Seolah-olah Hari Terakhir Kita
2:51 PMIni adalah kisah hidup ketiga yang diceritakan oleh Steve Jobs saat diberi kesempatan untuk pidato di depan lulusan Stanford University tahun 2005. Kisah ini menarik karena dalam Islam sendiri kita sudah diajarkan bahwa Kematian adalah Nasehat yang paling Berharga, namun hanya sedikit yang memaknainya sebagai usaha progresif baik untuk urusan dunia dan apalagi urusan akhirat. Steve Jobs sendiri sejak tahun 2005 tetap terus menelurkan inspirasinya di bidang digital lewat Apple, Pixar dan lainnya. Versi lengkapnya lihat di http://www.youtube.com/watch?v=UF8uR6Z6KLc
Ketika saya
berumur 17 tahun, saya membaca sebuah motto: Jika kita hidup setiap hari seolah-olah
hari itu adalah hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang
benar-benar berharga akhirnya. Motto tersebut sangat mengesankan saya, dan
sejak itu, selama hampir 33 tahun, saya bercermin setiap pagi dan bertanya
kepada diri saya sendiri: Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah
saya akan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan? Dan ketika
jawabannya tidak, saya tahu bahwa ada sesuatu yang harus saya ubah dalam hidup
saya.
Mengingat
bahwa saya akan segera mati adalah alat yang sangat penting dalam membantu
membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup saya. Karena hampir segalanya, harapan,
status, ketakutan, rasa malu, atau gagal-semuanya akan sirna ketika kita
menghadapi kematian. Dan hanya meninggalkan apa yang benar-benar penting.
Mengingat
bahwa anda akan segera mati adalah jalan terbaik yang saya tahu untuk
menghindari jebakan pemikiran bahwa anda memiliki sesuatu yang harus anda
lepaskan. Kita semua sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti
apa kata hati anda.
Kira-kira
setahun yang lalu, hasil diagnosa saya mengatakan bahwa saya terkena kanker.
Saya menjalani scan pukul 7.30 pagi dan hasilnya mengatakan bahwa ada tumor di
pankreas saya. Saya sendiri bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Tim dokter
sendiri bilang bahwa kanker jenis ini termasuk salah satu kanker yang sangat
sulit untuk disembuhkan, dan saya sendiri divonis hanya memiliki waktu tidak
lebih dari 3 sampai 6 bulan. Dokter memberi nasehat pada saya agar pulang ke
rumah dan selesaikan urusan saya
secepatnya –yang bagi saya itu merupakan kode bahwa saya akan mati. Maksud
perkataan dokter itu adalah cobalah sampaikan pada anak-anakmu tentang apa saja
yang mesti kamu sampaikan pada merek dalam kurun waktu 10 tahun ke depan -
dalam waktu beberapa bulan yang kamu miliki. Artinya, persiapkan semuanya untuk
mereka hingga nanti ketika saya mati, itu akan diterima lebih mudah oleh anak-anak
saya. Yah, artinya, saya harus menyusun kata-kata selamat tinggal.
Semenjak
saat itu, saya hidup dalam kondisi didiagnosa setiap hari. Sorenya, saya harus
menjalani biopsy dimana mereka memasukkan pipa plastik ke tenggorokan saya,
melewati perut lalu sampai ke bagian yang mereka tuju. Lalu, mereka tusukkan
jarum ke pankreas saya untuk mengambil beberapa sel dari tumor tersebut. Saya
sendiri dalam kondisi dibius. Namun istri saya yang juga berada disana,
mengatakan pada saya bahwa ketika para dokter melihat sel tumor tersebut dengan
mikroskop, mereka lalu menangis karena tiba-tiba saja tumor saya tersebut
berkemungkinan untuk diobati dengan cara dioperasi. Saya pun menjalani operasi
dan sekarang saya sudah sehat.
Kejadian
ini merupakan jarak yang paling dekat antara saya dan kematian yang pernah saya
alami. Dan saya sendiri berharap bahwa jarak tersebut benar-benar merupakan
jarak yang paling dekat yang akan saya temui di beberapa waktu yang akan
datang. Setelah berhasil selamat dan hidup dari kondisi itu, saya akhirnya
menemukan sesuatu hal bahwa kematian benar-benar sesuatu yang berharga bahkan
ada sebuah konsep intelektual murni disana.
Tidak ada
seorang pun yang ingin mati. Bahkan orang yang menginginkan masuk surga pun
tidak ingin mati untuk mendapatkannya. Namun kematian merupakan sebuah tujuan
yang kita semua miliki. Tidak ada seorang pun yang dapat lolos darinya. Dan
memang demikian adanya, karena kematian merupakan penemuan terhebat dalam
kehidupan. Ia merupakan agen perubah kehidupan. Ia akan menyingkarkan yang tua
untuk membuka jalan bagi yang lebih muda. Sekarang ini masih baru bagi kalian,
tetapi suatu hari tidak lama dari sekarang, kalian akan menjadi tua dan akan
tersingkir. Maaf kalau terkesan dramatis, tapi itu memang kenyataannya.
Waktu kita
sangat terbatas, jadi jangan buang percuma untuk hidup orang lain. Jangan
terperangkap dengan dogma untuk hidup dari hasil pemikiran orang lain. Jangan
biarkan suara-suara orang lain meredam suara hati kita sendiri. Dan yang
terpenting, mempunyai keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi anda. Suatu
hari mereka akan menyadari tentang apa yang benar-benar ingin engkau wujudkan.
Yang lain pun hanya jadi sampingan.
Ketika saya
masih muda, ada sebuah karya luar biasa yang berjudul “The Whole Earth Catalog/
Katalog Bumi “ yang bagi saya karya ini ibarat injil bagi generasi saya.
Karya ini ditulis oleh Stewart Brand, tidak jauh dari sini, dekat dari Menlo
Park. Dia membawa karya tersebut ke dalam kehidupan dengan sentuhannya yang
puitis. Ini terjadi tahun 1960 dimana komputer belum ada, jadi seluruh proses
karya dibuat dengan mesin tik, gunting serta kamera polaroid. Bentuknya seperti
Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum google benar-benar ada. Isinya
benar-benar idealistik, penuh dengan instrumen yang rapi serta ungkapan-ungkapan
yang dahsyat.
Stewart dan
tim-nya pun menerbitkan beberapa edisi dari The Whole Earth Catalog, dan ketika
mencapai titik ajalnya, mereka menerbitkan edisi terakhir. Saat itu masih
pertengahan 1970an dan saya masih seusia anda. Di Sampul belakang edisi terakhir
itu, ada foto sebuah jalan pedesaan di waktu pagi. Seperti jalan yang akan anda
lalui jika anda memiliki jiwa petualang. Dibawahnya ada kata-kata “Stay Hungry. Stay Foolish/Tetaplah
Lapar, Tetaplah Bodoh”. Itu adalah pesan perpisahan
dari mereka. Stay Hungry. Stay Foolish, dan saya selalu berharap bahwa hal ini
ada dalam diri saya. Dan sekarang, karena anda akan lulus dan memulai kehidupan
baru, saya harapkan dari kalian “Stay Hungry. Stay Foolish/Tetaplah Lapar,
Tetaplah Bodoh”.
Terima
Kasih Banyak
Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya, beramallah untuk akhiratmu seolah-olah kamu mati besok.
Rasulullah s.a.w bersabda:"Sekiranya di tangan kamu ada benih kurma dan kamu tahu bahwa besok kiamat akan datang, maka hendaklah kamu menanam dan jangan biarkan hari kiamat terjadi tanpa menanam benih kurma tersebut"[Hadis Riwayat Imam Ahmad]
0 komentar