Ini Mawqif saya terhadap konflik Mesir
7:49 PM
Jika
terjadi konflik antara dua golongan (yang kedua pengikutnya masih Islam) yang
membawa kepada fitnah yang begitu besar hingga membuat ruwet fikiran, tumpang
tindihnya pemahaman serta samar-samarnya antara yang Haq dan yang bathil, lalu
seorang muslim tidak mampu menilai mana golongan yang Haq dan yang Bathil, maka
dalam kondisi ini, seorang muslim harus menjauhkan diri agar jangan sampai
jatuh ke dalam fitnah tersebut.
Kondisi
tersebut selama ia tidak mampu untuk meng-islah/damai-kan kedua golongan.
Seorang muslim harus menahan dan menjauhkan diri dari hal tersebut sampai Allah
sendiri yang akan menuntaskan konflik tersebut dengan cara-cara yang Allah
kehendaki. Hal ini sejalan dengan tuntunan nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam : "Sesungguhnya kebahagianlah bagi yang menjauhi fitnah.
Kebahagiaanlah bagi orang yang menjauhi fitnah. Sungguh benar-benar
kebahagiaanlah bagi orang yang menjauhi fitnah". Lihat bagaimana
Rasulullah mengulangi perkataan ini sampai tiga kali, membuktikan betapa
pentingnya masalah ini.
Dalam
riwayat lain disebutkan
إِنَّ
السَّعِيْدَ لِمَنْ جَنَّبَ الْفِتَنَ –ثَلاَثًا- وَلِمَنْ ابتُلِيَ فَصَبَرَ
فَوَاهًا
'Sesungguhnya
keberuntungan bagi orang yang menjauhi fitnah –(beliau mengucapkannya) tiga
kali-, dan bagi orang yang mendapat cobaan, maka ia bersikap sabar, alangkah
indahnya sabar terhadap bala.'
Namun
jika konflik tersebut terjadi antara dua golongan atau lebih, lalu konflik
tersebut menghasilkan fitnah luar biasa serta kerusakan yang nyata, lalu
setelah diteliti secara mendalam dengan penuh keyakinan dan bukti yang nyata
bahwa ada salah satu golongan yang Haq dan yang lain adalah Bathil, maka wajib membela
golongan yang benar dengan segala kekuatan yang ada.
[ Diambil dari kitab " موقف المسلم من الفتن في ضوء الكتاب والسنة النبوية " karangan Alm.Syekh Muhammad Thanthawi - Mantan Grand Syekh Al-Azhar ]
***
Dalam
hal ini, saya memilih golongan yang diam serta menjauhkan diri karena beberapa
alasan :
Pertama,
saya sama sekali tidak mengetahui -dengan keyakinan yang Haq dan Jazm- apa yang
sebenarnya terjadi di Mesir, apalagi sampai memvonis siapa yang bertanggung
jawab. Hal ini karena informasi yang saya dapatkan hanyalah dari Media - kedua
belah pihak yang bertikai - namun keduanya sama-sama saya temukan pernah
berbohong demi pendapatnya sehingga saya pun akhirnya tidak mempercayai
sumber-sumber berita dari keduanya kecuali yang bersifat fakta atau pernyataan
resmi pihak yang berwenang.
Kedua,
dalam hal ini saya mengambil Sikap
Ibn 'Umar pada zaman fitnah ketika itu (saat terjadi pertikaian antara sesama
muslim) :
Ibn 'Umar radhiallahu 'anhu ketika menjelaskan tentang pengasingan dirinya, berkata :
"Sesungguhnya perumpamaan diri kami ketika fitnah itu terjadi adalah seperti satu kaum yang beralan di jalur yang mereka ketahui. Tiba-tiba, awan dan kegelapan menyelimuti mereka, sehingga menjadikan sebahagiannya berjalan ke kanan dan sebahagian lagi ke kiri, akibatnya mereka menelusuri jalan yang salah. Sementara itu, kami memilih untuk menetap di sana sampai Allah singkap kegelapan tadi dan kami melihat kembali jalan pertama yang memang kami ketahui; setelah itu, barulah kami melanjutkan perjalanan.
Mereka adalah pemuda Quraisy yang saling membunuh untuk mendapatkan dunia dan kekuasaan. Demi Allah aku tidak peduli jika aku tidak memiliki sesuatu yang menyebabkan mereka saling membunuh, meskipun hanya (karena sesuatu yang remeh seperti) kedua sandal ini."
Ketiga,
Satu-satunya yang saya yakini dalam konflik di Mesir ini adalah adanya korban
jiwa dari orang Muslim (dari golongan apapun itu). Maka saya mengutuk pelaku
yang telah menumpahkan darah dan jiwa Muslim (tanpa saya ta'yin/tuduh/jelaskan
siapa atau pihak mana yang melakukannya karena ketidak tahuan saya dan ketidak
percayaan saya pada pendapat media). Semoga Allah segera menghancurkan perlakuan
zalim kamu wahai pembunuh.
Rasulullah
bersabda :
لَزَوَالُ
الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ.
Sungguh,
hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang
muslim.
(H.R.An-Nasa'i)
Terakhir,
Nasehat saya kepada kaum muslim agar berhati-hati untuk melakukan tuduhan yang
tidak kita ketahui dengan pengetahuan yang yakin. Apalagi sampai memberikan cap
kepada yang masih muslim dengan kalimat “Kafir / Non Muslim”. Ingat Hadits Nabi
bahwa tuduhan kafir dapat kembali kepada si penuduh. Jangan sampai ujian dan cobaan yang diberikan Allah ini malah membuat kita melakukan dosa lagi. Itu namanya kita rugi dua kali. Bukankah ujian adalah ajang pendekatan diri kita pada Allah ? mana mungkin kita akan dekat padaNya kalau kita malah berbuat dosa ketika diujiNya ?
Allahumma Bi barakati
hadza asy-Syahr Ya Allah ihfazh misra wa ahlaha.
Allahumma
man arada bi misra wa ahlaha su'an faj'al kaidahu fi nahrih, waj'al tadbirahum
tadmira.
Allahummahfadz
Misra min kulli suu'.
0 komentar