jari tengah mengacung.Semuanya digambar dengan tinta pena.Saya sendiri mulanya geli dengan tingkah bocah tiu.Sesaat saya teringat saat dulu,beberapa tatto non permanen yang sering jadi bonus makanan ringan sering saya tempelkan di tangan saya.
Namun akhirnya saya menyadari,bahwa ada perubahan besar disini.Kalau dulu tatto yang saya tempelkan hanya lah sekedar “pemanfaatan” bonus makanan ringan,namun yang ditangan bocah tersebut seakan inisiatif sendiri.Ada semacam kebanggaan untuk mencoret tangan dengan beberapa gambar yang jadi simbol tertentu itu.Dan seakan baru sadar,saya pun melihat cara berpakaian si bocah yang terkesan “agak Preman” dari lipatan baju di bahu tanganya,serta dari aksesoris yang dipakainya.
Saya bertanya-tanya kenapa ? namun jawaban yang akhirnya coba saya munculkan hanyalah “Ini akibat perubahan zaman”.Yah propaganda non pendidikan di sekeliling bocah itu,mungkin saja salah satu sebab kenapa dia berpakaian seperti itu.Disekelilingnya,ia begitu sering melihat premanisme yang seakan jadi tren.Di sekelilingnya,ia melihat beberapa tingkah manusia yang mulai ia tiru.Pendidikan disekolahnya pun tak ada arti ketika di luar sekolah ,orang tuanya tidak sempat memperhatikan apa yang ia kerjakan dan dengan siapa ia bergaul.
Pada akhirnya manusia masa depan adalah produk budaya disekitarnya.
Kairo,27 Oktober 2010,masih menggelengkan kepala