Jangan dibiarkan
8:26 PM
Saya cukup kaget ketika nonton video ini. Bukan karena ada bocah indonesia yang merokok, bukan... jelas bukan. Kenapa ? karena mata saya sejak kecil sudah terbiasa melihat anak kecil merokok di negeri ini. Bahkan saya sendiri sudah mulai merokok sejak kelas 2 SD dan alhamdulillah sejak 3 tahun lalu sudah berhenti.
Saya kaget melihat kota New york yang rapi dan tanpa Rokok. Entah kenapa, dalam bayangan saya, setiap kota besar pasti tidak akan luput dari yang namanya perokok. Logika bodoh saya, kalau yang miskin saja perokok, lalu apalagi halangan buat orang yang kaya ?. Namun melihat video diatas saya cukup kagum dengan kota tersebut dan tentunya kerjak keras walikota.
Saya lalu mencari info tentang apa saja yang telah dilakukan oleh pemilik kebijakan di kota itu hingga kriminalitas berkurang, negeri tertib dan rokok sampai menjadi tabu dan aib. Ternyata semua perubahan itu belum terlalu lama terjadi. Sebelum tahun 90-an, New york adalah kota yang mengerikan. Penuh kejahatan. Kota ini benar-benar menyeramkan. Bayangkan, lebih dari 2000 kasus pembunuhan dan 600.000-an kasus kejahatan serius mengancam warga kota itu setiap tahunnya. Sulit bagi anda melengggang di jalanan New York atau di kereta bawah tanah (subway) tanpa rasa khawatir akan keselamatan anda. Karena ancaman itu mengintai dari delapan penjuru mata angin.
Melihat fakta itu, walikota New York, Rudi Giuillani berkeinginan untuk melakukan perobahan besar untuk kota ini. Apa yang dilakukan sang Walikota?
Pertama-tama dia bersama timnya memilih untuk melakukan penertiban terhadap graffiti (corat-coret) di kereta bawah tanah. Mereka menghapus setiap graffiti yang ada. Setiap muncul satu graffiti, esoknya mereka akan langsung menghapusnya. Begitu seterusnya. Kucing-kucingan tapi konsisten.
“Lho kok ngurusin soal coretan tangan iseng anak-anak ABG? Di bawah tanah pula? Apa ngga ada pekerjaan rumah maha besar dan lebih strategis yang lain?”, demikian kritikan datang bertubi-tubi.
Jangan lupa, subway bagi kota New York adalah urat nadi kehidupan kota. Dia seperti ruas tol Tangerang+ Cikampek+Jagorawi +jalur arteri di pinggiran Jakarta, yang setiap pagi menyuplai berjuta-juta orang pinggiran untuk berkelahi dengan nasib di Ibu Kota tercinta. Fungsinya demikian vital.
Menghapus coretan-coretan itu adalah seperti mengirim pesan kepada para penjahat-penjahat pemula itu bahwa tindakan mereka tidak akan dibiarkan. “Jangan pernah berfikir untuk melakukan yang lebih besar dari ini, karena kalian tidak akan dibiarkan”, itulah pesan tak tertulisnya.
Berikutnya, para begundal yang tidak pernah membeli karcis juga ditertibkan. Pada masa itu, setiap harinya ratusan ribu orang naik subway dengan tidak membeli karcis. Dengan melakukan penertiban ini, secara konsisten mereka menemukan benih-benih kejahatan besar. Setiap harinya mereka menemukan “hadiah” berupa pisau, pistol, narkoba, uang palsu di bawa oleh manusia-manusia yang tidak membeli karcis ini.
Ketika kejahatan di kereta bawah tanah mulai menurun. Mereka melakukan hal yang sama di jalanan. Mereka menangkapi orang-orang yang buang air kecil sembarangan, ABG-ABG yang mengelap kaca mobil terus meminta imbalan dengan paksa dan yang mabuk-mabuk di pinggir jalan. Hal-hal kecil semacam itu.
Mereka percaya kejahatan kecil itu akan menjadi pintu masuk bagi kejahatan besar. Disitulah mereka memulai. Dan mereka berhasil. Sejak itu, New York menjadi kota yang lebih bersahabat .
***
Baru-baru ini saya mendengar salah satu teori dalam dunia kriminologi. Teori itu bernama Teori Broken Windwos (Jendela Pecah). Salah satu teori kriminologi lawas ini mengatakan bahwa kejahatan bisa terjadi dan menyebar parah oleh karena adanya pembiaran. Sebuah Rumah yang kacanya pecah, bisa jadi mengundang kriminalitas karena orang beranggapan bahwa rumah tersebut tidak terurus atau bahkan tidak berpenghuni. Orang yang melihat pun akan merasa "terundang" untuk melihat kondisi dalamnya. Lambat laun orang akan merasa bebas untuk keluar masuk rumah tersebut bahkan kalau rumah tersebut ada pemilik dan lengkap isi perabotannya. Dan akhirnya pencurian terhadap isi rumah itu pun bisa terjadi.
Teori ini katanya dipercaya oleh Sang Walikota New York untuk melakukan perubahan di kotanya. Baginya, membiarkan sebuah kenakalan dan kejahatan berlangsung tanpa kontrol akan menjadi akar dari kejahatan yang lebih besar. Oleh karena itu ia pun tidak mentoleransi kejahatan kecil yang terjadi disana. Semua potensi negatif harus diredam sejak dini, diganti dengan potensi-potensi positif. Jangan dibiarkan. Bahkan jangan sampai hanya menjadi wacana untuk dirubah.
Inilah masalah yang sering kita temukan di sekitar kita. Bahkan minangkabau yang dulu sangat kuat norma adat dan Islamnya, hari ini tidak jauh beda dengan prilaku orang yang di negerinya tidak ada jargon "Adat basandi Syara', Syara' basandi kitabullah". Kita sedikit demi sedikit telah kehilangan identitas karena semuanya dibiarkan terjadi tanpa kontrol. Semuanya dibiarkan hingga tanpa sadar terjadi perubahan besar di kampung kita.
Untuk itu, kalau kita ingin melakukan perubahan besar, mulailah merubah hal-hal yang sederhana sejak dini. Jangan ditunda-tunda lagi serta jangan dibiarkan. Jangan pernah bermimpi untuk melakukan perubahan-perubahan besar dalam hidup, sementara pada saat yang sama kita membiarkan kesempatan kecil lewat oleh karena dibiarkan tidak di tindaklanjuti, atau ditindaklanjuti dengan cara yang lamban. Sekarang atau tidak sama sekali.
Dan percayalah, perbuatan negatif yang sering kita lakukan hari ini, semua berawal dari pembiaran kita terhadap hal-hal negatif yang kecil. Bukankah hari ini laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom berjalan berdua bergandengan di tempat umum tidak lagi dianggap tabu ? Kalau ini dibiarkan, bisa jadi zina di depan publik pun bukan lagi hal yang aneh. Selalu redam potensi negatif sejak dini.
0 komentar