Elegi Hari Jadi

4:09 PM

Kenangan Saat Merayakan ulang tahun ketiga


Alhamdulillah,dari 22 tahun jatah umur yang sudah saya habiskan,saya pernah merasakan nikmat perayaan ulang tahun.Kalau memori saya tidak salah, saya masih sempat menikmatinya beberapa kali , saat ulang tahun saya yang ketiga,keempat dan kelima.Jangan dibayangkan perayaan mewah macam anak-anak pejabat dengan menyewa gedung atau tempat bermain , lalu mengundang hiburan , ada badut yang kocak dan tentu saja, makanan serta minuman yang mewah dan enak.Perayaan ulang tahun saya sederhana sekali, walau kreatifitas orang tua saya berhasil menjadikannya terkesan wah.

Perayaan ulang tahun saya pun berakhir ketika saya memasuki kelas dua SD.Puji Syukur karena sebenarnya saya orang yang paling anti dengan keramaian.Bahkan dalam 3 kali perayaan itu , semua saya isi dengan tangisan hingga orang tua saya sibuk mengurusi saya.Hari ini saya sadar bahwa dulu perayaan tersebut dimaksudkan agar saya punya sedikit kenangan manis saat masih kanak-kanak.Mungkin orang tua saya sudah berfirasat bahwa di masa yang akan datang , saat-saat ulang tahun saya akan sedikit suram.

***

Beranjak remaja , saat tahun pertama sekolah di Pondok Pesantren , hari ulang tahun saya mulai sedikit agak tragis.Saya masih ingat ketika itu persedian uang saya hanya tinggal sepuluh ribu rupiah.Saat itu saya tidak berani meminta uang ke rumah kecuali ayah atau ibu saya sendiri yang mengirimnya.Saat bell sekolah berbunyi pertanda usainya jam pelajaran di sekolah, saya langsung berjalan menuju kawasan pasar di dekat pesantren.Dengan uang sepuluh ribu , saya berhasil membawa pulang beberapa bahan masakan seperti beras , cabe , minyak goreng , tahu , kacang , serta sebungkus lontong untuk mengisi perut saya siang itu.Sisa beberapa ribu, saya belikan minyak tanah untuk kompor.

Pulang dari pasar , saya langsung mengolah bahan-bahan tersebut.Perlu Sejam lebih untuk memasaknya hingga akhirnya sambal goreng kacang dan tahu pun siap untuk dinikmati.Sederhana tapi baunya cukup untuk membuat ngiler teman-teman satu lantai asrama.Rasa capek pun langsung menjalar ke seluruh tubuh.Tanpa sempat menikmatinya , saya tertidur di kamar.Masakan itu sendiri saya taruh di rak dekat tumpukan buku di dekat jendela kamar.

Saya terbangun saat Azan Ashar berkumandang.Tanpa ba-bi-bu , saya langsung keluar kamar berjalan menuju Mesjid.Tak kepikiran untuk makan.Setelah Shalat ashar berjama’ah dilanjutkan dengan berkumpul untuk setoran hafalan beberapa ayat dan nazhom kitab.Rasa lapar pun muncul disini.Tak sabar saya menunggu agar perkumpulan ini segera selesai untuk menikmati masakan hasil racikan saya.

Pukul 17.30 sore , kita semua diizinkan untuk meninggalkan ruangan.Saya langsung tancap gas menuju kamar .Rasa capek dan lapar berkolaborasi membentuk sebuah rasa baru “sangat lapar”.Saya ambil nasi banyak sekali dari periuk.Saya pikir dengan rasa lapar yang sangat ditambah lezatnya masakan tadi , saya masih akan menambah lagi jumlah nasi ini.Saya pun berjalan menuju Rak tempat masakan tadi saya letakkan.Betapa terkejutnya saya ketika melihat wadah tempat masakan itu sudah kosong.Tak tersisa sebutir kacang atau sepotong tahu disana.Hanya bekas-bekas minyak dan cabe yang melekat ke dasar wadah.

Tubuh saya bertambah lunglai.Perasaan pedih yang kuat menjalar ke sekujur tubuh saya.Masakan yang sedianya akan saya nikmati sebagai perayaan ulang tahun saya , hilang ntah kemana.Saya mau bertanya siapa yang sudah dengan lancang mengambil masakan saya tanpa izin.Namun rasa sedih yang begitu kuat sudah terlanjur membuat air mata saya mengalir deras.Sambil menangis saya coba kais sedikit minyak dan cabe yang tersisa di wadah , lalu dengan itu sesuap demi sesuap nasi pun saya coba paksakan untuk dimakan.

Besoknya baru saya ketahui kalau masakan saya itu di’keroyok’ bersama-sama oleh semua penghuni lantai.Mereka pikir saya sudah makan sehingga tidak masalah untuk menghabiskannya.Saya hanya bisa mengusap dada , terlalu perih untuk menjawab pengakuan maaf mereka yang disertai tawa.Seharian besoknya , saya hanya bisa menikmati makan dengan minyak jelantah dan garam.Alhamdulillah , lusanya kiriman saya dari rumah datang.

***

Tahun-tahun berikutnya pun sama tragisnya.Tahun kedua di Pesantren, saat ulang tahun , seharian itu saya hanya bisa menikmati nasi di campur sedikit garam dan patahan cabe mentah.Tahun ketiga , Seharian saya tidak makan.Tahun keempat , saat ulang tahun , saya hanya sempat menikmati sarapan saja , malamnya saya difitnah oleh Ibu kos sehingga harus pindah kosan malam itu juga.

Baru tahun kelima saya agak sedikit memodifikasi ‘perayaan’ ulang tahun saya.Saya kumpulkan teman-teman kosan , lalu dengan uang hasil pinjaman saya belikan bahan-bahan masakan ala kadarnya lalu makan bersama-sama.Namun sebelum makan saya minta sedikit waktu mereka untuk memuhasabah saya.Saya minta mereka untuk menyebutkan segala kesalahan saya selama bergaul dengan mereka.Mulanya mereka malu-malu dan bilang tidak usah , tapi setelah saya paksa , mereka pun mulai bicara dan memuhasabah saya.Tradisi ini berlangsung hingga saya tamat di Pesantren.Satu yang kemudian saya sadari , ternyata ketika saya berniat untuk melakukan muhasabah saat ulang tahun , justru ada sedikit rezki saya –walau dari hasil minjam- untuk membuat perayaan kecil-kecilan.’Mungkin saya kurang syukur selama ini’ celetuk saya dalam hati.

***

Setelah tamat pesantren sampai saat ini , tidak ada lagi ulang tahun yang saya nikmati bersama.Setiap ulang tahun , saya biasanya menyepi.Sedapat mungkin tidak ada yang mengetahui kalau hari itu saya ulang tahun.Saat ulang tahun , biasanya saya gunakan sebagai ajang muhasabah diri sendirian.Mencoba mengidentifikasi setiap kesalahan dan kebaikan yang pernah saya lakukan.Kotornya diri saya mungkin yang menyebabkan saya banyak terlupa dengan kebaikan orang lain dan lupa kesalahan saya pada mereka.

Saat ulang tahun , hanya keluarga saya –terutama orang tua- yang mengetahuinya.Tidak ada lagi lezatnya makanan , tidak ditemui lagi mewahnya perayaan.Hanya sebaris doa tulus kiriman orang tua via SMS “Selamat ulang tahun Nak , Semoga kesalahan mu di ampuni , Umur mu Diberkahi , Dimanapun kau berada , yakinlah bahwa kami selalu meredloi dan mencintai mu.Ayah dan Ibu sayang kamu”.Tak terasa air mata saya pun mengalir.

*tidak seperti tahun-tahun lalu , kali ini saya memunculkan identitas ulang tahun saya di FB.Bukan hanya sekedar berharap doa , namun terlintas harapan semoga sahabat-sahabat turut untuk memuhasabah saya.Semoga saat-saat memperingati hari jadi ini terasa lebih khidmat saat mengingat kembali masa lalu, menapaki satu persatu jalan yang pernah terlewati, memperbaiki yang salah, menambal yang berlubang, menutupi setiap celah keburukan, agar mampu menatap masa depan yang lebih cemerlang.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images