Beberapa Kesalahan dalam Berlogika yang sering kita temukan (Bagian 3)

7:51 AM

21.Comparative Logic Error

Kesalahan berlogika karena salah menggunakan basis perbandingan.

Contoh:
Ada yang mengatakan lulusan UI lebih berkualitas daripada lulusan UGM.Misalanya, Si A lulusan UI,matakuliah X mendapat nilai 90, sedangkan Si-B lulusan UGM di mana matakuliah X mendapat nilai 80. Orang menilai Si A lebih pandai daripada Si B. Padahal, materi kuliah Si A cuma 100 halaman, sedangkan materi kuliah Si B 300 halaman. Seharusnya, membandingkan sesuatu harus berdasarkan basis yang sama.

22.Survei Logic Error

Kesalahan berlogika karena hasil survei dianggap 100 persen benar.

Contoh:
Hasil survei politik menunjukkan bahwa capres A adalah yang paling populer. Maka para pemilihpun terpengaruh. Diapun akhirnya memilih Si A. Padahal, kriteria capres berkualitas tidak cukup dari faktor popularitas saja, melainkan juga faktor kepemimpinan (leadership), prestasi yang pernah dilakukan, moralitas, dll.

23.Personal Logic Error

Kesalahan berlogika karena belum mengenal pribadi seseorang.

Contoh:
Dalam kehidupan sering kita temukan orang menilai tanpa mengenal orang yang bersangkutan. Misalnya, Si A menilai Si B itu sombong, pelit, sok pintar, dll. Padahal, kenal saja belum.

24.Factor Logic Error

Kesalahan berlogika karena tidak memperhatikan faktor yang lain.

Contoh:
Ketika harga BBM naik, maka tarif transportasi umum juga naik. Ketika harga BBM turun maka pemerintah memerintahkan tarif transportasi umum juga turun. Artinya, pemerintah hanya melihat naik turunnya tarif transportasi umum hanya dari harga BBM saja. Padahal ketika harga BBM naik, harga suku cadang, sembako dan setoran naik. Ketika harga BBM turun, harga suku cadangan, sembako dan setoran tidak turun

25.Appeal Logic Error

Kesalahan berlogika karena menganggap sebuah imbauan bisa menyelesaikan masalah.

Contoh:
Pemerintah mengimbau agar masyarakat Indonesia menggunakan produk dalam negeri supaya perusahan-perusahaan dalam negeri tidak merugi atau bangkrut. Padahal persoalannya tidak cukup di situ. Kalau produk dalam negeri berkualitas tinggi dengan harga lebih dibandingkan produk sejenis yang diimpor, otomatis masyarakat akan memilih produk dalam negeri.

26.Popular Logic Error

Kesalahan berlogika karena beranggapan orang yang populer itu orang yang mampu.

Contoh:
Beberapa lembaga survei politik mengumumkan hasil survei bahwa capres Si “A” adalah yang paling populer. Lantas, calon pemilih beranggapan bahwa Si “A” pasti mampu mengelola bangsa dan negara. Padahal, ukuran mampu atau tidak, tidak terletak kepada populer atau tidak populernya seseorang, tetapi terletak pada prestasi-prestasi yang pernah dimiliki capres tersebut.

27.Accurate Logic Error

Kesalahan berlogika karena tidak teliti membaca sebuah kalimat.

Contoh:
Si A pernah menulis di koran. Dia mengusulkan agar tujuh kata perlu dituliskan di belakang kata “Ketuhanan yang Mahasa Esa” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban Melaksanakan Syariat Agama bagi Para Pemeluknya”. Lantas Si B mengatakan bahwa Indonesia bukanlah Negara Islam. Si B tidak teliti membaca kalimat, sebab di dalam tujuh kata yang diusulkan, tidak ada kata Islam. Yang ada adalah kata Agama.

28.Similar Logic Error

Kesalahan berlogika karena menganggap semuanya sama.

Contoh:
Si A memesan teralis untuk lima jendelanya yang ukurannya kelihatannya sama. Tukang las datang dan hanya mengukur satu jendela saja. Setelah selesai, ternyata empat teralis lainnya tidak bisa dipasang karena terlalu besar atau terlalu kecil, terlalu panjang atau terlalu pendek. Ini akibat tukang las menganggap semua jendela ukurannya sama persis.

29.Symbolic Logic Error

Kesalahan berlogika karena ingin dihargai orang lain karena memakai gelar.

Contoh:
Banyak orang Indonesia memakai gelar sarjana atau gelar haji dengan harapan ingin dihargai orang lain (sebagai status sosial). Padahal, kalau ingin dihargai orang lain syaratnya yaitu bertingkah laku dan bermoral baik.

30.Analogy Logic Error

Kesalahan berlogika karena salah menggunakan analogi atau perbandingan.

Contoh:
Si A berpendapat bahwa semua umat beragama di dunia ini sebenarnya menyembah batu. Buddha menyembah patung Buddha Gautama, Kristen menyembah patung Yesus, Shinto menyembah matahari dan Islam menyembah batu yang ada di dalam Kaabah. Tentu itu merupakan analogi yang salah. Apa yang dilakukan oleh agama Buddha, Kristen dan Shinto adalah sebuah simbolis saja dan dibalik simbol itu ada Yang Maha Kuasa. Sedangkan umat Islam shalat menghadap kiblat/Kaabah bukan menyembah batu, tetapi merupakan simbol persatuan, kesatuan dan satu tujuan yang sama, yaitu menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images