Madrasah Al-Mustanshiriyyah, Cikal Bakal Universitas Modern
12:37 PM
Berkembangnya Islam ke berbagai belahan dunia
tidak lepas dari peran Ulama. Para Ulama dari kalangan sahabat paska wafatnya
Rasulullah Saw menyebar ke beberapa negeri untuk mendakwahkan dan mengajarkan
ajaran Islam yang sempurna, penuh kasih sayang serta relevan untuk setiap waktu
dan tempat. Masing-masing sahabat kemudian menjadi rujukan utama dalam masalah
keislaman dimanapun mereka berada.
Setiap sahabat yang menyebar ke berbagai belahan
negeri biasanya membuat sebuah halaqah dimana disana terjadi proses
transformasi keilmuan Islam. Tentu saja mengingat alat komunikasi canggih pada
waktu itu belum ada yang memungkinkan seluruh sahabat untuk saling
berkomunikasi dan bermusyawarah dalam waktu cepat dan singkat, maka para
sahabat pun tak jarang berijtihad sendiri dalam sebuah masalah jika tidak
mereka temukan hukumnya dari Al-Qur’an serta Hadits yang mereka hafal di dada
mereka. Proses ijtihad sahabat, transformasi Ilmu serta gaya pemikiran mereka
terhadap para murid di generasi tabi’in adalah cikal bakal mazhab fiqh yang ada
dalam Islam di generasi setelah mereka.
Di generasi tabi’ut tabi’in bermunculan lah
Mazhab Fiqh di berbagai negeri. Masing-masing mujtahid meletakkan dasar
metodologi mereka dalam menetapkan sebuah hukum dari berbagai piranti yang ada.
Masing-masing mereka tentunya memiliki metodologi berbeda. Namun perbedaan ini
bukanlah perbedaan yang merusak, justru sebenarnya perbedaan ini adalah
keindahan dan kemudahan yang ditawarkan oleh Islam. Di era berikutnya, secara
umum hanya ada 4 mazhab yang memiliki pengikut yang banyak serta diakui
posisinya oleh masyarakat muslim yakni Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan
Hanbali. Masing-masing mazhab memiliki madrasah dan halaqah tersendiri yang
berbeda satu sama lain. Di Masa ini pula, perkembangan Ilmu pengetahuan
meningkat tajam dan tidak terbatas hanya pada ilmu-ilmu Syari’ah namun juga
sudah merambah ilmu-ilmu modern seperti farmasi, kedokteran, falak dan
lain-lain.
Madrasah Al-Mustanshiriyyah (Foto : Wikipedia) |
Madrasah ini bisa dibilang cukup megah pada saat
itu. Riwayatnya, dana yang dikucurkan untuk membangun madrasah ini mencapai 700
ribu Dinar. Madrasah ini benar-benar diniatkan oleh Khalifah Al-Mustanshir
Billah yang memang dikenal cinta ilmu sebagai salah satu lembaga dan Pusat
pendidikan yang megah, walau setengah abad sebelumnya telah berdiri Madrasah
Nizhamiyah. Selain itu juga dibangun perpustakaan yang berisi buku kurang lebih
450 ribu eksemplar dengan 80 ribu judul buku.
Banyak yang menganggap bahwa sistem Madrasah
Al-Mustanshiriyyah sudah mendekati konsep Universitas Modern pada masa itu. Hal
ini mengingat bahwa pada madrasah ini diterapkan standarisasi tertentu yang
tujuannya adalah demi kebaikan dan kemajuan Ilmu pengetahuan serta Peradaban
Islam. Diantara kelebihan madrasah ini adalah :
1. Masa pendidikannya adalah 10
tahun. Dimana bagi yang lulus akan mendapatkan Ijazah yang nantinya akan
memudahkan mereka untuk melamar kerja di Istana atau Institusi pemerintahan
lainnya.
2. Pelajarnya adalah para pelajar
terpilih yang diutus dari berbagai belahan negeri. Salah satu syarat pelajar
yang lulus untuk belajar disini adalah sudah pernah membuat sebuah karya tulis
ilmiah serta terkenal menyibukkan diri dalam aktifitas ilmiah.
3. Kurikulum pelajaran yang
dipelajari selama 10 tahun tersebut adalah Al-Qur’an, Hadits, Fiqh Mazhab,
Nahwu, Faraidh dan Warisan, Filsafat, Farmasi, Kedokteran dan lain-lain.
4. Pemimpin Madrasah ini dianggap
sebagai salah satu pejabat Tinggi Kerajaan. Orang yang pertama kali memimpin
madrasah ini adalah Abdurrahman At-Takriti yang diangkat pada tanggal 9 Rajab
631 H/1233 M
5. Semua Fasilitas diberikan secara
Cuma-Cuma kepada setiap pelajar dan para pengajar. Fasilitas yang terhitung
mewah itu meliputi makan, minum serta tempat tinggal. Bagi setiap pelajar
mendapatkan beasiswa bulanan sebanyak 2 dinar.
6. Diantara Ulama (Syekh/Guru Besar)
yang pernah mengajar di madrasah ini adalah Abu Abdillah Al-Husaini, Izzuddin
Al-Muwasshili, Ya’qub Al-Anshari, Dzulfiqar Al-Quraisy, Shfiyuddin Al-Armawi,
Imaduddin Al-Batini Al-Baghdadi, Abdul Aziz Ash-Shanhaji, Abu Abdillah As-Sabti
Al-Maghribi, Ibn Al-Qashab Al-Baghdadi, Mushaddiq Al-Baghdadi, Mu’awiyah
Al-Muwasshili, Fakhruddin Al-Iraqi, Saifuddin At-Tharazi, Ibn Al-Badi’
At-Takriti dll
7. Persyaratan menjadi pengajar di
madrasah ini adalah sanad ali/tinggi dalam ilmu pengetahuan khususnya Hadits,
dianggap mahir dan pakar (guru besar) di sebuah bidang ilmu, dikenal sebagai
peneliti dan penulis serta pengajar yang kompeten.
8. Rata-rata para pelajar disini
menjadi ulama besar saat mereka pulang ke kampung mereka masing-masing,
diantaranya yang terkenal adalah l-Muhib bin Nashr Al-Baghdadi, Majduddin bin
As-Sa’ati At-Taghallubi, Syamsuddin Al-Asfahani dll
9. Jumlah pelajar yang diterima
terbatas. Menurut sebuah riwayat, jumlah pelajar yang diterima hanya sekitar
248 orang (62 orang per mazhab).
10. Untuk Mata Pelajaran Fiqh Mazhab, satu orang guru mengajar
10 orang murid.
11. Sumber keuangan Madrasah adalah dari Subsidi Pemerintah
serta pengelolaan wakaf yang luar biasa
Madrasah ini sendiri eksis selama 4 abad lebih
sejak dibuka pada tahun 631 H/1233 M sampai tahun 1048 H/1638 M, meskipun
ada beberapa waktu dimana madrasah ini harus vakum. Saat Invasi Mongol ke
Baghdad tahun 656 H/1258 M, Madrasah ini sempat melumpuhkan aktivitas
pembelajarannya. Setelah masa ini, Madrasah Al-Mustanshiriyah kembali eksis
sampai Invasi kedua oleh Timur Lenk yang dilakukan dua kali yakni tahun 765
H/1392 M serta yang kedua tahun 803 H/1400 M. Pada masa ini, Timur Lenk
menghancurkan madrasah-madrasah di Baghdad lalu membawa para ulama,
cendekiawan, para insinyur ke Samarkand. Kondisi ini juga membuat sebagian
ulama melarikan diri dan hijrah ke Syam, Mesir dan daerah muslim lainnya.
Pada masa inilah beberapa pondasi bangunan
Madrasah Al-Mustanshiriyyah hancur yang mengakibatkan lumpuhnya aktivitas
pendidikan. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 998 H/1589 dimana pada tahun
ini, madrasah Al-Mustanshiriyyah dicoba untuk di aktifkan kembali. Sayangnya,
masa aktif ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1048 H/1638 M, Madrasah
Al-Mustanshiriyyah ditutup. Pada tahun 1242 H/1826 M, di lokasi tempat
berdirinya Madrasah Al-Mustanshiriyyah, didirikanlah Madrasah baru dengan nama
Madrasah Al-Ashafiyyah oleh Daud Pasha.
di Era modern, Pemerintah Iraq mencoba untuk memugar kembali Madrasah Al-Mustanshiriyyah sesuai bentuk aslinya pada masa lalu. Usaha ini dimulai pada tahun 1940 M dimana pada tahun ini, bangunannya sempat dijadikan tempat peristirahatan para pedagang. Tahun 1960, bangunan ini kembali dilanjutkan pemugarannya. Sayang, proyek ini harus terhenti lantaran konflik yang dialami Irak di timur tengah, termasuk saat invasi Amerika kesana.
di Era modern, Pemerintah Iraq mencoba untuk memugar kembali Madrasah Al-Mustanshiriyyah sesuai bentuk aslinya pada masa lalu. Usaha ini dimulai pada tahun 1940 M dimana pada tahun ini, bangunannya sempat dijadikan tempat peristirahatan para pedagang. Tahun 1960, bangunan ini kembali dilanjutkan pemugarannya. Sayang, proyek ini harus terhenti lantaran konflik yang dialami Irak di timur tengah, termasuk saat invasi Amerika kesana.
Saat ini, nama Al-Mustanshiriyyah dipakai oleh
sebuah Universitas Modern di Baghdad –Iraq, yang mencoba menjadi penerus
semangat yang dibangun oleh Madrasah Al-Mustanshiriyyah dahulunya.
0 komentar