Golput adalah Pilihan

11:40 AM

Seharian kemaren adalah peristiwa bersejarah bagi Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir).Pemilihan Umum Raya yang akan memilih Presiden PPMI periode 2011-2012 dilaksanakan di hampir seantero daerah dimana Masisir tersebar dan berdomisili.Begitu banyak harapan disematkan pada pemilura kali ini , terutama bagi PPMI 1 terpilih.Begitu banyak masalah yang harus segera mendapat perhatian.Doa dari saya semoga siapapun Presiden yang terpilih adalah manusia-manusia amanah yang diberi petunjuk oleh Allah untuk berkhidmah ke masisir tanpa harus mencampur adukkan kepentingan pribadi/golongan dengan kepentingan masisir.Semoga Presiden terpilih bisa membawa “rakyatnya” (baca:masisir) ke arah yang lebih baik lagi.Amiinnn...

Namun begitu, seharian kemaren saya tetap saja menjadi salah satu "target" masisir (terutama pendukung Capres dan tim suksesnya) untuk meraup suara pemilih.Dari pagi menjelang sampai saya harus off di FB di malam harinya untuk shalat tarawih , begitu banyak pesan dan Chat yang “meminta” saya datang ke TPS terdekat untuk memilih presiden , persis seperti iklan yang diedarkan oleh Panitia Pemilura, bedanya yang minta datang adalah pendukung dan atau timses masing-masing calon.

Sayang , saya harus memberikan jawaban yang kurang mengenakkan “Maaf , saya golput”.Jawaban saya ini mungkin agak terasa kontroversial hingga sempat terjadi juga diskusi hangat via FB tentang kenapa harus golput bahkan sampai kepada bahasan golput dalam pandangan syar’i.

Bicara tentang golput , bagi saya golput adalah hak dan pilihan sebagaimana memilih juga hak dan pilihan masing-masing. Memilih adalah hak dan bukan sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Semuanya berpulang pada keinginan warga negara (dalam hal ini masisir) yang secara otomatis memiliki hak itu (tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku).Meskipun begitu, stigma negatif golput tetap saja berkembang di masyarakat hingga kini, yang katanya sudah reformasi.Stigmanya adalah bahwa golput dianggap melanggar norma umum.

Bagi saya tidak ada yang salah dengan golput. Golput adalah pilihan. Karena memilih untuk tidak memilih adalah pilihan juga. Apakah bangsa yang besar adalah bangsa yang harus menggunakan hak pilihnya dengan memilih? Apakah dengan memilih berarti kita sudah menjadi warga Negara yang baik? Jawabannya belum tentu.

Bagi sebagian orang , kaum golput dianggap sebagai kaum yang tidak memiliki andil dalam proses demokrasi sehingga ‘kaum putih’ ini tidak berhak campur tangan dalam mengkritisi pemerintah.Pandangan ini tentu saja patut dikritisi.

Parameter partisipasi politik masyarakat tidak selalu dilihat dari ikut tidaknya mereka dalam pemilu. Pemilu hanyalah satu dari sekian banyak media partisipasi politik bahkan demokrasi. Dengan menjadi warga yang tunduk terhadap hukum dan peraturan maka mereka sudah dikatakan sebagai warga yang patuh dan baik.Selain itu dengan memenuhi kewajiban lainnya , seorang warga sudah memiliki kewenangan melakukan kontrol secara langsung maupun tidak terhadap pemerintah. Kontrol politik yang dilakukan bisa melalui media massa, kelompok kepentingan dan berbagai kelompok penekan lainnya.

Nah, ketika kita tidak menggunakan hak dalam pemilu namun disisi lain kita benar-benar melaksanakan berbagai kewajiban, apakah kita tidak boleh mengkritik pemerintah jika melakukan tindakan yang kita anggap keliru? Boleh saja kita tidak ikut pemilu, namun pemerintah terpilih tetap punya kewajiban memenuhi berbagai hak dasar kita sebagai warga.

Mobilisasi gagasan yang belum tentu benar pada akhirnya hanya menjadi buah dari proses pembodohan secara rutin dan sistematis. Masyarakat perlu disadarkan untuk bisa bebas memilih tanpa perlu diajak memilih. Memilih golput dengan alasan prisip atau ideologis adalah satu hal yang sangat wajar dalam alam demokrasi.

You Might Also Like

3 komentar

  1. Pernah terpikir nggak jika yang golput lebih dari 50% pemilih yg memiliki hak pilih? Kemudian pemilih tersisa adalh pemilih yang dibayar, sehingga pemimpin terpilih adalah pemimpin yg korup. Apakah pihak golput berani memngkritik pemimpin terpilih? kenapa dulu mereka tidak memilih Calon pemimpin yang terbaik yang sudah tersedia?

    Imam dalam sholat berjamaah tidak perlu hafal Al Quran. Imam hanya dipilih bacaannya "paling fasih" dari "makmum" yang ada.

    Nobody's perfect. Semua orang memiliki kepentingan. Jika susah memilih mana yang baik, pilihlah yang tidak buruk. Jika ada 3 calon pemimpin, 2 diantaranya memberi anda uang, pilihlah yang ketiga. dengan begitu anda sudah ikut menggagalkan pemilihan pemimpin yg korup.

    Hanya berbagi, jangan dimasukkan dalam hati, mohon ditanggapi, salam kenal dari budi ^^

    ReplyDelete
  2. hmm tugas seorang ma'mum tetap lah harus kritis terhadap apa yang dilakukan imamnya,,,terserah apakah ia memilih atau tidak imam tersebut...persoalan golput dan persoalan mengkritis yang terpilih itu kan beda...persoalan golput berada di wilayah pemilihan dan persoalan mengkritisi adalah wilayah tanggung jawab sosial seorang bawahan terhadap pemimpin...

    terima kasih sudah menanggapi :D

    ReplyDelete
  3. "Semua Revolusi ditentukan oleh momentum, tetapi tidak semua momentum menjadi sebuah revolusi. Momentum hanya terjadi ketika rakyat yakin pada orang yang memimpin. Momentum hanya terjadi ketika rakyat kita sudah menyerah pada cara lama dan mengharapkan cara baru. Momentum Revolusi Sosialis adalah ketika mereka tidak selalu berharap pada pemerintah (birokrasi) tetapi pada kekuatan mereka sendiri. Momentum Revolusi Sosialis adalah ketika mereka sudah berkata “cukup!” dalam pikirannya hingga tangannya pun berkata “cukup!” hingga mengangkut pacul dan sekop melawan meriam.

    “… Hey seluruh bangsa Indonesia tetap tegakkanlah kepalamu, jangan mundur, jangan berhenti, tetap derapkanlah kakimu di muka bumi! jikalau ada kalanya, saudara-saudara merasa bingung. Jikalau ada kalanya, saudara-saudara hampir berputus asa. Jikalau ada kalanya saudara-saudara kurang mengerti jalannya revolusi kita yang memang kadang-kadang seperti bahtera di lautan badai yang mengamuk ini. Kembalilah kepada sumber Amanat Penderitaan Rakyat kita yang coherent dengan conscious of man, kembalilah kepada sumber itu, sebab disanalah saudara akan kembali menemukan kembali realnya Revolusi… Lalu kita camkan pada rakyat perlunya Revolusi Sosialisme!
    Pidato Presiden Soekarno Genta Suara RI 17 Agustus 1963."
    http://manifestosenja.com/2014/03/golput-kewajiban-revolusi-bangkitkan-ksatria-nusantara/

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images