Risuh Misuh Khazanah Trans 7
11:25 AMTampilan Fb saya akhir-akhir ini sudah kayak arena perang. Ada tulisan Syiah, Ada Tulisan Wahabi dan tentu saja Ada Bantahan dari Ahlusunnah Wal Jama'ah. Ada juga perang tulisan antara pendukung Azhar, Pendukung Ikhwanul Muslimin dan Pendukung Salafi Wahabi yang sedang menghiasi perpolitikan di Mesir Saat ini. Hmm Fb ini yang mestinya ruang silaturrahim dan penguatan ukhuwah pun menjadi arena gontok-gontokan. Padahal Fb-nya sendiri asik-asik aja. Malah sok perhatian dengan bertanya 'apa yang sedang kamu pikirkan?' atau ' ceritakan apa yang sedang kamu lamunkan ? ' atau 'Kamu sudah makan belum, Yang ?' (yang terakhir itu ilusi xixixixi...)
Perang terakhir yang saya lihat pagi ini berseliweran di Fb saya adalah tentang pro kontra tayangan Khazanah di Trans 7. Mereka yang pro berargumen bahwa tayangan tersebut sangat bagus dalam menyiarkan ajaran Islam. Bahkan lebih jauh, pihak yang kontra diasosiasikan sebagai dukun karena dianggap hanya merekalah yang merugi akibat acara ini. Pihak yang kontra lebih kreatif lagi. Bermodalkan barang bukti yang diambil dari rekaman Youtube, mereka membangun langkah konkrit dengan mengadukan beberapa poin keberatan mereka ke Komisi Penyiaran Indonesia. Perang ini terus berlanjut sampai detik saya menulis postingan ini.
Sebenarnya, dari apa yang saya tangkap dari perang ini, saya menghargai i'tikad baik kreatif program Khazanah tersebut. Mungkin niat dan tujuan mereka baik yakni untuk mengenalkan ajaran Islam. Namun sayangnya mereka berbuat terlalu jauh dalam menghukumi -dan tentu saja mempropagandakan- masalah-masalah yang sebenarnya dalam ruang Islam masih dalam wilayah ikhtilafiyah. Namun dengan acara ini, mereka memaksakannya untuk masuk dalam ruang hitam putih. Okelah kalau Kreatif Khazanah berargumen dengan pendapat A namun tidak seluruh pemirsa kan yang sepakat dengan pendapat A, masih ada B dan C kan ?
Dalam Islam sendiri, ikhtilafiyah itu adalah hal yang wajar. Ini adalah bukti progresifnya keilmuan dalam Islam serta menunjukkan kelapangan dan rahmah ajaran itu sendiri. Di Indonesia sendiri, mayoritas penduduknya dalam masalah fiqh berpegang pada Mazhab Syafi'iyyah yang bukan hanya menyandarkan pendapat pada pendapat pribadi Imam Syafi'i tapi juga pendapat para pakar fiqh hebat dalam mazhab syafi'i dari masa ke masa. Nah, dalam mazhab Syafi'i ini saja, banyak pendapat terdapat di dalamnya. Dan itu semua bukanlah wilayah hitam putih dimana hitam adalah salah dan putih adalah benar. Imam Syafi'i sendiri sudah pernah memberi nasehat "Pendapat saya benar namun bisa jadi mengandung kesalahan. Pendapat orang lain itu salah namun bisa jadi mengandung kebenaran".
Kembali ke program Khazanah, saya pikir sesuai dengan namanya, mestinya para kreatif menghindari tema-tema yang sifatnya kontroversial dan masih dalam ruang ikhtilaf. Justru kalau memang mau menyiarkan Islam, tampilkanlah beberapa prestasi Islam baik di masa lalu maupun saat ini. Ini akan membangun mental para penonton untuk selalu belajar dan berusaha, ketimbang harus menjebak mereka dalam fitnah, saling berburuk sangka dan akhirnya....galau.
Kekhawatiran saya adalah kembali kepada permainan media. Seperti kita tahu, noda kotor media sudah terlalu susah untuk dihilangkan. Kesalahan mereka terutama dalam menyebabkan fitnah sudah terlalu sukar untuk dihapus dari benak. Nah, ketika mereka menayangkan hal-hal berbau kontroversial atau masalah-masalah yang ditawarkan hanya dari satu sisi, khawatirnya itu adalah upaya untuk memecah belah persatuan umat islam dengan dalih "Mengajarkan dan Menyiarkan Islam". Jangan salah lho, sejarah pernah mencatat bahwa bahkan ketika yang disampaikan itu adalah benar namun jika disampaikan dengan cara yang salah dan di tempat yang salah serta pada orang yang salah, ia akan menjadi sumber konflik yang luar biasa. Padahal dalam Islam, Persatuan umat itu lebih utama. Di Indonesia sendiri, sejarah mencatat bahwa perang saudara di Aceh dan Sumatera Barat justru bermula dari dimasukkan dan dipaksakannya ajaran Islam versi baru (wahabi) pada mayoritas masyarakat yang Ahlusunnah wal Jama'ah.
Pada akhirnya, saya sendiri meminta kepada kreatif dan orang dibelakang program Khazanah agar lebih dewasa dalam memilih dan memilah apa yang mesti disampaikan. Jangan siarkan hal-hal yang berpotensi menyulut konflik. Siarkan saja sejarah Islam, dasar-dasar Fiqh Islam, dan lain-lain yang bukan wilayah Ikhtilaf ulama. Kalaupun terpaksa masuk ke wilayah ikhtilaf tersebut, maka sampaikanlah pendapat dari kedua belah pihak dengan fair dan biarkan masyarakat yang memilih. Hindarilah egoisme dalam memaksakan pendapat sendiri karena justru itu akan berpotensi menghancurkan persatuan umat islam dimana tidak ada yang menginginkannya kecuali para musuh islam dari Yahudi dan Nasrani.
Atau jangan-jangan memang itu maksudnya ? wallahu a'lam
0 komentar