Belajar Wara' dari Grand Shaikh Al-Azhar
12:34 AM
Ingin mencari sosok panutan ulama itu terlebih dahulu lihat bagaimana
caranya mencari rezeki. Karena jika rezekinya halal, maka makan dan
minumnya akan halal. Jika makan dan minumnya halal, maka darah yang
mengalir di dalam tubuh dan daging yang melekat pada tulang akan menjadi
baik dan berkah. Namun, jika rezeki yang didapat haram, maka segalanya
akan menjadi tidak baik.
Dalam
sebuah hadits, Nabi saw. pernah bersabda, "Ada seseorang melakukan
perjalanan jauh (untuk beribadah, seperti haji, silaturahim, dll) dalam
keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit
seraya berdoa: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku", padahal makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari
sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan
dikabulkan."
Grand Shaikh Al-Azhar Mesir adalah sosok yang
patut dijadikan teladan. Meskipun para pendengki dari kalangan politisi
sedang mencoba mengusik kedudukan beliau. Ini semua adalah cobaan bagi
beliau untuk naik ke kelas selanjutnya. Cerita tentang beliau tidak
mengambil gaji atau mengembalikan gaji bulanan beliau ke negara
merupakan cerita yang sudah sangat masyhur. Cerita tentang beliau yang
tinggal di sebuah flat kontrakan sederhana juga sudah masyhur. Mungkin
dunia akan tercengang, betapa seorang Grand Shaikh Al-Azhar, orang nomor
satu di Lembaga Keagaaman terbesar di dunia, rumahnya adalah kontrakan
sederhana. Padahal, banyak ulama yang sering show di televisi dengan
tinggal di villa mewah dan mengendarai mobil mewah. Inilah bedanya
ulama Azhar dengan lainnya.
Ahmad Abdul Wasi' bercerita dalam
facebooknya: "Saat Grand Shaikh Azhar saat ini Prof.DR. Shaikh Ahmad
Thayeb masih menjabat sebagai Rektor Al-Azhar, paman saya datang ke
kuliah untuk bertemu dengan beliau. Setelah sampai di kuliah, para
pegawai mengatakan bahwa beliau sedang tidak ada di tempat. Paman saya
marah, karena dia melihat mobil beliau terparkir di halaman kuliah.
Diapun berkata kepada para pegawai itu, "Apakah kalian mau membohongi
saya? Ini mobil beliau ada di depan!." Mereka menjawab, "Iya, beliau
sedang keluar sebentar untuk membeli keperluan beliau." Tidak lama
kemudian, ada sebuah taxi masuk area kuliah dan tampak beliau turun dari
dalam taxi. Setelah itu paman saya langsung menyapa beliau dan
bertanya, "Kemana saja Anda wahai syekh? Mengapa tidak membawa mobil?"
Beliau menjawab, "Saya pergi keluar untuk membeli keperluan pribadi.
Bensin yang ada di dalam mobil saya itu difasilitiasi oleh negara untuk
saya gunakan menunaikan tugas negara. Jadi, tidak boleh jika saya
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti ini."
Subhanallah, di era modern seperti ini masih ada sosok seperti Umar bin
Abdul Aziz yang dijuluki sebagai khalifah kelima umat Islam karena
kewaraan dan keadilannya. Dalam sebuah kisah, ada seseorang menemui
beliau di kantornya. Sebelum banyak ngobrol, beliau bertanya kepada,
"Mau bicara untuk kepentingan negara, atau pribadi?" Saat orang tersebut
menjawab, "Pribadi", beliau langsung mematikan lampu, karena lampu itu
adalah fasilitas negara.
0 komentar