Semangat Ramadhan dengan Ilmu
5:19 PMAda 3 momen besar yang saat ini ada di tengah-tengah kita. Pemilihan presiden, piala dunia 2014 dan Ramadhan. Dua dari tiga momen ini telah menjadi tema besar yang menghiasi diri dan lingkungan kita. Soal pilpres, kita bisa lihat di media elektronik dan cetak bagaimana gerak aksi dari kedua calon berserta tim pemenangannya. Yang ngeri sekaligus miris adalah pertarungan sebar isu, wacana dan fitnah yang beredar menghiasi lini masa jejaring fesbuk dan twitter kita. Nyaris sudah kehilangan akal sehat sepertinya. Sibuk saling caci kepada masing-masing lawan dan puji kepada pasangan dukungannya. Benarlah kata sahabat Huzaifah bin Al-Yamani ra, bahwa tidak ada hal yang paling merusak fungsi otak manusia sehingga tidak bisa berpikir sehat lagi, selain fitnah.
Adapun piala dunia 2014, saat ini sudah memasuki fase knock out di babak 16 besar. Kejutan besar tentu saja terjadi. Spanyol sebagai juara bertahan dan diprediksi masih akan digdaya di piala dunia saat ini, malah harus menahan pil pahit sebagai negara ketiga yang tidak lolos fase grup. Negara besar eropa lainnya seperti italia, portugal, inggris pun ikut-ikutan tumbang, Tim-tim kejutan seperti kosta rica dan aljazair pun bersorak gembira karena berhasil lolos ke fase ko, walau baru pertama kali berlaga di piala dunia.
Nah, momen ketiga sepertinya baru akan menjadi tema besar pengisi lini masa media sosial kita hari ini. Postingan-postingan berisikan kegembiraan atas datangnya bulan Ramadhan sudah mulai ramai. Ditambah dengan ucapan maaf kepada orang terdekat, keluarga dan kerabat. Selain itu, isu akan adanya perbedaan awal Ramadhan antara salah satu ormas dengan pemerintah pun mulai menyeruak. Ala kulli hal mari kita sambut Ramadhan dengan penuh persiapan agar bisa kita isi dengan maksimal.
Ramadhan memang bulan yang luar biasa. Selain ibadah yang nilainya berlipat ganda, Ramadhan juga berhasil mengubah pola hidup dan pola tingkah laku umat. Yang biasanya jarang ibadah, mulai terlihat rajin. Yang salatnya masih bolong-bolong, perlahan mulai dirapikan. Masjid-masjid dipenuhi oleh jamaah yang mengikuti salat tarawih. Al-Qur’an menggema ke seantero negeri. Para fakir miskin kecipratan rezeki karena orang yang berpuasa mendadak menjadi begitu pemurah. Tangan tidak lagi berat merogoh kantong sekedar mengasih uang seadanya buat kaum dhuafa. Pasa Pabukoan pun menjadi ladang rezki baru buat pedagang. Aneka cemilan dan makanan lezat khas Ramadhan ada disana, pemenuh selera ketika berbuka puasa. Para wajib zakat pun berlomba-lomba menghitung hartanya lalu mengeluarkan zakatnya sesuai ketentuan.
Kita tentu saja sangat berbangga dan berbesar hati melihat peningkatan semangat melaksanakan ibadah di tengah umat. Walau begitu, kita juga harus berprinsip bahwa peningkatan semangat dalam beribadah mestinya dibarengi dengan peningkatan kualitas ilmu dan pemahaman terhadap ibadah itu sendiri. Jangan sampai niat mau mendulang pahala, malah jadinya melanggar syara’ lantaran tidak tahu ilmunya.
Ngejar trip baca Al-Qur’an
Salah satu budaya dalam beribadah yang muncul saat Ramadhan adalah baca Al-Qur’an dengan memasang target. Bulan Ramadhan sering dianggap sebagai bulan khatam Al-Qur’an. Hampir tiap-tiap masjid tadarusan membaca Al-Qur’an dengan membikin target harus khatam satu atau dua kali selama Ramadhan. Semangat ini patut kita apresiasi sebenarnya. Namun harus juga diperhatikan dalam pelaksanaannya.
Salah satu kebiasaan tadarusan targetan ini adalah membaca Al-Qur’an keras-keras dengan menggunakan alat pengeras suara di Masjid. Bahkan tak jarang sudah tengah malam, mereka masih giat membaca al-Qur’an yang suaranya terdengar sampai radius 1 kilometer. Membaca Al-Qur’annya tentu saja tidak masalah. Yang masalah adalah penggunaan alat pengeras suaranya yang akan mengganggu istirahat masyarakat. Mungkin bagi masyarakat masih ada toleransi kalau tadarusan Cuma maksimal satu jam setelah salat tarawih berakhir. Namun kalau sampai tengah malam bahkan mendekati waktu sahur, tentu saja sangat mengganggu. Membaca Al-Qur’an sebenarnya tidak diwajibkan dikeras-keraskan seperti itu. Cukup didengar sendiri saja atau jamaah tadarusan.
Selain hal diatas, kebiasaan lain adalah target-targetan pribadi dalam mengkhatamkan Al-Qur’an. Bahkan tak jarang hal ini menjadi prestise tersendiri. Ada kebanggaan saat ditanya tentang sudah berapa banyak bacaan al-Qur’an lalu dijawab “Alhamdulillah, sudah khatam dua kali”. Kita apresiasi semangat dalam membaca al-Qur’an, namun pernahkan mengevaluasi bagaimana bacaan Al-Qur’an kita ? Apakah sudah benar tajwidnya ? Seluruh ulama sepakat bahwa wajib hukumnya membaca Al-Qur’an dengan tajwidnya. Al-Qur’an harus dibaca dengan tepat dan benar sesuai hukum-hukum pembacaannya.
Bagi yang bacaan al-Qur’annya sudah tepat, sah-sah saja menargetkan khatam sekali atau dua sampai tiga kali selama Ramadhan. Walau ada pertanyaan lanjutan yaitu “sudah berapa banyak ayat-ayat yang ditadabburi maknanya dan diamalkan isinya ?”. Bagi yang bacaan al-Qur’annya belum tepat, masih sering offside dalam tajwidnya, maka kurang tepat rasanya bikin target khatam Al-Qur’an. Alangkah baiknya jika ia belajar terlebih dahulu tentang tajwid lalu memperbaiki bacaannya. Gunakan Ramadhan untuk menemui para ahli Al-Qur’an atau ustadz yang bagus tajwidnya lalu belajar tajwid dengan sungguh-sungguh dan perbaiki bacaannya. Hal ini insya Allah akan lebih bermanfaat ketimbang membaca Al-Qur’an sampai khatam namun salah dalam cara membacanya. Bahkan hal ini bisa jadi dosa, mengingat seperti yang sudah disebut diatas bahwa ulama sepakat tentang wajibnya membaca al-Qur’an dengan tepat sesuai cara dan hukum bacaannya.
Dua hal diatas cukup sering kita temui pada Ramadhan sebelumnya. Kadang mirisnya menjadi double ketika mendengar bacaan al-Qur’an lewat pengeras suara di tengah malam yang agak mengganggu, ditambah pula dengan bacaan yang tidak tepat. Yah, bagaimana mungkin bacaannya bagus kalau dalam setahun jarang membaca al-Qur’an tiba-tiba saat Ramadhan bikin target harus khatam. Walhasil, hukum-hukum bacaan seperti ikhfa’, izhar, mad, qalqalah, iqlab dan lain-lain ditendang saja ketika membaca. Yang penting khatam. Ini jelas persepsi yang salah. Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat Al-Muzzammil ayat 4: “dan Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil)”.
Shalat Tarawih kilat khusus
Bulan Ramadhan adalah bulan peningkatan kualitas amalan. Kita puasa di siang hari dan mendirikan malam dengan ibadah di malam hari. Rasulullah Saw bersabda “Siapa yang mendirikan malam Ramadhan dengan penuh iman dan keikhlasan (perhitungan), akan diampuni dosanya yang telah berlalu”.
Salah satu cara mendirikan malam adalah dengan salat. Salat malam yang hanya khusus di bulan Ramadhan kita kenal dengan istilah salat Tarawih. Salat ini ada berbagai macam versi jumlah rakaat dan cara pelaksanaannya. Ada yang jumlah rakaatnya 8, 20 dan 36. Cara pelaksanaannya ada yang 2 rakaat satu salam bahkan ada yang 4 rakaat satu salam. Terlepas dari perbedaan ulama dalam masalah ini, namun semangat dalam melaksanakan salatnya juga harus pakai ilmu.
Seyogyanya di malam Ramadhan kita mengurangi tidur. Kita mengisi malam dengan berbagai macam ibadah, dimana ibadah yang paling baik adalah salat. Dahulu, para ulama kita di Indonesia yang salat tarawih dengan 8 rakaat tidaklah seperti kita saat ini yang berdirinya sebentar dan cepat selesai. Dahulu 1 rakaat saja bisa membaca surat al-Baqarah, lalu rakaat selanjutnya surat ali imran. Begitu seterusnya. Karena dianggap cukup berat, maka yang salat dengan 20 rakaat menggunakan jumlah ayat yang sama namun dibagi kedalam 20 rakaat sehingga tidak terlalu berat dan insya Allah pahalanya juga tak kalah.
Berbeda dengan kita saat ini. Ada yang salat 8 rakaat, bacaan suratnya dipilih yang pendek-pendek. Sehingga dalam waktu 15 sampai 20 menit, salat tarawih plus witir sudah kelar. Yang ngerjain 20 rakaat juga tak kalah sadis. Al-Fatihah hanya dibaca dengan satu nafas. Lalu suratnya dibaca yang pendek-pendek. Dalam waktu 30 menit maksimal, salat sudah selesai. Padahal kalau kita evaluasi tajwidnya, akan ditemukan banyak masalah. Bayangkan, hanya 30 menit maksimal waktu malam yang digunakan untuk beribadah. Selebihnya sering digunakan untuk menikmati tayangan spesial Ramadhan yang waktunya lebih dari satu jam. Kadang diselingi juga dengan menikmati sisa buka puasa tadi sore. Atau ada juga yang ngobrol-ngobrol tidak jelas sampai tengah malam menjelang hingga sahur. Alangkah meruginya.
Mirisnya, masjid yang mengerjakan salat malam dengan waktu yang cukup lama, dengan memperhatikan bacaan, malah sepi dari jamaah. Kita bahkan punya list daftar masjid yang bacaannya cepat, bahkan hingga hitungan menit seperti “Masjid A tarawih plus ceramah 40 menit, Masjid B tarawih saja ga ada ceramah 30 menit, Masjid C ceramahnya lama, tapi kalau salat tarawih Cuma 20 menit” dan begitu selanjutnya. Ini jelas sikap yang bertolak belakang dengan semangat Ramadhan yang mestinya diisi dengan banyak ibadah di malam hari.
Selain itu semua, tak jarang kita hanya punya bekal sedikit ilmu dalam menghadapi Ramadhan. Lupa apa saja rukun dan syarat puasa. Tidak tahu bagaimana niat puasa. Tidak jelas apa saja perkara yang membatalkan puasa serta hal-hal yang menghapus pahala puasa. Menghadapi puasa tanpa ilmu tentu saja berbahaya. Sama seperti maju ke medan perang tanpa senjata dan strategi. Jangan sampai kita masuk dalam golongan yang dicela oleh Rasulullah Saw “Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak ada dapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang mendirikan malam namun tidak dapat apa-apa kecuali bergadang dan lelah” dimana mayoritas penyebab hal ini adalah ketiadaan ilmu.
Maka, berbekal semangat saja dalam menjalani Ramadhan tidak lah cukup. Butuh ilmu pengetahuan. Butuh perencanaan matang. Sehingga Ramadhan kita lebih maksimal. Oleh karena itu, mari kita perbanyak bekal ilmu kita sebelum Ramadhan menjelang ini. Semoga ilmu kita dapat membuat pahala Ramadhan kita lebih berlipat ganda. Dan semoga kita berhasil mencapai buah Ramadhan yakni ketakwaaan serta harta karun didalamnya. Aamiin...
0 komentar