Jangan Mentazkiyah-i Berlebihan
5:54 PMSalah satu sifat Yahudi dan Nasrani yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah menganggap bangsa mereka sebagai bangsa superior. Selalu menganggap bahwa merekalah bangsa yang dipilih oleh Allah sebagai bangsa yang mulia sehingga kesimpulannya adalah mereka satu level diatas bangsa-bangsa lainnya. Untuk menguatkan klaim tersebut, Yahudi dan Nasrani acap kali menyebutkan kelebihan-kelebihan yang telah Allah berikan pada mereka seperti klaim bahwa mereka adalah “anak” Allah dan kekasihnya (Q.S Al-Maidah ayat 18), penduduk asli dari surga (Q.S Al-Baqarah ayat 111), bahkan kalaupun masuk neraka paling hanya sebentar saja (Q.S Al-Baqarah ayat 80). Semua klaim kelebihan-kelebihan ini bermuara pada satu tujuan, bahwa hanya mereka lah yang pantas memimpin dunia ini.
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabirnya menyebutkan sebuah kisah di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa satu kaum dari Yahudi datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersama anak-anak mereka yang masih kecil. Mereka bertanya kepada Rasulullah: Hai Muhammad, apakah mereka ini (anak-anak mereka) ada mendapat dosa. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Tentu saja tidak. Mereka pun berkata: Demi Allah, kami pun tidak ubahnya seperti mereka ini. Apa yang kami lakukan di kala malam akan dihapuskan dosanya ketika siang datang, begitu pula sebaliknya apa yang kami lakukan di tengah siang akan dihapuskan dosanya ketika malam datang.
Sikap memuja pribadi dan klaim-klaim atas kelebihan yang dilakukan secara berlebihan inilah yang diingatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Q.S An-Nisa’ ayat 49 :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci ? sebenarnya Allah mensucikan siapapun yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikitpun
Dalam Q.S An-Najm ayat 32, Allah subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan
فَلاَ تُزَكُّواْ أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتقى
Janganlah kamu mensucikan dirimu sendiri. Dia (Allah) lah yang lebih tahu dengan siapa yang lebih bertakwa
Konsep Tazkiyah di zaman ini semakin banyak kita temui. Tazkiyah atau rekomendasi bisa kita maknai sebagai sebuah pengakuan atas hal-hal positif yang ada pada seseorang atau produk tertentuk. Dalam prakteknya, kita temukan hal-hal seperti tazkiyah ilmiyah yaitu rekomendasi seorang pakar terhadap pribadi tertentu yang benar-benar mengetahui kapasitas keilmuannya. Ada pula berupa rekomendasi atas suatu produk atau lembaga tertentu. Secara umum, rekomendasi menjadi hal yang meyakinkan jika seorang yang memberi rekomendasi benar-benar orang yang ahli dalam bidangnya serta tahu dengan kualitas personal orang atau produk yang ia rekomendasikan.
Masalah muncul ketika setiap orang merasa berhak memberikan rekomendasi tanpa memiliki kapasitas serta tidak mengetahui secara detail tentang siapa atau apa yang ia rekomendasikan. Rekomendasi seperti ini pun berubah menjadi alat propaganda. Ia menjadi butiran-butiran klaim yang bertebaran melekat tanpa jelas status kevalidannya. Implikasinya luar biasa, masyarakat awam pun dibuat bingung dengan begitu banyaknya informasi tidak jelas yang beredar.
Salah satu contohnya adalah kondisi yang saat ini kita hadapi. Menjelang pemilihan presiden pada bulan Juli nanti, kita dihadapkan dengan begitu banyaknya informasi terhadap kedua calon. Informasi tersebut bahkan memuat rekomendasi atas hal-hal yang sifatnya bathiniyah alias tidak kita ketahui dari para calon presiden tersebut. Rekomendasi tersebut berupa kualitas keimanan, kemampuan dan kerja, namun tidak diikutkan dengan bukti-bukti yang valid. Yang ada hanyalah klaim atas A, B, C dan lainnya. Disaat yang sama juga begitu banyak kontra rekomendasi terhadap calon yang sama.
Sayangnya, masyarakat awam pun ikut-ikutan latah dengan membagikan informasi yang mereka sendiri tidak mengetahui faktanya secara pasti. Masyarakat hanya mengandalkan rekomendasi yang tidak jelas tersebut sebagai penguat argumentasinya bahwa informasi tersebut harus disebarkan. Bom informasi pun memenuhi ruang-ruang publik beserta sarana informasi yang ada.
Dalam kondisi ini, ada baiknya kita renungi kembali sejenak firman Allah diatas. Jangan sampai kencederungan kita terhadap salah satu calon misalnya membuat kita melakukan tazkiyah yang berlebihan atasnya. Apalagi ketika kita tidak mengetahui secara pasti dan detail apakah benar sikap-sikap positif yang direkomendasikan tersebut ada pada diri sang calon.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, seluruhnya itu akan diminta pertanggung jawabannya.
Wallahu a’lam
Posted via Blogaway
0 komentar