Tarbiyah dan MTI Canduang
10:23 AMSyekh Sulaiman Ar-Rasuli |
Maka jangan heran kalau beberapa daerah di Minang, sampai hari ini hanya mengenal Tarbiyah sebagai ajaran Kaum tua (dengan ciri khas mirip NU di tanah jawa seperti Qunutan, tarawih 20 rakaat, memakai sayyidina dalam sholawat, wiridan dan lain-lain). Pergilah ke daerah pondok saya di Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, disana orang tidak mengenal anak tarbiyah selain yang nyantri di pondok tersebut. Bahkan Mesjid pesantren saya pun bernama mesjid Tarbiyah.
Kalau mau ditelusuri lebih lanjut, Istilah Tarbiyah adalah istilah yang digunakan oleh sufi untuk mendidik para salik/murid yang dibina untuk lebih dekat kepada Allah. Dan kenapa Maulana Syekh Sulaiman Ar-Rasuli menggunakan Istilah ini menurut saya tak lepas dari peran beliau sebagai seorang sufi. Beliau dikenal sebagai salah seorang khalifah tarekat Naqsyabandiyah. Nah, disinilah letak titik temunya dengan tarbiyah ala Ikhwanul Muslimin. Imam Hasan Al-Banna sendiri dari apa yang saya baca dan saya ketahui di Mesir adalah seorang Sufi. Ayah beliau bahkan (katanya) dikenal sebagai Mursyid Tarekat Syadzuliyyah. Sama-sama terinspirasi dari Sufi lalu menuju gerakan sosial nyata dalam bentuk organisasi.
Tarbiyah ini, murni adalah sistem lillahi ta'ala. Makanya ketika PERTI bersinggungan dengan politik di era awal kemerdekaan indonesia, Maulana Syekh Sulaiman Ar-Rasuli melihat ada ketidak cocokan hal ini dengan konsep perjuangan PERTI sebagai ormas, beliau pun lalu menyerukan untuk kembali ke khittah awal perjuangan. Beliau melepas sayap politik PERTI dan kembali membina kader-kader Tarbiyah lewat Madrasah Tarbiyah Islamiyah di berbagai tempat, tentu saja yang tertua adalah Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang di Kab.Agam, Sumatera Barat. Para murid dididik dengan sistem didikan ala madrasah di Timur tengah dan di-tarbiyah-i ala sistem tarekat Naqsyabandiyah. Hasilnya luar biasa, alumni-alumni tahun 60-90an menjadi tokoh-tokoh besar di bangsa Ini.
Tarbiyah adalah istilah suci yang fungsinya adalah melatih diri demi dekat kepada Allah serta membersihkan diri dari penyakit hati dan diri. Sayangnya, belakangan istilah ini malah ter-reduksi menjadi istilah organisasi akses politik, sehingga nilai tarbiyahnya terkesan politis. DI kala senggang memang diisi dengan pengajian dan tarbiyah diri dengan metode yang "disesuaikan" namun saat masa-masa politik, tak jarang panggung tarbiyah menjadi arena kampanya dan doktrin politik. Dan yang lebih lucu adalah saat yang mengaku tarbiyah namun ternyata anti sufi. Seolah-olah ada pengingkaran sejarah disana.
Ala kulli hal, menjadi catatan besar bagi Kader Tarbiyah Islamiyah untuk mengevaluasi diri kembali. Sejauh mana titah Inyiak Canduang telah terealisasi saat ini. Pesan terakhir beliau "Teruskan membina Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini sesuai dengan pelajaran yang ku berikan" harus dievaluasi lagi dalam penerapannya di setiap MTI. Kita tidak boleh menutup mata bahwa saat ini memang ada indikasi kita meng-khianati pesan tersebut secara perlahan-lahan. Kasus mulai tidak imbangnya antara pelajaran Ilmu Syar'i dengan Ilmu Ilmi/Sains adalah satu indikator nyata. Ini harus segera dicarikan solusinya.
Toh kita tidak mau pula digelari anak TARBIYAH tanpa TARBIYAH bukan ?
0 komentar