Cerita Kupu-kupu
11:16 AM
Seorang pria menemukan sebuah kepompong kupu-kupu. Ia
sangat tertarik dengan kepompong tersebut dan memutuskan untuk menandai tempat
dimana ia menemukannya. Setiap hari ia datang melihat kepompong tersebut,
sembari selalu berharap agar kepompong itu menetas secepat mungkin dan
kupu-kupu yang indah pun akan muncul dari dalamnya.
Suatu
hari, sebuah lobang kecil pun muncul di kepompong tersebut. Pria itu pun
bahagia karena itu adalah tanda bahwa si kupu-kupu akan segera muncul dan
terbang meng-angkasa. Dia
pun duduk sambil
terus mengamati kupu-kupu selama beberapa jam.
Kupu-kupu itu terus berjuang untuk menekan tubuhnya
keluar melalui lubang kecil
tersebut.
Kemudian berhenti,
seolah-olah itu tidak bisa pergi lebih jauh.
Melihat kupu-kupu yang sangat kesusahan berjuang keluar dari kepompongnya, pria itu pun memutuskan untuk membantunya.Ia mengambil sebuah gunting dan memotong sedikit lobang yang tersisa dari kepompong. Kupu-kupu itu pun akhirnya muncul dengan mudah, tetapi sayangnya ia memiliki tubuh yang bengkak dan sayap yang keriput.
Pria itu pun terus memperhatikan sambil berharap bahwa setiap menit sayap itu akan mekar dan semakin besar hingga cukup untuk mendukung tubuhnya. Namun, apa yang terjadi ? si kupu-kupu “terlahir” prematur. Ia yang mestinya masih berada di dalam kepompong dan terus berjuang, termudahkan oleh bantuan yang malah menyengsarakan hidupnya. Kupu-kupu itu pun harus rela menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitar. Ia tidak akan pernah bisa terbang.
Lihat bagaimana “kebaikan” yang tidak terorganisir menjadi sebuah petaka. Lihat bagaimana ketergesa-gesaan menjadi sebuah bencana. Pria itu mestinya sadar bahwa tidak setiap kemudahan adalah sebuah kebaikan. Kerasnya kepompong dan kuatnya usaha kupu-kupu untuk keluar darinya adalah sebuah proses yang harus ia lalui. Tidak ada jalan pintas disana. Justru kepompong berfungsi untuk membatasi titik juang dan kepantasan hidup si kupu-kupu. Perjuangan itu dibutuhkan oleh kupu-kupu, bahwa dibalik usaha keras untuk melewati pembukaan kepompong adalah cara memaksa cairan dari tubuh ke sayap sehingga ia akan siap untuk terbang ketika masanya tiba.
Perjuangan dan proses merupakan hal yang paling kita butuhkan dalam hidup kita. Justru ketika kita melalui hidup tanpa hambatan, ia akan melumpuhkan kita. Tanpa melewati proses dan berjuang disana, kita tidak akan pernah bisa sekuat apa yang mestinya telah kita raih,
Melihat kupu-kupu yang sangat kesusahan berjuang keluar dari kepompongnya, pria itu pun memutuskan untuk membantunya.Ia mengambil sebuah gunting dan memotong sedikit lobang yang tersisa dari kepompong. Kupu-kupu itu pun akhirnya muncul dengan mudah, tetapi sayangnya ia memiliki tubuh yang bengkak dan sayap yang keriput.
Pria itu pun terus memperhatikan sambil berharap bahwa setiap menit sayap itu akan mekar dan semakin besar hingga cukup untuk mendukung tubuhnya. Namun, apa yang terjadi ? si kupu-kupu “terlahir” prematur. Ia yang mestinya masih berada di dalam kepompong dan terus berjuang, termudahkan oleh bantuan yang malah menyengsarakan hidupnya. Kupu-kupu itu pun harus rela menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitar. Ia tidak akan pernah bisa terbang.
Lihat bagaimana “kebaikan” yang tidak terorganisir menjadi sebuah petaka. Lihat bagaimana ketergesa-gesaan menjadi sebuah bencana. Pria itu mestinya sadar bahwa tidak setiap kemudahan adalah sebuah kebaikan. Kerasnya kepompong dan kuatnya usaha kupu-kupu untuk keluar darinya adalah sebuah proses yang harus ia lalui. Tidak ada jalan pintas disana. Justru kepompong berfungsi untuk membatasi titik juang dan kepantasan hidup si kupu-kupu. Perjuangan itu dibutuhkan oleh kupu-kupu, bahwa dibalik usaha keras untuk melewati pembukaan kepompong adalah cara memaksa cairan dari tubuh ke sayap sehingga ia akan siap untuk terbang ketika masanya tiba.
Perjuangan dan proses merupakan hal yang paling kita butuhkan dalam hidup kita. Justru ketika kita melalui hidup tanpa hambatan, ia akan melumpuhkan kita. Tanpa melewati proses dan berjuang disana, kita tidak akan pernah bisa sekuat apa yang mestinya telah kita raih,
............
dan kita tidak akan pernah “terbang”.
***
Hal
yang sama yang kita rasakan saat ini. Kita melihat orang tua kita sebagai sosok
yang sukses, sosok yang matang dan bersahaja, sosok yang luar biasa. Semua itu
bukanlah hasil berleha-leha dalam hidup. Semuanya itu mereka lewati dengan
penuh perjuangan. Tak jarang tangis dan darah menghiasi kehidupan mereka.
Tempaan demi tempaan mereka hadapi hingga mereka menjadi sosok yang kita
idolakan saat ini.
Sayangnya,
justru para orang tua sekarang banyak yang begitu memanjakan anaknya. Dengan
dalih “Saya tidak ingin anak saya merasakan penderitaan yang dulu saya alami”,
mereka beri semua kemudahan pada anak-anak mereka. Pada akhirnya, anak-anak
mereka tidak sempat lagi untuk merasakan derita dan air mata perjuangan, yang
dulu telah mendewasakan para orang tua.
Seperti
cerita diatas, anak-anak sekarang pun menjadi kupu-kupu yang dibantu kala ia
berjuang keluar dari kepompong. Terlihat memudahkan, padahal sangat
membahayakan kehidupan mereka kelak. Mereka yang tidak pernah merasakan pedihnya
perjuangan, tidak akan sempat menikmati indahnya hasil...
1 komentar
filosofi hidup yg sgt bagus dan mendidik,,,,sy suka ini...
ReplyDelete