Tulisan tak Berjudul

10:48 AM

Tulisan ini benar-benar belum ada judulnya.Ditulis untuk melawan ngantuk.Tulisan ini murni fiksi.Adapun kesamaan tokoh dan karakter ya afwan lah , namanya juga fiksi a.k.a ngayal.com

Wajahnya tiba-tiba mengeras dan membeku.Entah apa yang ia pikirkan tatkala ibu jari tangannya menekan tuts handphone miliknya.Ia pandangi layar handphonenya lalu wajahnya semakin mengeras.Keringat pun mulai menembus pori-pori kulit keningnya,dan akhirnya menetes jatuh.Berulang kali ia seperti itu.Seolah ada kisah tak terungkap dalam tatapan layar itu, seolah ada cerita tersamar dari pancaran cahaya itu.

Saya mungkin orang pertama yang secara tidak sengaja mendapatinya seperti itu.Waktu itu kami berdua baru saja pulang talaqi di Mesjid Azhar.Diskusi tentang materi talaqi mengisi perjalanan kami menuju mahattoh darasah.Obrolan dan diskusi hangat itu tiba-tiba terhenti ketika handphone jadul miliknya berbunyi.Perlahan ia keluarkan handphone dari sakunya sembari meminta izin kepada saya untuk membaca pesan yang dikirim ke handphonenya.lalu disanalah semuanya bermula.Itulah kali pertama saya melihat wajah tegang,keras dan beku menghiasi wajahnya.Saya beranikan bertanya “Zaki , ada masalah kah”.Ia masih saja diam.Hening sejenak, lalu perlahan ia paksakan untuk tersenyum meskipun itu tidak bisa menghilangkan siluet ketegangan dan kebekuan wajahnya , lalu menjawab “Ga ada akhi,insya Allah khair”. Persahabatan 2 tahun ternyata belum cukup untuk membuatnya mengungkapkan ada apa dibalik layar handphone itu.

Dan hari ini, entah sudah keberapa kalinya , saya temukan wajah keras , tegang dan beku itu.

***

Ada perubahan.Yah ada perubahan terjadi padanya.Kebiasaannya i’tikaf di Masjid semakin bertambah.Ada waktu-waktu dimana saya dan banyak manusia lainnya masih terlelap nyenyak dalam mimpi tak berujung, ia lewatkan dengan tafakkur sendirian di Masjid.Tak terhitung jam-nya yang ia lewati untuk berdiam diri, penuh khusyuk dan tawadlu’ , sendirian dan kadang sambil terisak di Rumah Allah itu.Dilematis , saya sendiri hanya bisa berdiam diri.Melihatnya tanpa berani untuk bertanya.Khawatir bahwa tanya bukan menjadi solusi , tapi menjadi api pembakar diri.Saya putuskan untuk tidak mencampuri urusannya.Saya tahu dia bukanlah tipe manusia sensasi.Dia akan terbuka hanya pada Zat yang ia Sembah saban harinya, tidak untuk manusia biasa.

***

“Akhi , kau mau tahu kenapa aku seperti ini ? “ ucapnya tatkala kami berdua berjalan menyusuri lorong-lorong sempit attaba.Saya hanya tersenyum ringan dan menjawab singkat “ saya tahu kamu tahu yang terbaik ”.Mungkin ini saatnya , pikir saya dalam hati.

“Akhi , pernahkah kau mengalami , dipandang tinggi oleh manusia , dipuja bak raja disinggasana ? “ ia bertanya pelan.Saya menggeleng “ saya tidak pernah tahu akhi.saya bukanlah tipe manusia yang pantas dipuji” jawab saya.

“Akhi , apa yang kau rasakan saat kamu dipuji dengan pujian yang tidak pantas disematkan padamu ? bagaimana rasanya ketika manusia menyanjungmu setinggi dan secerah bintang di angkasa , padahal diri ini tak lain tak bukan hanyalah secarik kertas yang terbakar panas matahari, terinjak terbenam dalam gelap gulitanya tanah ? “ lanjutnya.

“Akhi , ana berharap ini menjadi i’tibar bagi akhi.Rahasia ini ana bagi separohnya untuk akhi, sebagai tanda bahwa kita adalah sahabat sejati “ ujarnya.

Ia berhenti melangkah.Memandang kosong ke arah langit , lalu merogoh handphone butut di saku celana kanannya.Sejenak ia pandangi lagi “rahasia” dibalik layar itu.Lalu dia sodorkan handphone nya pada saya “silahkan , terima dan jadilah kunci bagi rahasia ini” ujarnya lagi.

***

Pias , wajah saya tak karuan , apalagi perasaan saya.Nyaris tidak terdefenisikan.Layar handphone jadul itu seolah menjadi begitu besar.Saya akhirnya pahami , apa yang ia rasai.Layar itu menjadi saksi atas kualitas diri sahabat saya ini

“Nak Zaki yg Saya hormati,sebelumnya izinkan saya mengenalkan diri.Saya Agus , Ayah dr salah seorang mahasiswi Azhar yg juga kuliah di Kairo.Dr apa yg disampaikan putri saya Latifah , nak Zaki adalah seorang mahasiswa yang alim , pintar dan cerdas.Nak Zaki juga Hafal Al-Qur’an.Kalau nak zaki tak berkeberatan, izinkan saya sbg orang tua Latifah untuk meminta Nak Zaki menjadi Calon Imam bagi Latifah.Menjadi Suami yg akan membimbing Latifah dan menggantikan posisi bapak sebagai pengayomnya.Bapak yakin bahwa nak Zaki adalah yg terbaik buat Latifah.Bapak sangat mengharapkan Nak Zaki.Masalah biaya tidak usah dipikirkan.Biar semua bapak yg nanggung.Bahkan termasuk biaya hidup nak Zaki selama study di Kairo.Bapak tunggu kabar positifnya.waslm.”

“ الناس يمدحونك لما يظنون فيك , فكن انت ذاما لنفسك لما تعلمه منها “

(Ibn 'Athoillah As-Sakandari)

Orang-orang memujimu

Karena sesuatu hal yang mereka sangka ada pada dirimu.

Maka celalah dirimu

karena sesuatu hal yang engkau ketahui ada pada dirimu.

*Tulisan fiksi gaje setelah baca Hikam –nya Ibn ‘Athoillah As-Sakandari.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images