Cantik itu Hati dan Akal
9:10 AM
Suatu hari, diadakanlah sebuah jamuan
besar di rumah saudagar kaya di kota Bashrah yang bernama Muslim bin Umran.
Jamuan itu dihadiri pembesar & pegawai tinggi kerajaan termasuk Ahmad bin
Aiman, sekretaris Ibn Thulun (dari Dinasti Thuluniyah di Mesir). Di antara tamu
yang turut hadir di dalam jamuan itu adalah 2 putera Muslim bin Umran, yang
tampan rupanya, halus budi bahasanya serta cerdas akalnya.
Semua hadirin terkagum-kagum pada
keelokan sifat anak-anak itu. Ahmad bin Aiman pun tertegun melihat rupa paras
kedua putera Muslim bin Umran. "Subhanallah, aku belum pernah
melihat boneka seindah dua anak ini. Seakan-akan malaikat yang memberinya
pakaian. Pastilah ibu kedua anak ini secantik bidadari."
Muslim bin Umran membalas, "Saudaraku,
doakanlah perlindungan untuk anak-anak ini. Usahlah mengagumi mereka begitu saja”.
Muslim bin Umran pun mengharapkan segala kebaikan yang dikaruniakan Allah
kepada kedua anaknya, agar senantiasa berkah selama-lamanya.
Ahmad bin Aiman menghampiri kedua anak
itu sambil mengusap-usap kepala mereka serta mendoakannya. Ia berkata pada
Muslim bin Umran "Engkau memang pandai memilih isteri. Lihatlah betapa
halusnya budi pekerti mereka. Pastilah ibunya seorang puteri yang membawa didikan
dari istana."
Muslim bin Umran pun menjawab “Engkau
salah kira wahai saudara. Isteriku bukan begitu. Wajahnya jelek & cacat
pula".
Berubah air muka Ahmad bin Aiman
tatkala mendengar kata-kata Muslim bin Umran yang dianggapnya keterlaluan "Engkau
keterlaluan, janganlah engkau menghina isteri sendiri. Tak mungkin ibu yang
jelek rupa akan melahirkan anak yang menawan."
Muslim bin Umran pun mengerti kekeliruan
yang dialami sahabatnya, maka ia pun menceritakan kisah pertemuan serta
pilihannya dengan jodohnya.
***
Muslim bin Umran memulai kisahnya
dengan tenang & perlahan.
"Aku adalah seorang saudagar di
negeri Bashrah. Suatu hari aku berkunjung ke Negeri Balakh (di Khurasan). Disana,
aku bertemu Imam yang terkenal bernama Abu Abdullah al-Balakhi. Aku sangat
tertarik dengan ceramahnya, beliau menguraikan maksud serta makna hadist
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
سوداء ولود
خير من حسناء لا تلد
"Seorang wanita yang hitam lebih
baik daripada wanita yang mandul."
Hitam yang dimaksudkan disini bukanlah
sekedar warna kulitnya, namun juga mencakup segala kondisi yang tidak akan
menarik pandangan laki-laki. Hadist itu diungkapkan bertujuan mengangkat nilai
martabat seorang wanita. Maknanya adalah bahwa wanita dinilai pada kemampuannya
melahirkan keturunan dan mendidik anak-anak dengan sebaiknya.
Al-Balakhi juga menceritakan bahwa
Imam Ahmad bin Hanbal sewaktu menetapkan pinangan untuk saudarinya, memilih laki-laki
yang buta, tetapi cerdas akalnya. Dia menolak yang laki-laki yang tampan
rupanya, tetapi kurang ilmunya serta lemah akalnya. Walaupun pada pandangan orang
umum, kekurangan fisik itu tidak sepadan, namun kesempurnaan di bagian akal akan
melengkapi segalanya. Hati dan akal harus diutamakan dalam memilih jodoh sebab
dua hal ini adalah yang utama, dibandingkan rupa yang tampan atau cantik jelita.
Sembari menceritakan ulang kisah
perjalanan masa mudanya bertemu Al Balakhi, Muslim bin Umran menambahkan ayat,”…Dan
boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak
padanya” (Q.S.An-Nisa’ ayat 19)
Ibn Aiman melompat gembira.“Ini
adalah kata-kata malaikat yang kudengar dari lisanmu, wahai Ibn Umran!”. “Apalagi
jika kau dengar sendiri dari Abdullah Al Balakhi,” jawab Muslim. “Dialah
yang membuatku suka pada yang jelek, cacat dan hitam. Setelah aku melihat
diriku secara jujur , aku menginginkan istri yang berinsan kamil, berakhlaq
mulia. Aku tak peduli apakah ia cantik, manis ataupun jelek dan buruk rupa.
Jika kewanitaan yang dicari itu ada pada setiap wanita, tetapi untuk akal belum
tentu ada pada setiap wanita.”
Selepas penjelasan imam itu,
perasaanku menjadi tenang. Aku mulai menaruh harapan untuk memperoleh isteri
yang benar-benar solehah, walaupun cacat. Lama juga aku merantau dan mencari,
namun tidak juga aku temui calon isteri seperti yang aku inginkan.
Ketika akhirnya aku kembali ke
Bashrah, aku mendapatkan kabar bahwa ada seorang ulama alim yang memiliki anak
gadis yang jadi rebutan. Cukup banyak laki-laki yang meminang, tetapi ditolak
oleh sang Ulama. Aku pun memberanikan diri untuk melamarnya.
Sesampainya dirumah sang Ulama, aku
pun mengutarakan niatku untuk melamar anak gadisnya. Aku berkata “Wahai Syekh,
aku adalah Muslim bin Umran. Aku adalah seorang pedagang dan aku berkeinginan
untuk melamar putrimu”. Sang ulama pun menjawab “Aku sudah tahu siapa dirimu
dan bagaimana kedudukanmu”.
Aku pun bercerita bahwa aku tidak
peduli dengan kualitas fisik, karena yang kucari adalah wanita yang sholehah.
Setelah beberapa saat, akhirnya pinanganku diterima. Namun beliau
memberikan syarat bahwa aku baru boleh melihat wajah Istriku selepas Ijab
Kabul.
Aku pasrah dan menyerahkan segala
ketentuan jodohku pada Allah. Aku yakin Allah menentukan yang terbaik buat diriku.
Dalam hati, aku menyuruh pandangan mataku agar tunduk pada pandangan hatiku dan
memohon kepada Allah supaya aku tenang menerima isteri yang akan membawaku
kepada redha Allah.
***
Setelah selesai ijab kabul dan diadakan
jamuan dalam walimatul ursy, aku pun diizinkan untuk menemui istriku. Saat melihat
wajahnya untuk pertama kali, Aku sangat terkejut. Hampir saja aku pingsan
melihat wajah isteriku yang ternyata jelek dan cacat. Beruntung ketika aku
terus memandangnya, aku terngiang-ngiang nasehat al-Balakhi, "Seorang
wanita yang hitam lebih baik dari wanita cantik yang mandul". Sekarang
kenyataannya, aku berhadapan dengan wanita yang seperti itu.
Isteriku memegang tanganku lalu berkata
“Tuanku, akulah rahasia yang dijaga ayahku demikian ketat. Ia menerimamu sebab
percaya padamu”. "Aku mengerti betapa kecewanya matamu. Begitu juga akan
menyiksa perasaanku, sekiranya kecantikanku yang kamu harapkan. “
Gadis itu mengambil kotak perhiasan.
“Ini adalah hartaku. Allah telah menghalalkan Tuan untuk menikah lagi. Pakailah
harta ini jika Tuan mengiginkan kecantikan. Dan aku, akan senantiasa ta’at dan
menuruti segala kehendakmu”
Aku terdiam sejenak, lalu berkata pada
Istriku dengan lemah lembut "Demi Allah... aku akan jadikan dirimu
sebahagian dari duniaku. Akan kusanjung dan kumuliakan dirimu sepanjang
hayatku, hanya engkau wanita yang mengisi hatiku. Aku akan menutup rapat mataku
dan memalingkan pandanganku daripada wanita lain."
***
Keyakinan Muslim bin Umran kepada
Allah menjadi limpahan rahmat yang sungguh membahagiakan kehidupannya. Isteri
yang jelek rupa pada pandangan mata orang lain ternyata begitu menyejukkan
pandangan mata Muslim bin Umran.
Perjalanan kehidupan mereka membuktikan
bahwa wanita yang ia nikahi itu adalah wanita yang bijak lagi cerdas. Kelebihan
akalnya menjadi bukti kepada kecantikan hakiki. Perlahan-lahan jelek wajahnya
menghilang dan yang terlihat hanyalah keindahan akhlak serta tingkah lakunya
yang sungguh terpelihara. Ia benar-benar menjadi Istri yang sangat dicintai
oleh Muslim bin Umran.
Isteri Muslim bin Umran pun sungguh-sungguh
berdoa mengharapkan lahirnya anak-anak yang soleh yang dapat memikat pandangan.
Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang tidak mensia-siakan pengorbanan
hati suami isteri itu. Mereka dikurniakan dua putera yang cantik rupa paras dan
sopan tingkah lakunya.
Para tamu di jamuan itu ternganga,
terhenyak. Tak menyangka seseorang seperti Muslim bin Umran memiliki istri yang
jauh dari perkiraan mereka! Mereka merasa sangat malu di hadapan Muslim bin
Umran yang memiliki keluhuran budi tak terduga
Ibn Aiman terharu.
Muslim memandangnya tersenyum, ”..lihatlah
kedua anakku yang elok, Saudaraku. Kurnia Allah , mukjizat keimanan.....”
0 komentar