Terima kasih untuk tidak mubazir
12:32 PM
Tadi malam ,tiba-tiba salah seorang sahabat saya menanyakan kesiapan saya untuk menjadi bagian dari kepanitiaan walimahan salah seorang masisir asal Provinsi Riau.Sudah menjadi kebiasaan para mahasiswa di rantau ini,bekerja sama dan saling membantu dalam setiap kegiatan dan permasalahan yang terjadi,termasuk untuk menjadi kepanitiaan di berbagai kegiatan yang sifatnya pribadi.namun dengan berat hati (meskipun saya menyampaikannya dengan wajah tersenyum) saya terpaksa menolak tawaran ini.Karena dalam beberapa hari kedepan ada beberapa kesibukan yang mesti saya lakoni.
Berbicara tentang walimahan atau dalam bahasa kampung saya “Baralek” tiba-tiba saja saya teringat suatu masa dimana salah seorang paman saya yang menjadi pelakunya.Yah sekitar 10 tahun silam,dengan resmi salah seorang paman saya melepas status lajangnya dengan seorang wanita shalehah nan cerdas pilihan beliau.Saya sendiri waktu itu masih duduk dibangku sekolah dasar.
Acara walimahannya pun berlangsung sederhana namun khidmat.Tak tampak kesedihan di wajah para tamu ataupun keluarga kedua belah pihak.Kalaupun ada air mata yang menetes,saya yakin itu adalah air mata bahagia para ayah yang berhasil menyandingkan putrinya dengan laki-laki yang gagah dan berwibawa.Tangisan itu bisa jadi tangisan sang ibu yang bahagia karena tugas memelihara anaknya telah ia serahkan kepada seorang laki-laki yang tampak amanah dan tanggung jawab.
Acara walimahan memang acara kebersamaan.Itulah mungkin salah satu hikmah kenapa Rasulullah Saw menganjurkan para umatnya untuk menyelenggarakannya.Momen ini pun bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kembali menyambung silaturahmi antar sesama keluarga yang selama ini jarang bersua.Acara walimahan ini pun bisa disulap menjadi ajang reunian dengan teman-teman seangkatan di Kuliah ataupun dengan teman-teman sekolah,dengan konsumsi gratis tentunya.Oh ya ,bagi mereka (termasuk saya tentunya) yang jarang menikmati makanan yang beragam,walimahan ini bisa menjadi wisata kuliner sekaligus perbaikan gizi tentunya.
Benarkah tidak ada yang merasa sedih dengan prosesi walimahan ? mungkin saja ada.Bisa saja para laki-laki yang kecewa karena wanita impiannya telah dipersunting laki-laki lain yang bukan dirinya.Bisa pula para wanita yang terpaksa menahan tangis lantaran melihat laki-laki pujaannya bersanding mesra di pelaminan dengan wanita lain yang juga bukan dirinya.Yah kemungkinan ini memang tidak bisa kita kesampingkan.
Namun pada akhirnya saya menemukan orang yang benar-benar sedih dalam acara walimahan ini.Sebut saja namanya tek minah.Kebetulan beliau waktu itu diamanahi untuk mencuci piring bekas makan para tamu di dapur belakang rumah.Iseng-iseng saya kesana untuk mengganggu beliau (maklum saya masih kecil waktu itu).Air yang dipersiapkan untuk membasuh piring pun saya percikkan ke badan beliau.Awalnya beliau tersenyum melihat tingkah saya,lalu Tiba-tiba saja mata beliau memerah dan tak lama kemudian satu persatu buliran air matanya pun jatuh membasahi celemek kotor di dadanya.
Waktu itu saya pun jadi salah tingkah.Saya pun menangis dan meminta maaf kepada beliau.Namun air mata beliau pun tak kunjung berhenti.Sambil terus mencuci piring terlihat matanya sayu memandangi sisa-sisa makanan yang tak habis dimakan undangan untuk dipisahkan ke kantong yang sudah dipersiapkan.Guratan kesedihan yang terukir di wajah beliau pun tak kunjung hilang.Saya sendiri pun akhirnya memilih kabur agar tak dimarahi ibu saya.
Hari ini,akhirnya saya menyadari kenapa tek minah begitu sedihnya waktu itu.Air mata itu menyiratkan kesedihan lantaran melihat nasi dan sisa lauk yang tak habis disantap undangan.Sedih lantaran makanan sisa itu harus dimasukkan ke kantong dan akan berakhir di tempat sampah,sementara anak-anaknya dirumah sering harus menahan lapar karena jarang mendapatkan makanan.Mungkin juga hal yang sama dirasakan oleh para pemulung yang senantiasa “bekerja” di tempat pembuangan sampah itu.Sedih melihat begitu banyaknya tumpukan makanan sisa sedangkan mereka setiap malam harus menahan lapar hingga terlelap.
Andai saja para tamu undangan tidak mengambil makanan melebihi kesanggupan mereka,andai saja mereka yang datang dengan stelan pakaian mewah nan gagah itu tidak mengambil makanan melebihi kemampuan mereka dan andai saja mereka yang datang dengan langkah jumawa itu tidak mengikuti nafsu mereka untuk merasakan seluruh makanan yang tersedia,mungkin saja ada kelebihan makanan yang layak yang bisa disalurkan untuk anak yatim dan orang miskin disekitar.Andai mereka tahu betapa buruknya sikap berlebih-lebihan ,bisa jadi makanan tersebut yang tersisa masih bisa kita hadiahkan buat mereka yang untuk makan sehari pun sangat susah.Dan andai saja mereka menyadari betapa buruknya sikap mubazir,tentu makanan yang tersisa itu bisa pula dinikmati oleh mereka yang saban harinya mesti mengencangkan ikat pinggang lantaran lebih sering merasakan kelaparan ketimbang kenyang.
Suatu saat ketika saya yang menjadi “aktor” dalam prosesi walimahan,saya ingin menyarankan sesuatu buat para tamu undangan saya.Bukan hanya sekedar tulisan “Mohon doa restu”,bukan pula sekedar basa-basi “Selamat menyantap hidangan”,saya ingin juga tambahkan kalimat “Terima kasih untuk tidak mubazir”.Bagaimana kira-kira ?
0 komentar